37

1.9K 254 28
                                    

_HTK_

Zean bergerak gelisah sesekali membuka ponselnya mencari pesan dari Shani yang tak ada dia terima. Zean resah, kepalanya selalu berpikir kalau pertengakaran mereka semalam membuat Shani marah dan enggan untuk mengabarinya.

"Apa gua keterlaluan semalam? Tapi gua marah sama dia," monolog Zean. Dia berguling-guling dikasur siang hari ini. Badannya lelah setelah beraktivitas di sekolah.

"Akh! Apa gua ke rumahnya lagi aja ya?" pikir Zean. Lagi pula Zean tak bisa berlama-lama tanpa kabar seperti ini, apa lagi setelah pertengkaran. Dirinya menjadi tak tenang.

"Gua ke sana aja deh, pasti juga Shani ada di rumah jam segini," putus Zean. Dia beranjak untuk bersiap ke sana. Zean berkaca merapikan rambutnya, kemudian melihat ikan peliharaanya yang sepertinya lapar, karena sedari tadi berenang di atas. Zean sebelum pergi, memberi makan ikannya dulu.

"Makan yang banyak bro, gua mau ketemu Mommy mu dulu," kata Zean pada ikan, seakan ikan itu paham apa yang dia katakan. Setelah siap dia keluar kamar mencari keberadaan sang Mama.

"Ma, Zean keluar bentar ya. Mau ketemu Shani," jelas Zean pada Mamanya yang sedang membaca majalah kecantikan.

"Iya, nanti kalau ada waktu ajak Shani ke sini lagi ya," pinta Mama Zean.

"Iya Ma, nanti Zean ajak Shani ke sini," jawab Zean.

"Yaudah sana, hati-hati di jalan, jangan ngebut."

"Iya Mamaku sayang." Zean menyalami tangan sang Mama kemudian keluar dari rumah. Dia mengendarai motornya dengan santai. Di tengah jalan dia sempat berhenti membeli bunga. Sesekali dia ingin menjadi cowo yang romantis, karena jarang sekali dia bersikap romantis pada Shani.

_HTK_

Sebuah mobil berhenti di depan tembok halaman rumah Shani. Mengapa tidak di depan gerbang? Karena di sana sudah lebih dulu ada mobil yang terparkir. Pemilik mobil keluar yang ternyata itu, Aran. "Mobil siapa ini? Apa Zean punya mobil?" Pikir Aran. Karena selalu saja jika dia ingin apel pasti keduluan Zean.

Untuk menghilangkan rasa keponya dia bergerak mendekati gerbang. Namun, langkahnya berhenti saat matanya melihat Shani berada di teras dengan seorang lelaki, yang Aran tidak tau siapa itu. Sebenarnya lelaki itu adalah Husen. Aran tentu belum mengenal siapa itu Husen.

Husen terlihat membawa sebuah buket bunga dan Shani tersenyum melihatnya. Hati Aran merasa nyeri tentunya, apa Shani akan ditembak oleh Husen? Mata Aran kemudian melebar melihat Husen bertekuk lutut sambil menyerahkan bunga kepada Shani.

"Anjir! Gimana sama Zean?" walaupun hatinya ikut sakit melihat itu, tapi disisi lain Aran kepikiran sama Zean. Karena setaunya kan Zean pacar Shani. "Apa mereka udah putus?" pikirnya.

Tak ingin merasakan sakit lagi, Aran berbalik tak jadi menghampiri mereka. Namun, sebuah motor yang dia kenal mendekati. Aran langsung menghadang motor itu untuk berhenti, yang membuat motornya mengerem mendadak.

"Lo gila ya?! Kalau gua nabrak lo tadi gimana? Gua ga ada duit buat nyembuhin." Dia adalah Zean yang sudah sampai.

"Lo mau kemana?" tanya Aran.

"Mau ke rumah pacar gua lah, pakek nanya," jawab Zean.

"Mendingan jangan deh. Mending balik aja atau ngopi sama gua," kata Aran. Entah kenapa Aran tak mau orang yang dianggap bocah ingusan ini merasakan sakit hati saat melihat apa yang dia lihat tadi.

HANYA TENTANG KITA II [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang