Nurse 20

482 53 4
                                    

Happy reading gessss
🐺💙🦋
.
.
.
.



Temaram lampu ruang tamu menemani keduanya yang sedang berkutat dengan sebuah kotak P3K, saling berhadapan satu sama lain di atas sofa panjang itu.

Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, sudah jadwalnya penghuni rumah ini untuk beristirahat.

Tangannya terus menerus mengompres pipi lebam berwarna keunguan itu dengan telaten, berhati-hati agar si empunya tidak merasa kesakitan yang berlebih.

Memakai kan salep pada area bibir nya yang sobek dan juga pada dahinya yang terluka lalu menutup kedua luka itu dengan plester transparan.

Tangannya kembali tergerak untuk memakai kan salep pada area wajah yang lebam, tapi sebelum itu tangannya sudah lebih dulu ditahan oleh- dia.

"Nangis aja, jangan di tahan lagi" ujarnya saat melihat mata hazel itu berkaca-kaca berusaha menahan genangan putih bening itu untuk mengalir membasahi pipi berisi nya.

Tak lama, dia benar-benar menangis, sudah tak kuasa untuk menahannya lagi. Hatinya terlalu sakit, ini bukan kenyataan yang baru saja dia dapat dan ketahui tapi rasanya masih tetap sakit, tak menyangka bahwa dirinya bisa di permurah oleh ayahnya sendiri.

Dulu, dia menganggap ayahnya yang selalu di banggakan itu adalah ayah terbaik di dunia, karena kasih sayang yang begitu besar selalu dia dapatkan dari sang ayah. Selalu menuruti apa yang dia mau tanpa sedikitpun penolakan, ia selalu memberikan yang terbaik untuk dirinya. Tapi sekarang, semua itu berbanding terbalik, fakta yang sebenarnya adalah 'bahwa ayahnya adalah ayah terburuk di dunia'.

Krukk~~

Yang mendengar suara perut itu tertawa dibuatnya, "lu lapar ya" tanyanya yang di angguki oleh pria yang nampak menggemaskan baginya saat ini. Matanya yang sembab, hidungnya yang merah dan juga pipi berisinya yang ikut bersemu merah karena malu.

"Luka lu udah di obatin. Sekarang kita kedapur, gue yang masak makanannya" ucapnya sembari menarik tubuh pria menggemaskan itu.

Saat sampai dapur, pemilik mata tajam bak serigala itu menyuruh dirinya untuk duduk di meja makan, lalu dia pergi menuju pantry dan mulai memasak.

Ia memandangi punggung lebar yang sedang berkutat dengan alat dapur itu, diri nya bersyukur karena dia datang tepat waktu untuk menolongnya. Jika tadi, dirinya berhasil dibawa oleh orang itu entah apa yang akan terjadi kedepan nya, mungkin dirinya tidak akan bisa menunjukkan wajahnya lagi pada dunia karena malu atau mati terkurung? Mungkin.

Tak lama, dua piring nasi goreng telah tersaji di meja makan, " makan, jangan ngelamun" ujarnya yang membuat dirinya tersadar dari lamunan.

"Gue belum ngasih tau ibu, kalo gue ada disini" ucapnya lirih.

"Nggak papa, gue udah bilang sama ibu kalo lu bakal nginep disini" balasnya sembari menyuap sendok nasi goreng itu.

Dirinya tidak mau pulang dengan keadaan seperti ini, ibunya pasti akan khawatir dan berpikir macam-macam lalu  panik attack ibunya itu akan kambuh lagi, dia tidak mau itu.

"Hey, ayok makan! Malah bengong" ujarnya lagi.

"Makasih, lu udah nolongin gue, lagi" ucapnya pelan namun masih bisa terdengar oleh orang yang mendapat ucapan terimakasih. Ia lalu menyuap kan nasi goreng itu setelah mendapat balas dari pria dihadapannya.

Waw, ini pertama kalinya dia memakan masakan cucu dari majikannya, dan rasanya ternyata enak juga.

"Enak kan?" tanyanya memastikan.

Nurse/JeongHaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang