"Kalau kau mau mengajakku bermain di kasino kakakmu."
Senyuman itu perlahan sirna, seorang Hyunjin berbalik menunjukkan ekspresi muram di mana tiba-tiba aura di sekitarnya menjadi gelap. Yerim harus pura-pura tidak sadar, sok sibuk memasak padahal dia ketakutan.
"Dari mana kau tahu tentang kasino kakakku?" tanya Hyunjin dengan suara pelan dan berat.
Oh, Yerim benar-benar gugup. Dia berusaha keras mengendalikan detak jantungnya sebelum bisa menjawab. "Kau cukup terkenal. Keluargamu saja bisa dicari di internet. Aku sedikit penasaran. Dan ... kau tahu hobiku. Aku ingin bermain judi dengan skala yang berbeda."
Sebuah jalur kabur yang apik. Huh, Yerim memang mengharapkan topik ini terangkat namun paling tidak dia diberi waktu untuk mengambil ancang-ancang. Jika terlalu mendadak maka dia bisa gegabah.
"Tidak bisa," jawab Hyunjin dengan singkat. Dia memalingkan wajah lalu meneguk seluruh isi kaleng bir di tangannya.
Yerim menatapnya dan mendapat kesan bahwa suasana hati pemuda itu tak baik. Dia tidak terlihat marah, justru sebaliknya. Tampak kekecewaan menyelimuti sikapnya yang kasar dan urakan.
"Kenapa?"
"Aku bisa mengabulkan apapun yang kau inginkan. Kecuali yang itu."
"Ah, sayang sekali. Padahal aku ingin pergi ke sana bersamamu."
"Tidak bisa." Hyunjin menyembunyikan wajahnya ketika dia bangun dari kursi dan melempar kaleng kosong ke dalam tempat sampah. Dia tidak mau menatap Yerim sama sekali, justru kabur menuju kulkas dan berniat mengambil sekaleng bir lagi.
Rupanya Hyunjin cukup sentimental dengan topik ini, ya? Yerim menganggap responsnya terkesan bahwa ia tak suka dengan pembahasan itu. Tetapi, bukan seperti dia akan mengamuk dan marah, dia terlihat kecewa. Dan bir kaleng yang kedua ini adalah pelampiasannya.
"Oppa," Yerim berlari kecil untuk menghentikan Hyunjin membuka kaleng kedua. "Tunggu." Dengan segera dia menahan tangan pemuda itu.
Hyunjin menghadiahinya tatapan yang berarti.
"Tidak usah minum ini lagi. Mau kubuatkan sesuatu? Kopi?"
"Aku mau tidur malam ini."
Itu berarti jawabannya tidak.
"Kalau begitu apa yang kau inginkan? Aku akan buatkan jika bahannya tersedia."
Hyunjin melirik kecil ke arah kompor, memperhatikan kukusan asap dari masakan yang sedang dibuat. "Selesaikan saja makananmu. Aku lapar."
Di luar dugaan kaleng diletakkan kembali tanpa perlawanan. Hyunjin tidak bicara apapun lagi, berjalan keluar dapur dan kembali ke kamarnya.
Dari kejadian itu, Yerim mendapatkan satu kesimpulan: hubungan tidak baik antara dia dan kakaknya itu, bukan kehendaknya.
.
.
.
.
.
Bomin tiba di apartemen Hyunjin sebelum jam makan malam. Yerim sedang menyiapkan peralatan makan bersama Sungchan yang kembali mengulurkan bantuan saat pemuda itu muncul. Tidak dalam kondisi paripurna, pemuda berkacamata itu terlihat lelah. Dia langsung berjalan menuju Yerim dan menarik gadis itu ke dalam dekapannya.
"Oppa? Kau kenapa?" Yerim berpura-pura perhatian, bicara dengan suara yang cukup untuk sampai ke telinga orang ketiga di ruangan itu.
Bomin mendekap Yerim lebih erat, menyandarkan kepalanya ke atas pundaknya. Pemuda itu mengembuskan napas beberapa kali sebelum membuat dirinya nyaman. "Aku lelah," jawabnya dengan suara yang juga keras, cukup untuk sampai ke telinga sang kawan yang mengira hubungan mereka nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GAMBLER 2: Big League🔞 | TXT & EN-
Fiksi Penggemar🚫PLAGIAT ADALAH TINDAKAN KRIMINAL🚫 HOTTER, BADDER, BRAVER Kim Yerim bersama kawan-kawan barunya memutuskan untuk membalas dendam pada orang-orang jahat di masa lalu. Namun, akankah semua berjalan sesuai rencana? .Kim Yerim (OC) .Lee Heeseung (ENHY...