Di hari Minggu ini Farid tak kemana-mana, ia sudah berniat mengajak Nadi untuk keluar, entah kemana pun itu, yang penting ia ingin menghabiskan waktu bersama anaknya. Sayangnya, Nadi malah menghampirinya sambil memberikan kertas kecil lecek berisi beberapa angka, seperti sebuah no telpon.
"Boleh masukin ke hp Ayah?"
Farid menerima kertas kecil itu sambil memasukkan nomernya. "Nomer siapa?"
"Tante Naira."
Farid mengernyit, "Ngapain kamu minta nomernya?" Sungguh, Farid bahkan tak terpikir untuk meminta nomer telpon wanita itu, karena ia memang tak terpikir untuk menjalin hubungan dengan Naira, meskipun wanita itu sangat baik pada Nadi.
"Siapa tahu butuh.. Tante Nai juga bilang kalau Minggu pagi ini mau jalan-jalan naik sepeda sambil beli sarapan gitu.."
"Terus?"
"Coba Ayah tanyain, udah berangkat belum? Kalau belum, aku boleh ikut nggak? Aku naik sepeda kan udah lancar."
"Nggak-nggak." Tolak Farid langsung.
"Kenapa?" Seru Nadi tak terima.
"Ayah mau ngajak kamu jalan-jalan."
"Ya udah jalan-jalannya sama Tante Naira aja. Ayah minjem sepeda punya Kakek." Saran Nadi dengan entengnya.
"Nggak." Tolak Farid lagi. Enak saja! Ia ingin menghabiskan waktu berdua saja dengan Nadi, dan kehadiran Naira tidak ada dalam rencananya.
Penolakan itu pun membuat wajah Nadi langsung kecewa. "Tapi aku pingin jalan-jalan naik sepeda."
"Ya udah sama Ayah aja." Saran itu rupanya tak begitu diinginkan Nadi, karena anak itu pun hanya menghembuskan napasnya, tampak terpaksa.
"Nggak mau jalan-jalan sama Ayah?" Tanya Farid tersinggung.
"Bukan gitu.. kalau ada Tante Naira pasti lebih seru. Tante Nai baik, tahu makanan apa aja yang enak, Tante Nai juga suka cerita-cerita."
Berarti maksud Nadi, Farid tidak seru begitu? Tanya Farid dalam hati. Ia tak terima. Sama sekali!
"Emang.. Ayah nggak suka Tante Nai?" Tanya Nadi pelan.
Farid yang sedang cemberut kesal pun langsung terdiam. "Biasa aja." Jawabnya.
"Padahal Tante Naira baik.." gumam Nadi.
"Kamu pingin Ayah punya hubungan sama Tante Naira?" Tanya Farid spontan.
"Bisa?" Nadi bertanya pelan, namun menatapnya penuh harap.
"Ya bisa aja.. kalau Ayah mau."
"Ayah.. mau?"
Tatapan penuh harap Nadi membuat Farid merasa berat. Nadi begitu kentara menyukai Naira. Apa ini artinya Farid harus berusaha mencoba menjalin hubungan?
"Kalau kamu mau, Ayah mau." Jawab Farid akhirnya.
Mendengar jawaban itu, Nadi langsung menggeleng. "Nggak-nggak. Ayah nggak usah mikirin aku. Ini nggak ada hubungannya sama aku."
Farid pun berdecak, "Ada, Nadi. Semua ada hubungannya sama kamu. Berapa kali sih, Ayah harus bilang kalau Ayah bakal menikah sesuai dengan persetujuan kamu? Ayah nikah kan nggak cuman nyari istri, tapi nyari ibu buat kamu juga."
"Kalau Ayah nikah sama Tante Naira.. berarti Tante Nai.. jadi ibu aku?"
"Ya iya."
Nadi diam sejenak. Farid pikir, anaknya akan berseru senang, tapi di luar dugaan Nadi malah berucap, "Tapi belum tentu Tante Naira mau jadi ibu aku juga, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadi | Seri Family Ship✅️
General FictionFarid melakukan kesalahan besar saat masa remajanya, dan mau seberapa besar usahanya untuk memperbaiki keadaan, semuanya tetap sama. Ada korban atas kesalahan bodohnya; Nadi. Begitu Farid memanggilnya. Dan hanya dengan melihat Nadi, perasaan bersal...