9. Sekolah Angker (3)

632 40 5
                                        

Praja merasakan ada seseorang yang mengintip dari luar, perlahan ia melangkah ke depan pintu kelas dan menemukan seseorang yang sedang bersembunyi di sana.

Bima yang sadar bahwa dirinya sudah ketahuan langsung bergerak mundur menjauh. Ia juga mengarahkan Crossbow nya ke arah Praja.

"Tunggu dulu, kita bisa bicara dulu! Kamu ini siapa? Apa kamu seorang Indagis?" Ucap Praja.

Praja merasa terkejut karena ia menemukan seorang Indagis lain di tempat seperti ini.

"Loh Bima?" Nayla terbelalak melihat penampilan Bima yang kini diselimuti oleh sisik ular yang tumbuh di sebagian tubuhnya.

"Apa? Jadi gadis itu bisa melihatku?"

Nayla mencoba untuk mendekati Bima, namun di tolak oleh remaja itu.

"Jangan mendekat!" Ucap Bima dengan waspada sembari menodongkan senjatanya pada Praja dan Nayla.

"Tunggu dulu, kita harus bicara sebentar! Aku juga Indagis, dan di sini aku ingin menyelesaikan masalah hantu di sekolah ini!" Ucap Praja.

"Gak usah banyak bicara! Kamu pikir aku gak tahu siapa kamu? Kamu adalah Indagis Harimau Putih kan? Indagis yang dikenal sebagai Indagis pemburu yang suka membunuh Indagis lain!?" Balas Bima.

Praja tersentak mendengar ucapan Bima barusan, ia hanya diam tanpa membalas apapun.

Nayla terkejut mendengar pernyataan dari Bima, namun setelah melihat raut wajah Praja. Ia mulai angkat bicara.

"Bima, dengerin kami dulu! Aku tidak tahu soal masa lalu Bang Praja, juga soal hubungan para Indagis. Tapi bang Praja pernah menolongku dan juga kakakku. Dan sekarang dia juga ingin membantuku lagi, jadi tolong dengerin kami!"

Bima tidak mengindahkan ucapan Nayla, tanpa ragu ia langsung menembakkan anak panah ke arah Praja.

Beruntung Praja berhasil menghindar dan memanggil Ki Maung Bodas. Dengan cepat ia melakukan penyatuan roh.

"Kalo soal masalah itu bisa kita bicarakan nanti, sekarang kamu tenang dulu!"

Ucapan Praja tak diindahkan oleh Bima. Remaja itu terus melancarkan serangan, hingga membuat Praja mau tak mau harus menyerang Bima.

Praja melesat ke arah Bima, ia mengeluarkan energi berbentuk cakar biru di jari tangannya dan menggunakannya untuk menyerang Bima.

Namun Bima dengan refleks menghindar ke samping dan langsung membalas serangan.

Ia mengarahkan Crossbownya ke arah Praja dari jarak dekat. Kemudian pelatuknya ia tarik hingga sebuah anak panah melesat dari senjata tersebut.

Tapi sayangnya Praja berhasil menghindar dan balas menyerang.

"Tidak mungkin! Dari jarak sedekat itu tidak mungkin dia bisa menghindar!" Batin Bima.

Praja terus melancarkan serangan, hingga membuat Bima terpukul mundur.

Jangankan untuk menyerang, bahkan untuk bertahan pun Bima masih keteteran dibuatnya.

"Ini tidak bisa begini terus, aku harus membuat jarak!"

Bima mendorong kakinya untuk menjauh dari Praja. Setelah jaraknya cukup jauh, ia langsung melesatkan anak panahnya.

Dengan refleks yang cepat, Praja melompat dan menghindari serangan itu. Ia juga memanfaatkan hal itu untuk mengambil anak panah tersebut.

Dengan lompatan memutar, Praja melempar anak panah itu ke dekat kaki Bima.

Lemparan itu membuat Bima mengalihkan pandangannya dari Praja untuk sesaat. Hal itu langsung dimanfaatkan oleh Praja.

Dengan cepat Praja mendekat ke arah Bima dan mengerahkan pukulannya ke wajah Bima.

Bima tak sempat menghindar hingga akhirnya terkena pukulan telak di wajahnya. Tubuhnya pun terbanting ke lantai.

Bima terkejut karena ia tak sempat menghindar, dan kini tubuh astralnya tergeletak di lantai.

"Sudah cukup Bima, kita perlu bicara!"

***

Mereka bertiga pun pindah ke tempat yang lebih sepi, sedangkan roh Bima kini sudah menyatu kembali dengan tubuhnya.

"Apa yang ingin kalian bicarakan?" Tanya Bima dengan wajah serius.

"Singkat saja, aku ingin menyelesaikan kasus hantu di sini, jadi aku ingin bekerja sama denganmu!" Ucap Praja.

"Apa? Kerja sama? Mana mungkin aku bekerja sama dengan pembunuh sepertimu! Kalo aku lengah, kau pasti akan mengambil kesempatan untuk membunuhku!" Ketus Bima.

Praja pun menghela napas, saat ia ingin menjawab, Nayla tiba-tiba angkat bicara.

"Bang Praja tidak seperti itu, Bang Praja udah pernah nolongin aku kemarin, jadi gak mungkin dia bakalan ngebunuh kamu tanpa alasan!"

"Kenapa kamu bisa yakin begitu? Emangnya kamu kenal dia udah berapa lama? Indagis Harimau Putih ada sosok pembunuh yang berdarah dingin, mereka sangat haus kekuatan dan tidak ragu menghabisi siapapun," jelas Bima.

"Sudah menjadi rahasia umum dikalangan para Indagis, bahwa kami semua harus mewaspadai mereka," lanjutnya lagi.

Praja kemudian membalas, "baiklah, jika kamu memang setakut itu padaku, aku tidak akan protes. Sebaiknya untuk masalah hantu di sekolah ini biar kamu dan Nayla saja yang menyelidikinya, aku tidak akan ikut campur!"

Bima & Nayla terkejut mendengar ucapan Praja barusan.

"Apa? Kenapa aku harus ikut saran darimu? Aku tidak mau masuk ke dalam perangkapmu!" Ketus Bima.

"Karena kamu tidak percaya padaku, jadi sebaiknya untuk urusan ini biar kamu saja yang selesaikan! Toh kamu tidak punya pilihan lain kan? Karena kamu juga harus sekolah di sini dengan tenang!" Balas Praja.

"Ditambah lagi aku yakin kamu tadi sudah bertarung dengan sang hantu, jadi kamu harusnya paham seberapa bahaya hantu itu jika dibiarkan!"

Mendengar jawaban Praja, Bima terdiam sesaat. Ia berpikir bahwa ucapan Praja mungkin ada benarnya.

Karena tidak mungkin juga dirinya membiarkan hantu itu berkeliaran di sini, toh ia harus sekolah dengan tenang tanpa gangguan dari mahluk gaib.

Bima pun akhirnya menyetujui saran dari Praja. Setelah itu Praja untuk memutuskan untuk pamit karena sekolah sudah mulai ramai, Bima dan Nayla juga harus masuk kelas untuk memulai pelajaran.

***

Sementara itu, di gudang belakang sekolah. Terlihat 2 sosok hantu perempuan, salah satunya adalah hantu penunggu bangku kosong yang tadi sempat berhadapan dengan Bima.

Sosok hantu tersebut menatap hantu penunggu gudang dengan tatapan penuh amarah. Sementara hantu yang ditatapnya sedang meringkuk ketakutan.

Hantu penunggu bangku kosong itu berteriak keras dan mencambuk lawannya menggunakan cambuk dari rambutnya sendiri.

Sementara hantu penunggu gudang hanya merintih kesakitan tanpa bisa melawan.

Hantu penunggu bangku kosong itu teringat dengan pertarungannya melawan Bima tadi. Dengan penuh amarah, ia berkata, "Awas saja kamu nanti, akan kubunuh kamu!"

Indagis 1: Jawa ArcTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang