“sadewa lo liat notebook—” GADIS itu menghentikan langkahnya sesaat sebelum dia masuk ke dalam apartemen. “oh fuck.” ucap skala sembari menutup pintu apartemen itu dan terdiam selama beberapa saat di tempatnya.
kirana yakin gadis tadi bukanlah si anak sastra yang dirumorkan dekat dengan sadewa beberapa hari lalu. “apa perasaan gue aja,”
kirana melangkahkan kakinya meninggalkan apartemen dengan berat hati karena dia tidak bisa langsung mengistirahatkan diri usai seharian bergulat dengan tanah liat yang akan menentukan nilainya di semester ini.
kirana :
“apakah gue boleh numpang.”renjani :
“rumah lo udah ada dua masih mau numpang?”kirana :
“gue bawain cheese cake.”renjani :
“kalau gini sih numpang tiap hari juga gapapa.”kirana :
“mau misuh juga udah ngga sanggup.”sadewa :
“hey.”kirana :
“lo diem dah.”sadewa :
“gue jemput ya?”kirana :
“ngga usah.”sadewa :
“kirana.”kirana :
“diem atau gue block.”sadewa :
“sleep tight ki.”🕊
“oh my God!” mbak tatu yang saat itu membukakan pintu untuk kirana segera menarik tubuh gadis itu untuk masuk dan reflek menepuk bahunya. “aduh kok ngga bilang mau datang sih non!”
“hehe..”
“duduk dulu ya, saya ambilin minum bentar.” kirana mengamati rumahnya yang ternyata masih sama sepinya sejak hari itu.
“ayah sama bunda pergi lagi?” mbak tatu datang dengan segelas jus jeruk dan kirana tersenyum tipis. “itu si bapak ada urusan di luar kota jadi ibu diajak sekalian biar jalan jalan non,” jawabnya.
“jalan jalan mulu perasaan.” ucap gadis itu yang membuat mbak tatu tertawa. “mas sadewa ngga diajak kesini?” tanya mbak tatu.
“sadewa—”
“tadi masih ada urusan jadi ngga bisa bareng mbak.” laki laki itu berjalan dengan senyuman penuh kemenangan ke arah gadisnya.
“oalah mas saya kira lagi ada masalah sampai non kirana pulang sendiri kaya gini.” sadewa menggelengkan kepalanya perlahan sembari menatap kirana yang menghembuskan napasnya kasar.
“ya udah kalau gitu saya ke belakang dulu mas.. setrikaan masih numpuk.” ucap mbak tatu sebelum pergi meninggalkan kirana dan sadewa di ruangan itu. “setan minder liat kelakuan lo.” ucap kirana sambil menyingkirkan tangan sadewa dari pinggangnya.
“should we add one more rules?” kirana menyingkirkan beberapa kerang dari pasta yang ada di hadapannya. “alright, what’s that?”
“jangan bawa cewek lo ke apartemen.” ucap gadis itu. “bayangin aja nih bang lo lagi berduaan terus tiba tiba orang tua lo dateng.”
sadewa menganggukkan kepalanya sembari menyuapi gadisnya dengan pasta yang sejak tadi hanya dimainkan. “makan dulu ki.”
kirana mengunyahnya perlahan sedang sadewa tersenyum kecil karena akhirnya dia bisa melihat langsung pipi kirana membulat dan bibir mengerucut lucu ketika gadis itu sedang makan.
🕊
setelah selesai makan pagi sekaligus siang itu keduanya memilih untuk beristirahat di kamar kirana; posisinya kirana berada di ranjang dan sadewa duduk di kursi belajar menghadap gadisnya.
“sadewa.” panggil kirana. “hm?”
“lo begitu begituan tuh orang tua lo tau ngga sih?” tanya kirana.
“begitu begituan gimana ki?” gadis itu bangun dari posisinya dan duduk di tepi ranjang menghadap sadewa. “masa ngga paham..”
“i’m pretty sure you won’t believe this but i never fuck.”
“but how?” sadewa mendekati kirana. “what do you mean how?”
“there are other ways to make someone c—”
“okay! i know.” kirana menaruh jari telunjuknya di bibir sadewa.
“how about you?”
“i hate men.” gadis itu menjawab tanpa ada keraguan sedikitpun.
sadewa merapikan rambutnya perlahan. “you drive me crazy, ki.”
“i want to kiss you so bad right now.” gadis itu menahan napasnya ketika sadewa menangkup pipinya dan menarik wajahnya untuk mendekat sebelum,
“nonn! saya mau ke depan beli kispray mau nitip sesuatu ngga?”
5391.
KAMU SEDANG MEMBACA
5391
Fanfiction[ ft. 박성훈 ; end ] somewhere between hello and goodbye; there was love, so much love. © 2O24