Bab 70

72 1 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Baju berdarah? Punya Firman?" tanya Lexi saat salah satu anak buahnya membawa sekotak besar warna cokelat yang berisikan barang-barang milik Firman.

"Termasuk beberapa berkas pekerjaan milik Firman, dan ada dompetnya juga, isinya segepok uang." Anak buahnya spontan menyodorkan kotak besar tersebut pada Lexi yang tengah duduk di depan monitor komputer. Lexi berdiri dari kursi putarnya dan mengambil pemberian anak buah berpakaian santai itu.

"Baiklah. Kamu langsung pergi aja. Lakukan misi selanjutnya. Aku sudah kirimkan alurnya di surel kamu," pinta Lexi langsung diiyakan oleh pria kaos lengan panjang tersebut.

"Siap, Bu Lexi."

Lexi menaruh kotak cokelat itu ke atas meja besar miliknya yang biasa digunakan untuk bekerja. Lalu, dia mengangkat tutup kotak dan mendapati satu buah kaos berbahan tebal warna hijau celadon serta celana panjang warna merah gelap, di mana masing-masing terkoyak dan ada noda darah. Paling jelas yaitu pada bagian kaos. Bercak darah di mana-mana, terutama di area lengan.

Lexi jadi menebak, Firman disiksa habis-habisan di rumah itu, dan dalam keadaan tidak sadarkan diri. Lihat saja celana panjang yang kini dibentang Lexi. Penuh darah juga dan bau anyir masih tercium, meski kejadiannya sudah sangat lama.

"Yudi beringas banget sama Firman," gumam Lexi sambil beralih pada kaos lengan panjang. "Aku yakin, Firman merasakan sakit yang amat sangat. Bagian celananya aja banyak bercak merah. Apalagi di bajunya."

Lexi sempat merasakan bulu halusnya menaik, sangking merinding bila mengingat kejadian itu. Meski dia tidak berada di tempat, namun dia bisa merasakan pedih dan penderitaan Firman di tempat itu.

Lexi mulai mengatur diri dan mengemas baju serta celana berdarah itu, dimasukkan lagi ke dalam kotak besar tersebut. Untuk dompet, mungkin bakal dia kasih ke Mira. Nanti Mira bisa teruskan ke keluarganya.

Satu nada dering nyaring di ponsel berhasil mengalihkan perhatiannya. Lexi segera menghampiri meja kerjanya dan mendapati Mira meneleponnya. Lexi mengangkatnya dan menyapa Mira seperti biasa.

"Kamu masih di apartemen, kan?" tanya Lexi memastikan keberadaan Mira.

"Iya. Aku masih diam-diam aja di sini. Aku telepon karena aku kesepian."

Lexi menggigit bibirnya, mencoba memilah ucapan yang kemungkinan layak untuk dia tuturkan melalui mulut. "Aku tadinya pengen ke apartemen sih, cuma kerjaan aku banyak. Paling besok atau lusa baru ke sana."

Terdengar helaan napas di seberang telepon. "Ya sudah, nggak apa. Aku maklumi kamu yang sibuk."

"Tapi, Mir ..." Lexi seakan menahan Mira agar tidak menutup telepon. "Aku ingin kasih kamu sesuatu yang penting."

"Sesuatu ... apa?"

Pandangan Lexi mengarah pada kotak besar cokelat yang berisi pakaian berdarah milik Firman. Lexi memang berencana ingin memberikan pakaian suami Mira pada istri si pemilik. Berharap saja Mira bisa kuat hati melihat pakaian tersebut, secara barusan dia juga merinding kala bekas darah masih tercetak jelas di baju itu.

My Temporary TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang