09. Let's Talk

14.6K 1.1K 276
                                    

Kathrina sampai di rumah cukup larut, gadis itu masuk kerumah setelah salah satu pelayan membukakan pintu untuknya. Ia menaiki satu persatu anak tangga dengan langkah gontai. Tidur adalah satu-satunya hal yang muncul di kepalanya saat ini.

Tanpa gadis itu sadari, kini Gita sudah berada di depannya. Kathrina menabrak tubuh Gita yang membuatnya kini mundur satu langkah dari gadis di hadapannya. "Minggir," perintah Kathrina. Namun Gita tak kunjung berpindah dari tempat dimana ia berdiri.

"Kak Gita yang terhormat, aku cape. Aku mau masuk ke kamar. Please go away," pintanya lagi dengan penuh penekanan di setiap kalimatnya.

"Kath, we need to talk."

Kathrina menghela napasnya. "Apa? Aku gak ada waktu buat ngobrol. Tapi, kalau mau nampar aku lagi, silakan." Gadis itu memalingkan wajahnya, menunjuk pipinya sendiri dengan jari telunjuknya agar Gita dapat menamparnya dengan lebih leluasa. Ah, bukan hal itu yang Gita inginkan. Bukan ini yang Gita maksud.

Gita memegang kedua pundak Kathrina, menarik dagu gadis yang lebih muda agar menatapnya. "Aku mau bilang makasih untuk hari ini. Makasih ya udah bantu aku tadi," jelasnya kepada Kathrina yang hanya membalasnya dengan tatapan datar.

"Udah?"

Gita tertegun. Tak lama, Kathrina mendorong Gita ke samping, lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju kamarnya. Namun, lagi dan lagi Gita menarik dan menahan tangannya. "Gita, aku mau istirahat," ucapnya lelah.

Gadis yang lebih tua mendekati Kathrina, tak sengaja menghirup bau yang menempel pada seragamnya. "Kamu ngerokok, Kath?" ucapnya seraya menatap Kathrina dengan tatapan terkejut, kedua alisnya tertaut. Tatapannya kini berubah menjadi tatapan bingung, masih menatap Kathrina tak percaya.

"Terus?"

"Kalo Papa sama Mama tau, nanti mereka bakal kecewa sama kamu, Kath! Kamu harus berhenti merokok!" Gita sedikit membentak, membuat Kathrina memutar bola matanya malas. "Mau ya? Sebagai gantinya, setiap hari aku akan kasih permen lollipop yang kamu suka."

"Gak mau. Toh aku memang mengecewakan. Suka-suka aku lah."

"Kath, please? I'm ... begging you, stop it, ya? Aku juga bakal lakuin apapun yang kamu mau!" pinta Gita khawatir seraya menggenggam jemari sang adik. Kathrina menatap tangannya yang di genggam erat oleh Gita. Entah bagaimana, tiba-tiba terbesit ide cemerlang di kepalanya.

"Fine." Kathrina tersenyum miring, menyeringai. "I'll stop smoking. Tapi kamu harus jadi gantinya."

Gita mengangguk cepat. "Iya, aku bakal kasih permen lollipop yang kamu suka, yang kamu mau, varian rasa apapun itu!" ucapnya sangat sumringah. Padahal, bukan itu yang Kathrina maksud.

"Aku gak mau lollipop. Aku mau kamu, Gita," ucap Kathrina sembari menatap Gita dengan tatapan yang tidak dapat Gita pahami.

"Hah?"

Kathrina menghela napasnya pelan, melepas kacamata yang sedari tadi ia gunakan. "Kamu, Regita Sekar Adhyaksa." Kathrina berjalan mendekat, mengikis jarak keduanya, memeluk pinggang Gita, mendorongnya perlahan hingga gadis yang lebih tua tak bisa melangkahkan kakinya lagi untuk mundur. Kathrina mengunci Gita dalam kungkungannya.

"Kath?" Gita menahan pundak Kathrina yang terus mengikis jarak diantara keduanya, menatapnya bingung. "Kamu mau apa?" Degup jantung Gita semakin berdetak dengan cepat. Ia panik karena Kathrina yang terus mendekat.

"Kamu suruh aku berhenti merokok, aku suruh kamu untuk jadi pacarku," Kathrina menggantungkan kalimatnya, menatap lurus ke arah bibir Gita, mengusapnya perlahan dengan ibu jarinya. Kemudian gadis itu beralih mendekatkan bibirnya dengan daun telinga Gita.

Obsessed (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang