10. Dan Berakhir

10 2 0
                                    

2020

Masa berat memperebutkan kursi perguruan tinggi meninggalkan kenangan tersendiri. Dimana doa dan harapan untuk masa depan di perjuangkan. Ranua tidak berdiri sendiri. Ada keluarganya, sahabatnya dan teman-teman dekatnya. Dan memori paling menyakitkan adalah Ibay ada dalam di daftar teman dekatnya. Bahkan menjadi salah satu penyemangatnya.

Ranua yang terbiasa hidup dengan ambisi dan anti gagal rasanya jatuh. Kegagalan pertama membuatnya ambruk. Gagal jalur raport dan kembali merasakan perbandingan dari orang lain membuatnya murung. Tapi kehadiran Ibay yang rasanya pantas di bilang adu nasib malah menghiburnya.

Ranua dan Ibay rasanya sevisi semisi. Saling mendukung meski hanya secara tersirat. Saling mendukung untuk ujian masuk universitas bersama. Menjalani peran dengan apik. Bahkan menciptakan semangat tersendiri untuk Ranua.

"Happy Graduation!" Balas Ibay dalam instastory Ranua dalam balutan kebaya.

Hari ini adalah wisuda. Melihat itu Ranua tersenyum. Ini adalah ucapan selamat padanya yang pertama. Meski kelulusan ini berbau kegagalan jalur raportnya untuk masuk PTN. Tapi 3 tahun masa SMA nya harus tetep dirayakan.

Hari dimana ia harus mengikuti UTBK adalah hari yang menentukan hidupnya 4 tahun kedepan. Rasanya cukup menyakitkan kegagalannya kemarin.
Ranua menatap langit. Percakapannya dengan Ibay membuat memori tersendiri di kepalanya.

"Semangat!" Kata Ibay.

Ranua tersenyum.
"Nggak butuh Semangat, butuhnya doa!"

"Aamiin!"

"Apaan?"

"Katanya minta doa?" Jawabnya sambil tersenyum.

***

Hari pengumuman tiba. Ranua dinyatakan lolos. Namun tidak dengan Ibay.

"Gimana Nua?" Tanya Ibay.

"Lo gimana?" Bukannya menjawab, Ranua malah bertanya balik.

"Keterima dimana?" Tanya Ibay. Ibay sepertinya sangat hafal gimana tabiat seorang Ranua.

"Lo gimana?" Tanya Ranua. Sungguh Ia sangat berharap hasil demikian untuk Ibay.

"Nice try"

Ranua diam diam menipiskan bibir. Otaknya mulai merangkai kalimat motivasi.
"Kamu udah hebat. Semoga rencana Tuhan lebih baik untuk kamu. Kalau butuh aku ada"

Mungkin kalimat tadi adalah kalimat yang terdengar sangat menyebalkan. Tapi hanya itu yang dapat Ranua katakan.

Hari berganti. Dan bulan ganti menyapa. Ibay tidak lagi menjadi salah satu pusat dunia Ranua. Ibay pergi bagai ditelan bumi. Amara berkata tidak hanya UTBK yang membuat laki-laki itu seperti ini. Tapi juga kegagalan di jalur mandiri. Ibay jatuh, dan Ranua hanya bisa berkata-kata. PTN menghancurkan kedekatan mereka.

Mereka jauh dan disinilah Ranua memutuskan untuk tidak kembali. Tidak meneruskan cintanya. Hidupnya di perkuliahan juga sama berantakan. Tubuhnya penuh luka. Mentalnya berdarah darah. Siapa juga yang mau mengobati luka Ranua. Belum lagi Ibay mungkin sudah menemukan cintanya yang nyata.

"Bahagia Bay. Bahagia itu mahal"

Dan sejak saat itu pula. Ranua menganggap bahwa semua langit sama saja. Meski di bagian bumi manapun. Tidak ada lagi langit di instastory Ranua. Tidak lagi fanatik gila.

***
2018

"Segitu sukanya sama langit?" Tanya Ibay kepada Ranua yang sedang memotret langit.

Di atas sana, langit biru dengan perpaduan awan putih bertaburan bagaikan kapas putih beterbangan. Mendengar suara Ibay, Ranua hanya menoleh. Lalu kembali fokus memotret menggunakan ponselnya. Setelah selesai Ia duduk kembali disamping Ibay. Hari ini mereka kembali menemani Oyan Amara kencan. Entah 2 manusia itu pergi kemana.

"Bagus kan?" Tanya Ranua dengan binar bahagia, sambil menunjukkan hasil jepretan di ponselnya.

Ibay hanya mengangguk. Tatapannya mengarah pada Ranua.
"Suka?"

"Banget! Indah banget tau nggak?"

Ibay menatap langit. Pohon hijau menjulang dan bunga-bunga ditaman ini rasanya lebih menarik, ketimbang awan diatas sana. Langit rasanya sama saja setiap hari.
"Lo cuma fomo atau emang suka?"

"Udah kebiasaan."

"Mungkin nggak kebiasaan Lo ini bakal menghilang suatu saat nanti?"

Ranua terdiam. Hati kecilnya percaya bahwa langit dan dirinya adalah satu. Rasanya dunia perlu tau indahnya langit melalui Ranua.
"Kalau menurut Lo, Gue fomo, enggak. Gue cuma suka." Ranua kembali mengecek hasil fotonya. "Gue nggak tau. Tapi mungkin kebiasaan ini bisa hilang jika ada suatu hal dimasa depan yang mengubah dunia Gue"

Ranua hanya beropini. Di kepala hanya ada itu. Apapun di dunia pasti ada awal dan akhirnya.

"Nggak mau sepedahan Lo?" Tanya Ibay mengalihkan pembicaraan.

Ranua terlihat berpikir. Hanya beberapa menit Ia langsung saja menggeleng dengan tegas.
"Nggak. Males. Kalau mau sepedahan sana. Gue nggak ikut!"

"Padahal Gue mau ngajak makan gelato."

Mendengar kata gelato. Lidah Ranua rasanya ingin menyantapnya. Gelato manis pasti sangat enak di cuaca ini. Ia tidak pernah bosan makan gelato.
"Yaudah kalau maksa. Ayo!"

Ibay diam. Dari raut wajahnya terlihat bingung.
"Gue memangnya maksa Lo tadi?"

Ranua menyengir. Tangannya reflek hampir saja menarik tangan Ibay. Bersyukur akal sehatnya masih berfungsi. Ranua meraih ujung kemeja laki-laki itu. "Diem. Ayo buruan"

Ibay hanya bisa menurut. Keduanya lalu berjalan ke arah tempat peminjaman sepeda. Setelah perdebatan cukup alot antara biru dan kuning. Akhirnya sepeda berwarna ungu inilah yang menjadi pemenangnya.

"Susah susah debat, malah dapat ungu!" Gerutu Ranua.

Ibay terkekeh. Perempuam ini sangat berisik. "Bagusan ungu."

"Emang iya? Bukannya karena Lo ngalah malah jadi dapat ungu!"

Alasan mereka mendapatkan sepeda ungu adalah tepat ketika sepeda biru keinginan Ranua diminta oleh seorang laki-laki untuk istrinya yang lagi hamil. Ranua sudah marah terlebih dulu sebelum mendengar penjelasan laki-laki itu. Dan Ibay menjadi yang terkena imbasnya.

"Kasihan ibunya nyidam itu." Ucap Ibay sambil menunjuk kearah laki-laki tadi dan istrinya.

"Hah masak iya?" Ranua langsung saja menoleh. "Yaudah ayo cepetan! Mau gelato!"

Keduanya segera bergegas. Diam-diam Ranua berdebar. Ini adalah pertama kalinya Ia berboncengan dengan laki-laki kecuali keluarganya. Rasanya aneh. Tapi karena ini Ibay rasanya hanya bahagia.

Ranua meringis. Bolehkah Ranua bahagia? Padahal jelas sekali rasanya bahagia ini hanya miliknya. Cinta sepihak memang menyakitkan. Kenapa juga dirinya mudah jatuh cinta dengan laki-laki ini? Detik ini Ranua memutuskan untuk melupakan perasaanya.

Hai Ibay!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang