"Esok". Merupakan kata yang paling sang Desta takutkan, banyak sekali kejutan yang ada di dalam kata "esok" Namun tidak semua kejutan itu berisi hal menyenangkan. Bisa juga hal menyedihkan yang akan tiba. Sama hal nya seperti satu hari sebelum sang Devan meninggal. Tak ada yang menyangka, hari "esok" Adalah hari terakhirnya.
Selepas kejadian yang dialami oleh sang Desta pada hari itu. Ia pun hanya melakukan kegiatan yang terus menerus ia lakukan. Membaca satu demi satu kata yang ada pada surat sang Devan.
Dunia ini seolah olah hanya berisi kesengsaraan semata saja, namun pada nyatanya, beribu-ribu kebahagiaan di luar sana menanti kedatangan sang Desta. Namun ia memilih untuk berdiam diri dalam dunia kesengsaraan yang ia anggap itu adalah hal yang paling nyaman dalam hidupnya.
"Gimana ya Dev? Minggu depan udah mulai ulangan akhir semester, sedangkan pikiran gue engga bisa fokus buat belajar. Dan gue udah ketinggalan banyak materi semenjak gue sakit. " Bingung sang Desta, sembari menatap ke arah jendela yang terbuka.
Setelah ia berpikir apa yang harus ia lakukan, akhirnya ia memilih untuk membuka dan mempelajari buku kursus pelajaran yang ia beli saat itu. Rumus demi rumus ia coba, dan kata demi kata ia baca. Semua sudah dilakukan, tapi tetap. Tak ada yang masuk ke otaknya. Konsentrasi sang Desta selalu terganggu ke arah bingkai foto yang berisikan foto yang penuh dengan seribu kenangan.
Ia pun meninggalkan buku paket dengan posisi terbuka begitu saja, dan ia langsung berbaring ke kasur nya. Dan melemparkan pikiran fokus yang masih tersisa. "Apa bener ya kata si Arkana? Gue kayak nya harus bener bener ngelupain semua kenangan gue sama Devana. Melupakan bukan berarti jahat kan? " Bingung sang Desta.
Dan setelah pikiran itu terbesit di benaknya, ia pun kembali melangkahkan langkah nya ke arah bingkai foto yang berisi foto dirinya bersama Devana, Arkana, Dan juga Beby Ananta.
Ia mengulurkan tangannya ke arah bingkai foto tersebut. Dan tanpa pikir panjang, ia langsung membuka bagian belakang dari bingkai foto tersebut. lalu merobek bagian foto yang ada sang Devana.
"Maaf ya Dev, tapi ini harus gue lakuin demi perjalanan gue selanjutnya... " Ucap sang Desta, dengan tangan yang ragu untuk merobek foto itu.
KREKKK
Namun, semua keputusan yang dimiliki sang Desta sudah bulat. Takkan ada yang bisa menghalangi niatan ia untuk melupakan semua kenangannya bersama sang Devan.
Setelah merobeknya, sang Desta, memasukkan kembali foto tersebut, namun dengan suasana yang berbeda. Arkana Garga, Beby Ananta, Desta Derata. tiga orang itulah yang sekarang menempati bingkai foto tersebut. Tanpa satu orang yang telah tiada.
Bingkai foto itu lalu diletakkan kembali ke tempatnya oleh sang Desta, lalu sang Desta mengambil beberapa surat yang ada di atas kasurnya, maupun di dalam tasnya. Dan tanpa pikir panjang, ia langsung melangkah ke dapur, untuk mengambil sebuah korek api.
Pintu rumah pun ia buka pada malam itu, dan benar saja. Ia membakar semua surat itu, tepat di bawah bintang bintang indah yang menyaksikan. Mungkin saja sang Devan akan sedih dan bahagia di atas sana, ketika melihat sahabatnya yang sedang berusaha untuk melepaskan dirinya dengan tenang.
Kobaran api yang tercipta, menciptakan cahaya ikhlas yang menyinari hati sang Desta. Dengan tatapan yang tulus, sang Desta memandangi surat yang perlahan lahan terbakar di depan dirinya.
Kala itu, ibu terbangun di tengah sunyi nya malam, namun dari depan pintu kamarnya, ia melihat pintu kamar sang Desta terbuka. Dan tak lama kemudian, ia melihat pintu depan rumahnya pun ikut terbuka. Ibu pun sungguh diliputi oleh rasa penasaran, dan pada akhir nya ibu memilih untuk melihat keadaan diluar sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desta Derata
Teen FictionDesta Derata adalah seorang remaja dengan sifat yang sangat ambisius dalam bidang akademiknya, tak kenal lelah ia belajar untuk mendapatkan masa depan yang indah. SMP Bandung Independen adalah bukti dari rasa ambisius nya untuk mendapatkan nilai yan...