Happy Reading
Matanya terbuka lebar, waktu seakan terhenti sejenak. Sunyi. Dirinya melihat postur tubuhnya yang kembali ke usia 10 tahun.
Newa kembali mengikuti skenario di usianya 10 tahun. Dan waktu, kembali berjalan.
Cahaya di bibir perlahan redup, ketika mendengar suara teriakan yang saling bersahutan. Tangan kecil itu bergemetar, dan jari-jarinya mulai bertaut. Newasena pernah mendengar suara ini, saat melakukan pelatihan keadaan darurat. Badannya yang masih kecil, cukup muat di ruangan kecil yang disebut dengan loker. Newa tidak tahu, bagaimana bisa dia berada di dalam loker ini. Dari celah bagian pintu loker yang sesuai dengan tinggi badannya. Di celah-celah cahaya yang masuk, Newa melihat beberapa orang berlarian. Dengan ekspresi takut yang sangat kentara.
Dor! Sekali lagi, Newa mendengar suara keras itu lagi. Reflek gerakan tangannya menutup mulut. Matanya juga membulat, ketika seorang gadis perempuan yang sepertinya lebih tua beberapa tahun darinya bersama seorang laki-laki yang mungkin seumuran dengan perempuan itu. Sandera. Iya, laki-laki itu menjadikan perempuan itu sanderanya.
"Don't do it!" lirihnya.
Ujung pistol jenis revolver menyentuh kepala perempuan yang telah mengeluarkan air mata dan wajahnya terlihat pucat. Ketika Newa mengintip dengan jelas wajah laki-laki bersenjata itu. Wajahnya terlihat tidak asing di ingatan Newa. Siapa dia? Tapi, ingatannya tidak mau bekerja sama dengannya.
"Aku akan menghabisinya, jika kalian tidak mau mengabulkan permintaanku!"
Sekiranya, begitulah yang samar-samar dirinya dengar. Suara teriakan kembali terdengar, ketika terlihat jelas laki-laki itu ingin menarik pelatuk dan mengeluarkan amunisi yang bisa menembus kepala perempuan itu.
"Cepat, temukan para berandalan itu. Aku siap menghabisi mereka semua sekarang!!!" teriak laki-laki menggelegar.
Dari celah pintu loker, Newa hanya bisa melihat laki-laki dan perempuan itu saja. Sepertinya, mereka tengah berbicara dengan orang lain, yang terdengar tengah membujuk laki-laki itu.
"Bawa mereka, aku hitung sampai tiga. Jika mereka tidak ada, perempuan ini yang akan mati! Satu!"
Newa semakin gelisah dan takut, ketika melihat tatapan penuh amarah dan dendam. Terlebih, di baju laki-laki itu terdapat beberapa bercak warnah merah. Lelaki itu tidak main-main dengan kata-katanya.
"Dua!"
Jari-jari siap menarik pelatuk dan sebentar lagi akan menimbulkan tragedi di depan mata.
"Ti—"
"Jangan!" Newa memberanikan diri membuka pintu loker.
Dengan langkah kaki yang ragu, Newa keluar dari persembunyiannya. Kini, dia bisa melihat ternyata ada beberapa orang berseragam yang tengah menggunakan senjata juga. Dan tentunya dengan kehadiran Newa di tengah-tengah mereka, mengejutkan bagi semua orang.
"Menjauhlah dari sana, Newasena!"
Dia menoleh, ada yang memanggil namanya. Seorang pria dan ternyata itu adalah gurunya.
"Kenapa kau ada di sini?" tanya laki-laki itu, terlihat marah.
Newasena menatap laki-laki itu. Tatapan laki-laki itu seakan mengenal Newa.
"Aku?" Newa berpikir, dia akan memperlambat waktu. "Ingin berbicara dengan kau!"
Newa berhati-hati dengan laki-laki yang tidak bisa dia ingat namanya. Namun, Newa merasa juga mengenalnya.
"Pergi! Aku memberikan kau kesempatan untuk pergi!"
Newa menggeleng, bahkan ketika dia tidak mengerti mengapa laki-laki itu membiarkan dirinya hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPASANG SAYAP
Roman pour Adolescents"Shadow School adalah sekolah buangan tempat anak-anak bermasalah, bahkan anak-anak yang keluarganya juga tidak jelas asal usulnya." -- Summer dan Newasena dikenal dengan dua kepribadian yang saling bertolak belakang. Summer dikenal dengan kepribadi...