25. Senyum Batavia

206 13 2
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Selamat malam pembaca setia Senyum Batavia!!!

Apakabar?

Jumpa lagi dengan kami, hehehe...

Aku cuman mau ingatkan kalian untuk vote dulu baru baca. Kalo emang susah banget buat komen aku tak masalah. Minimal vote lah!!!
Cuman klik vote aja masa syulid!!!

Selamat hari Kartini💐

🐼🐨, 21 April 2024

Bab 25

Saat ini, Zaidan sedang dalam perjalanan untuk menjemput keluarganya. Jihan yang mengabari jika mereka sudah tiba di bandara, karena itu Zaidan langsung pergi untuk menjemput.

Sampai di bandara, Zaidan menunggu mereka di ruang tunggu kedatangan. Sesekali dia  memperhatikan jam tangannya, dia juga memperhatikan sekitar. "Banyak juga yang mau jemput orang ya," batin Zaidan.

Lima belas menit menunggu, ada yang menepuk pundaknya bersamaan dengan salam. "Assalamulaikum, Bang."

"Wa'alaikumussalam," jawab Zaidan. Dia berbalik dan melihat siapa yang menyapanya, ternyata Umma Azrina. Zaidan langsung meraih tangan Umma Azrina, menciumnya dengan khidmat. Berganti ke Aba Zaaki dan terakhir Jihan yang menyalami Zaidan.

Setelah itu mereka langsung menaiki mobil dan pulang ke rumah. Selama dalam perjalanan, mereka juga sedikit mengobrol hal ringan. Setelah menempuh perjalanan yang agak panjang. Akhirnya mereka tiba dengan selamat di rumah.

"Umma, Aba, Jihan istirahat dulu! Pasti capek Aceh-Jakarta," ucap Zaidan yang membukakan pintu rumah.

"Abang juga istirahat, jangan kerjaan terus."

"Iya, Umma."

𓅪𓅪𓅪

Besoknya, Zaidan mengambil cuti atas permintaan Umma Azrina. Dia di minta untuk menemani Umma Azrina berbelanja hantaran lamaran.

"Umma, memang harus pakai hantaran? Bukannya hantaran pas nikah ya?" tanya Zaidan dengan polos.

"Tentu ada, Bang. Hantaran lamaran diberikan perempuan yang berniat di khitbah, sebagai bukti keseriusan dan kesungguhan. Sedangkan hantaran pernikahan diberikan pada pengantin isinya juga lebih ke kebutuhan pribadi calon penganti. Seperti mahar," jelas Umma Azrina.

"Jadi nanti Umma mau beli apa?"

"Umma masih bingung, Bang. Ajaklah Adikmu, biar nanti dia bantu Umma."

Zaidan langsung menyusul ke kamar Jihan, mengetuknya tiga kali lalu membukanya. "Ayo ikut!"

"Ke mana?"

"Temani Umma," jawab Zaidan.

"Ganti baju dulu, Abang tungguin di bawah aja sama Umma."

"Oke!"

Setelah Zaidan pergi, Jihan langsung berganti baju dan segera turun. "Maaf lama," ucap Jihan.

"Enggak apa, ayo! Jihan nanti bantu Umma," pinta Umma Azrina.

"Siap Umma!"

Mereka berangkat dengan Zaidan sebagai sopir, Jihan duduk di depan menemaninya. Awalnya Jihan mau duduk di belakang tapi Zaidan langsung menolak dan berakhir Jihan yang duduk di depan samping kemudi.

"Kasihan Abangmu. Sudah jomblo, pernah ditolak pula."

Jihan hanya bisa terkekeh pelan mendengar celoteh Umma Azrina.  Setelah menghabiskan waktu kurang lebih tiga puluh menit mereka akhirnya sampai di toko perhiasan. Umma Azrina dan Jihan langsung turun dan masuk ke toko, sedangkan Zaidan menunggu di dalam mobilnya.

Pegawai toko menyambut Umma Azrina dan Jihan dengan ramah, dan mereka langsung di berikan beberapa contoh cincin untuk lamaran. Setelah menghabiskan waktu cukup lama dan setelah mempertimbangkan baik-baik, akhirnya mereka memilih sebuah cincin yang terlihat simpel, tapi juga mewah. Mengingat gadis yang dilamar Zaidan bukan gadis yang suka mengoleksi perhiasan, membuat Umma Azrina dan Jihan sangat yakin dengan model pilihan mereka, dimana ada satu permata yang lebih besar dengan sampingnya jejeran permata kecil membuat cincin tersebut terlihat menarik.

Umma Azrina langsung membayar  dengan uang yang sudah diberikan oleh Zaidan sebelumnya. Setelah itu, mereka lanjut untuk membeli perlengkapan hantaran untuk lamaran.

Mereka berpindah ke toko pakaian perempuan. Baru saja masuk, Jihan mendapat pesan kalo Zaidan izin pergi ke kantor.

Abang
Kalo sudah selesai, kabari Abang. Abang ada kerja, dan tolong ambilkan pesanan Abang untuk Aira.
thx u

Melihat pesan terakhir, Jihan geli sendiri ternyata diam-diam abangnya sudah menyiapkan semuanya. Hanya beberapa yang perlu ditambahkan.

"Umma!" panggil Jihan pada Umma Azrina yang sibuk memilih.

"Iya?"

"Abang pamit balik ke kantor, ada kerja. Dan Abang ada titip pesan untuk ambilkan pesanan Abang," jelas Jihan

"Pesanan apa?"

"Abaya untuk Aira, Umma."

Umma Azrina langsung menatap bertanya pada Jihan seolah bertanya 'yang bener?'. Karena hal itu sangat sulit untuk dipercaya.

"Iya, Jihan jadi ke pikiran buat hantaran boleh tidak satu set abaya Umma?"

"Boleh dong!" jawab Umma Azrina.

Keduanya kembali sibuk memilih abaya untuk hantaran. Sampai tidak terasa waktu dhuhur tiba, Jihan langsung mengajak Umma Azrina untuk sholat dan makan lebih dulu.

Selesai sholat, Umma Azrina dan Jihan makan siang di sebuah rumah makan kecil. "Kirim pesan pada Abang untuk jemput!"

"Iya, Umma."

"Pesankan juga makan siang untuk Aba dan Abang," pinta Umma Azrina.

𓅪𓅪𓅪

Zaidan langsung disibukkan dengan setumpuk berkas. Sudah lebih dari 60 menit terlewatkan.

"Anda minta cuti tiga hari lagi, tapi hari ini malah tidak datang tepat waktu," sindir Nando.

Zaidan yang memang malas, memilih diam mendengarkan omelan dari sahabatnya itu. Lebih baik seperti ini, batin Zaidan.

Zaidan juga sesekali mengecek ponselnya takut, Jihan mengiriminya pesan untuk menjemput.  Bisa kena marah Aba Zaaki jika sampai dirinya lupa menjemput istri tercinta dan putri bungsunya.

"Dari pada marah-marah, bukannya lebih baik segera bereskan laporan yang sudah saya kerjakan?" tanya Zaidan dengan bahasa formal.

Senyum Batavia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang