9. Stuck

3 2 0
                                    

2020

Setelah hari itu. Pertemuan Ibay dan Ranua semakin jarang. Bahkan berpapasan dijalan pun bisa dihitung hanya 2 kali dalam 1 tahun. Namun hal itu tidak memudarkan rasa yang diberikan Tuhan kepada Nua. Rasanya seperti dipupuk. Semakin subur setiap harinya. Bahkan kini sudah terhitung berjalan 3 tahun.

Memasuki tahun ke 3 nya di SMA. Hari-hari suntuk Ranua ditemani oleh reply story dari Ibay yang menimbulkan kupu-kupu di perutnya. Tapi harusnya Ranua sadar benar. Itu bukan hal istimewa. Laki-laki itu memanglah humble. Tapi bukankah, cinta itu memang buta. Sekelas Ranua saja bisa dibutakan sekaligus dibodohi oleh cintanya.

Cahaya matahari rasanya menusuk kulit. Ranua semakin cepat memacu motornya. Hari ini UAS hari terakhir dan ia pulang siang. Ranua berdecak sudah tau panas kenapa harus macet coba?

Tuhan sepertinya sedang berbaik hati pada Ranua. Ditengah panas yang terik ini, Ia dipertemukan kembali dengan Ibay. Tapi sangat disayangkan Ranua hanya bisa melihat punggungnya. Ibay, laki-laki itu tidak tau ada Ranua di kebetulan itu. Hanya melihat punggungnya saja bisa membuat Ranua tersenyum sepanjang perjalanan pulang.

"Rasanya Gue pengen pergi. Tapi kenapa sulit? Lo Nggak berniat cari pacar apa Bay?" Guman Ranua sambil mengingat hari kemarin.

Sita. Teman sekelasnya di SMA tanpa sengaja mendengar gumamannya.
"Nanti kalau Ibay punya pacar nangis!"

Ranua menatap Sita sinis.
"Apaan sih?"

"Dih. Template! Biy nggik birniit ciri picir. Halah bullshit"

Ranua menyebik.

"Padahal besok paling bilang. Stuck with Ibay! Dih 3 tahun kok friend zone!"

"Si anjir!" Jawab Ranua ngakak. "Dari pada HTS with Rama."

"Fak!" Umpat Sita.

***

2020

Ranua diam merenung. Memutar sedotan sambil sesekali diminum. Entah sudah berapa lama Ia duduk seperti orang bodoh menunggu Sita. Kenapa juga Sita mengajaknya bertemu disini. Atmosfer kafe ini rasanya penuh dengan Ibay. Dan lihat jaraknya dengan sekolah laki-laki itu, hanya 500 meter.

Ranua kembali menarik nafas, kenapa dirinya terlihat seperti menunggu kebetulan hadirnya Ibay di kebetulan yang direncanakan Sita ini. Padahal jelas, Ranua terlalu pengecut untuk berdeklarasi apalagi mengikat. Semua pertemanan yang ada didunia rasanya lebih berharga dari pada sebuah cinta. Seperti senja yang dengan ikhlas menutup hari. Ranua juga sedang dengan ikhlas mengudarakan perasaannya.

Lonceng berdenting menandakan pintu dibuka. Ranua reflek menenggok. Matanya melotot kaget. Apa apa? Kenapa kebetulan ini terjadi? Padahal setiap Ranua berharap berpapasan saja tidak pernah sekalipun di kabulkan.

"Sialan!" Umpat Ranua sambil buru-buru kembali menghadap depan.

Tiba-tiba ada yang menepuk bahunya. Ranua menoleh.
"Alhamdulillah! Anjir! Lama bet!" Makinya pada Sita.

"Udah Gue chat padahal"

"Lo chat otw ya dodol!"

"Otw ke kamar mandi maksut Gue. Nggak paham-paham Lo!"

Ranua hanya diam. Matanya mengedar, mencari laki-laki yang bernama Ibay.

"Cari apa Lo?"

Tanpa menoleh pada Sita. Ranua menjawab.
"Cowok pakek jaket yang punggungnya ada huruf koreanya!"

"Warnanya hitam?"

"Iya"

"Pakek topi?"

"Iya! Banyak tanya!"

"Dibelakang Lo Nua! Jarak 1 meja"

Ranua diam membeku. Kemudian mendekatkan wajahnya pada Sita. "Beneran?"

Sita mengangguk-angguk.
"Lo mau menghindar?"

"Telat ya?"

"Banget!" Seru Sita.

"Lo mau kabur nggak?"

"Kenapa? Gue masih mau lihat Lo tersiksa anjay!"

"Anjer!"

Lonceng kembali berdenting. Kini giliran Sita yang melotot. Ada Rama disana. Berjalan dengan kacamata khasnya. Ranua tersenyum congkak.
"Karma!"

Sita buru-buru menarik Ranua ke kamar mandi.
"Ini gimana anjir keluarnya!"

"Lo yang milih tempat ini anjer!"

"Gue juga ga espek Rama bakal kesini. Bukannya harusnya dia masih kuliah ya ini?"

"Expo campus kali! Lo juga gilak! Ini deket sekolah dia"

"Ide Nuaaa! Plis Gue nggak bisa ketemu dia!"

"Padahal jelas tiap tahun dapat pap wajahnya!"

"Gue nggak minta anjir! Dikasih temennya!"

"Tetep aja kali. 10/10 nyonya!"

"Masih aja bangke!"

"Mantan terindah ya" Sita melotot, Ranua menutup mulutnya seolah salah ucap. "Oh iya HTS! Terus ditinggalin"

"Babi!" Umpat Sita entah keberapa kalinya.

Hai Ibay!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang