Tengah malam, Xiao Hu kabur dari tempat itu. Ia muak dengan kicauan Wan Li yang tanpa henti.
Tang Yi Xiao juga terlalu cantik. Ia terlalu sering mendekatkan diri padanya.
Sebagai pria normal, wajar jika Ia sedikit bernafsu.
Untuk mencegah hal tidak diinginkan, Xiao Hu memilih minggat.
Ia merasa bebas kembali berkelana sendirian layaknya pendekar pengelana.
Dalam hati, Ia merasa bersyukur karena ayahnya melatih dirinya habis-habisan sejak kecil.
Kungfunya lumayan tinggi. Susah dicari pendekar seumuran yang dapat menjadi lawan tandingannya di Wulin.
Untunglah malam ini bulan purnama bersinar terang benderang. Seolah menerangi jalannya di tengah kegelapan malam.
Xiao Hu berhasil pergi cukup jauh sebelum Ia memanjat sebatang pohon. Saatnya istirahat sejenak.
Setelah matahari terbit. Ia akan berusaha mencapai kota terdekat.
Di tengah perjalanan, Ia dihadang segerombolan orang bersenjata.
Sepertinya mereka mengira Ia adalah sasaran empuk karena berkelana seorang diri.
Pengelana lain mungkin akan gentar.
Golok Xiao Hu kembali menebas seorang bandit bodoh yang mencoba merampoknya.
Sisa kawanannya kabur ketika melihat pemimpinnya mati dengan mudah.
Xiao Hu mengambil panah dan membidik.
Woosh!
Tiga panah melesat bersamaan.
Tepat sasaran.
Tiga bandit mati terpanah dari belakang.
Xiao Hu dengan santai memanah semua bandit sampai mati.
Kaisar saat ini adalah seorang pemimpin bijaksana.
Rakyat tidak dipungut pajak tinggi. Pejabat korup dibasmi sekeluarga tanpa pandang bulu.
Hanya orang-orang malas seperti mereka yang memilih jadi bandit daripada bersusah payah bertani.
Jika membiarkan mereka hidup, artinya membiarkan rakyat jelata menderita.
Xiao Hu mengumpulkan semua mayat sebelum menggeledah tubuh mereka. Ia mengambil semua benda berharga dan uang.
Mayat-mayat itu dibiarkan tergeletak begitu saja.
Sumbangan daging segar untuk para predator hutan.
Mungkin Xiao Hu sedang memberikan makan gratis pada kaum kerabatnya, Harimau.
Semua pedang bandit diikat dengan tali dan dijadikan satu. Lumayan jika dijual ke pandai besi setempat.
Xiao Hu sudah berkelana selama dua bulan penuh. Ia mulai merasa lelah berpindah dari satu penginapan ke lainnya.
Mungkin sudah saatnya Ia menetap di suatu desa.
Ayahnya tidak pernah memaksanya meneruskan karir sebagai seorang Jenderal seperti dirinya.
Walaupun Xiao Hu sudah mempelajari strategi militer sejak usia belia.
Ia dibebaskan memilih jalan hidupnya sendiri.
Awalnya Ia pergi dari rumah karena patah hati. Namun sekarang Ia sedang mencari jati dirinya.
Jago berkuda.
Lihai memanah (Ia hanya kalah dengan Ibunya, sang Dewi panah).
Xiao Hu juga termasuk pegulat unggul dalam suku Elang Merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Yang Terlupakan (END)
Narrativa Storica1. Pangeran Yang Terlupakan Mu Rong Yan punya cita-cita sederhana. Hidup santuy sampai tua. Terlahir sebagai anak dari seorang selir yang tidak disukai Kaisar. Kesempatan menjadi Kaisar? Apa kau gila? Enakan hidup santai. Biarkan para kakak saja...