Manda menatap Jae in dengan alis terangkat, menyiratkan kebingungan yang mendalam. Cahaya lampu toko menyinari wajahnya, memberikan kesan lembut namun penuh tanya.
"Ada apa?" tanya Manda dengan nada suara yang rendah, nyaris berbisik.
Jae in terlihat gugup, menggeser-geser kakinya yang berdiri di atas lantai keramik yang dingin. Tangannya sedikit bergetar saat Ia memegang barang yang ingin dibelinya.
"A-aku harus membeli yang ini. Iya! Yang ini," jawabnya tergagap, matanya sesekali melirik ke arah barang tersebut.Manda mengangguk pelan, seolah memahami kegelisahan Jae in.
"Baiklah, kalau begitu... aku akan melanjutkan aktivitasku," ucapnya dengan senyum tipis, lalu mulai melangkah jauh."Tunggu!" seru Jae in tiba-tiba, suaranya memecah keheningan ruangan.
Manda berbalik, rambutnya yang panjang berayun mengikuti gerakannya.
"Ya?" sahut Manda, matanya bertemu dengan mata Jae in yang kini dipenuhi dengan rasa panik.Jae in menelan ludahnya sebelum berkata.
"Berikan kartu namamu, aku akan menghubungimu untuk membayarnya. Sebagai tanda terima kasih atas bantuanmu," pinta Jae in dengan nada memohon, sembari mengulurkan tangannya.Manda menggeleng perlahan, senyum simpul menghiasi wajahnya.
"Itu sungguh tidak perlu. Aku hanya sedikit membantu," ujarnya dengan suara lembut."Tetap saja, aku harus berterima kasih. Tolong terima!" Ucap Jae in, kini dengan nada yang sedikit memaksa, matanya memohon pengertian.
Manda tersenyum dan menggeleng lagi.
"Tidak, terima kasih...," katanya dengan tegas namun ramah, lalu berbalik dan mulai berjalan pergi."Tunggu! Beritahu aku namamu saja," pinta Jae in, nada suaranya terdengar putus asa.
Manda berhenti sejenak, lalu berbalik lagi.
"Mandalika," jawabnya dengan suara yang jelas, angin malam menerpa helaian rambut hitam panjangnya, memikat siapa saja yang melihatnya."A-aku! Namaku Jae in," kata Jae in gugup, wajahnya memerah, terpaku dengan wajah cantik yang mempesona.
Manda tersenyum tipis.
"Aku pergi dulu ya," pamitnya sebelum berbalik dan melangkah pergi."Mandalika?" panggil Jae in, berharap Ia akan kembali.
Manda berhenti lagi, menatap Jae in dengan ekspresi penasaran.
"Hanya mencoba memanggil," ujar Jae in tersenyum, meski gugup.Manda tersenyum lebih lebar kali ini.
"Aku pergi ya. Sampai jumpa!" ucapnya, lalu pergi.(人 •͈ᴗ•͈)
Di sisi lain kota, di dalam Restauran AAA yang mewah, cahaya lilin temaram menciptakan bayangan di dinding yang elegan. Ji Young duduk dengan anggun di kursinya, memegang foto Manda dengan tatapan tajam.
"Wanita ini bernama Manda. Carikan aku informasi tentang wanita jalang ini. Dia selalu bersama dengan Gyumin, suamiku. Berikan semua informasi yang kau dapatkan tentangnya." Ji young terdiam sejenak, menatap Pria bermasker di hadapannya.
"Carikan aku pembunuh bayaran!" titah Ji Young dengan suara dingin, menyodorkan foto itu kepada Sung Bok yang duduk di depannya.
Sung Bok menatap foto itu sejenak sebelum mengangguk.
"Hmm, ini akan memerlukan banyak uang," ujarnya dengan nada serius, alisnya terangkat.Ji Young tersenyum sinis, membuka koper kecil yang dibawanya.
"Satu miliar won untuk menghilangkan satu jalang ini. Tanpa meninggalkan jejak," katanya dengan nada tegas.Mata Sung Bok seketika bersinar kegirangan.
"Tentu saja. Itu permintaan yang sangat mudah!" ucapnya penuh semangat."Jangan sampai namaku terseret dalam rencana ini. Aku akan menambahkan imbalannya jika rencana ini berjalan dengan baik," ujar Ji Young, menutup kembali koper yang ada di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quadrangle Romance: Mandalika한국아
Teen FictionMandalika, gadis Indonesia dari keluarga berkecukupan, mengalami trauma masa kecil setelah diculik gurunya. Akibat dari penculikan tersebut, Ia terkurung selama bertahun-tahun lamanya. Tepat saat usianya memasuki 23 tahun, Mandalika dibebaskan, namu...