In another day...
"Kenapa bisa gini?"
"Berantem."
Helaan nafas terdengar, kini Harris tengah mengobati luka yang ada diwajah Arion. Tidak parah, hanya ada beberapa lebam dan luka kecil disudut bibirnya.
"Berantem karna apa?" Harris dengan telaten mengompres lebamnya dengan es batu secara perlahan, penuh dengan kehati-hatian.
"Kamu ga perlu tau, ini masalah cowok." Ujarnya sambil memperhatikan wajah Harris yang berjarak cukup dekat dengan wajahnya.
Harris mengerutkan alisnya bingung. "Ya kamu pikir aku apa? Cewek?" Sedikit menekankan es batu pada lebam diwajah Arion, yang membuat sang empu meringis.
"Aduh, iya iya maaf aku lupa." Arion menggenggam tangan Harris yang menekankan es batu pada lebamnya, menarik sedikit menjauh tangan tersebut. "Sakit kak. Kamu cantik sih, jadi lupa." Ucapnya, membela diri.
"Aku ganteng Arion."
"Iya ganteng, tapi cantik juga." Tersenyum jahil kearah yang lebih tua, Harris pun berniat untuk kembali menekankan es batu pada lebam Arion namun dengan cepat kembali ditahan.
"Iya ganteng iyaa, aku aja kalah ganteng sama kak Harris."
"Nada kamu kaya ngejek aku." Ujar Harris lalu menaruh es batu kedalam wadah, mengambil obat merah dan kembali berhadapan dengan wajah Arion. Posisinya adalah Arion yang duduk ditepi kasur UKS, dan Harris yang berdiri tepat dihadapan Arion.
Sedangkan yang lebih muda hanya terkekeh sambil terus memperhatikan gerak-geriknya. "Aku ga ngejek tuh?"
"Ngejek." Harris merengut kesal, itu membuat Arion mati-matian menahan rasa gemas.
"Kan ak- sakit sakit!" Setelah Harris mengoleskan obat merah pada luka yang ada disudut bibir Arion, omongannya langsung terhenti dan diganti dengan sebuah ringisan.
"Makanya jangan berantem terus kalau diginiin aja masih bilang sakit."
"Bukan aku duluan yang ngajak berantem."
"Tapi kamu ladenin."
"Masa aku harus diem aja?"
"Ga gitu juga, kan bisa di omongin baik-baik."
Saat dirasa lukanya sudah terobati semua, Harris segera merapikan dan menaruh kembali obat-obatan yang ia pakai tadi ke tempat semula.
"Sana balik ke kelas." Ucap Harris sambil kembali mendekat kearah Arion.
"Ga mau."
"Terus maunya apa?"
"Mau kamu." Menatap lekat wajah Harris yang kini terkekeh, dia mengusak rambut Arion hingga sang empu ikut terkekeh.
"Mau aku gimana maksudnya hum?" Suaranya lembut, lagi-lagi Arion jatuh kedalam pesona seorang Harristama Camelion.
"Mau kak Harris." Ucapnya lagi seraya menarik pinggang pemuda dihadapannya. Arion memeluk Harris, sedangkan yang dipeluk hanya terdiam dan memendam rasa keterkejutannya.
"Arion..." Harris berujar pelan, bahkan terdengar seperti bisikan ditelinga Arion.
"Hm?"
"Kamu ga lupa lagi kan? Kalau aku itu cowok?" Setiap kata yang diucapkan dengan penuh kehati-hatian, membuat Arion semakin mengeratkan pelukannya.
"Engga, aku ga lupa."
Harris sedikit panik saat Arion mengeratkan pelukan padanya. Memang terasa hangat, tapi dia takut jika ada yang masuk dan melihat keadaan mereka seperti ini.
"Arion.. lepas dulu.." Dia menepuk-nepuk pelan bahu adik kelasnya itu, membuat Arion mendongak menatap Harris dengan kedua tangan yang tetap melingkar disekitar pinggang Harris.
"Kenapa? Takut?" Arion berbicara dengan nada sedikit jahil, disusul oleh gelengan kepala Harris.
"Lucu banget kalau takut." Lagi-lagi Arion terkekeh, membuat Harris menyadari bahwa adik kelasnya sangat tampan meskipun ada beberapa luka lebam di wajahnya. "Jadi pacarku ya kak?"
Ajakan spontan yang keluar dari mulut Arion. Harris benar-benar terkejut sekarang, tapi ia tak bisa berbohong. Panas, pipinya memerah. Harris berusaha menutupi wajahnya menggunakan sebelah tangan, namun Arion mencegahnya.
"Jangan ditutup mukanya."
"Rion..." Nadanya sedikit merengek, Arion benar-benar tidak bisa menahan rasa gemasnya lagi. Dia tertawa lalu mengusap-usap pipi kakak kelasnya.
"Iya sayang."
"Arion!" Setelah itu Harris membalas pelukan Arion dan menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher sang dominan.
"Apa ini peluk-peluk?" Goda Arion.
"Kan kamu duluan ihh, ngeselin." Karna kesal, Harris menggigit bahu Arion yang tertutupi oleh seragam sekolah dan yang digigit hanya kembali tertawa akan tingkah lucu calon pacarnya.
"Kamu giginya pasti kecil-kecil, soalnya ga kerasa." Ucap Arion sambil terus memeluknya.
"Sembarangan kalau ngomong." Walaupun kesal, Harris pun ikut balas memeluk Arion dengan erat.
"So? what are we now?"
"Just what you think."
"Are you sure?"
"Nanya sekali lagi berarti ga jadi."
Tawa renyah Arion memenuhi ruang UKS yang sunyi. Pada akhirnya seorang berandal seperti Mikael Ariondra pun bisa mendapatkan pujaan hatinya, yang akan selalu ia jaga hingga kapanpun itu.
"Harristama Camelion, only mine from now on."
-The End-
Peep, hallo! Gimana twoshoot nya? Aku harap kalian suka yaa, kali ini ga angst kok hehe. Cerita ini hanya karangan semata jadi tolong untuk tidak dibawa ke irl. Sebenernya juga aku ragu mau tetep lanjut atau engga book rioncaine ini, karna selalu kebayang-bayang Voxto:( tapi kemungkinan aku lanjut sih.
Menerima krisar dan juga request'an.
Enjoy, see u in the next chapter!