Bab 1

1 0 0
                                    

"Ya udah hafal dong Pak," sangkal Ayyub pada dosennya diiringi gelak tawa.

Pak Isa tertawa. Maba yang satu ini memang asik jika diajak bercanda. Namanya, Rayyan Al Ayyubi. Sarjana lulusan Timur Tengah yang melanjutkan study Magisternya di kampus ini. Baru beberapa kali dia berkunjung ke ruangannya untuk berbagai urusan Mata Kuliahnya dan sudah seakrab ini. "Ah, Gus yang satu ini emang mantep pokoknya. Pasti udah hafal buat calonnya kan?"

Ayyub tertawa lagi. "Endak lah Pak," jawabnya menggaruk tengkuknya.

"Kalo begitu, coba dong Gus. Pengen denger juga aku loh. Sekalian simulasi, hehe." Satu orang di sampingnya menyela. Dia adalah Raihan, teman satu prodi Ayyub yang baru beberapa minggu ini.

"Ehem. Coba ya, maharnya apa?" tanya Pak Isa.

"Hehe. Seratus ribu deh Pak," jawab Ayyub.

"Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka binti Aqilah Nurul Hasanah alal mahri mi-atu alfi ruubbiyyatin hallan." Pak Isa mengulurkan tangannya dan langsung Ayyub terima.

"Qabiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur hallan!" Jawab Ayyub dengan lancar.

"Sah!" sambung Raihan tepat setelah Ayyub selesai menjawab. Seorang Cleaning Servis yang kebetulan juga sedang membersihkan lantai ruangan itu juga menyahut bebarengan bersama Raihan.

Seketika, Ayyub dan Raihan tergelak lagi. Ya, memang seasik ini jika dosennya bekerjasama.

"Astaghfirullah!" Tiba-tiba Pak Isa menepuk keningnya dengan telapak tangan.

"Kenapa Pak?" tanya Raihan yang pertama kali melihat itu.

"Ayyub?!" panggil Pak Isa.

"Iya, Pak?" jawab Ayyub.

"Ijab Qabul kita sah secara agama."

Pernyataan itu seketika membuat wajah Ayyub berubah menjadi serius. "Nama putri bapak Aqilla beneran?"

Pak Isa mengangguk pelan sambil menatap Ayyub.

"Astaghfirullah, saya kira bapak pake nama asal!" Ayyub menutup kening dan juga matanya dengan telapak tangan.

Raihan hanya kebingungan dengan keadaan ini.

"Ayyub, bapak bener-bener minta maaf, ini benar-benar kelalaian saya."

Ayyub masih diam. Ini bukan salah dosennya ataupun dirinya. Dia tidak bisa berkata-kata lagi. Sekebetulan ini kah?

"Nanti bapak sampaikan saja pada putri bapak apa yang sedah terjadi. Bagaimanapun kita tidak boleh mempermainkan pernikahan ini Pak," ucap Ayyub kemudian.

Isa mengangguk. "Tapi bagaimana dengan dirimu, Gus?" tanyanya lagi. Dia benar-benar merasa bersalah atas kejadian ini. Bagaimana tidak? Isa tahu sendiri siapa maba yang baru saja dia buat menjadi suami anaknya yang masih SMA. Salah satu putra kyai ternama di Jawa Timur yang pesantrennya bahkan sudah memiliki ribuan santri.

"Sudah Pak, ini sudah terjadi dan harus kita selesaikan. Setelah ini saya akan bicarakan dengan Abah. Selanjutnya, saya akan mengabari bapak lagi," jelas Ayyub.

Untuk kali ini, Isa seperti menjadi mahasiswa dan Ayyub lah dosennya. Dia hanya mengangguk menyetujui apa yang Ayyub putuskan.

***

"Bisa-bisanya ya?" Sepajang perjalanan ke parkiran kampus, Ayyub masih dipusingkan dengan kejadian tadi meskipun penyelesaiannya sudah jelas hanya satu.

"Yo aku ben mung planga-plongo tok tadi!" sambung Raihan.

"Kalo ndak ada kau, malah gak sah tadi!"

"Berarti salahnya ada aku?" tabrak Raihan lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ASSALAMU'ALAIKUM GUS! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang