"Del, headpass!" teriak Hazel. Fadel mengangguk dan langsung melemparkan bola basket yang berada di tangannya kepada Hazel. Sesaat setelah Hazel mendapatkan bola tersebut, ia beberapa kali men-dribblenya, melemparkan bolanya dan berhasil melakukan shoot three-point.
"YASH!" Fadel segera berlari menghampiri Hazel dan mengusak rambut gadis itu sebagai bentuk selebrasi mereka. "Lo keren banget, Zel! Gak salah setiap hari latihan bareng!"
Hazel terkekeh. "Lo juga keren passingnya, bro."
Sontak terdengar ramai sorak sorai di lapangan basket siang itu. Pertandingan bola basket putri SMA Puncak Prestasi selalu saja terlihat seru karena pemain hebat di dalam club basketnya. Tak lain dan tak bukan, Fadel dan Hazel.
"Sya! Hazel keren banget, Sya!" bisik Rachelia kepada Misya yang merupakan anak cheerleaders. Misya pun mengikuti arah yang Rachelia tunjuk. Terlihat Hazel, Fadel, dan teman-temannya yang lain begitu penuh akan keringat yang membasahi sekujur tubuh mereka.
Bukannya memperhatikan pertandingan bola basketnya, Misya malah terus menerus memperhatikan Fadel yang keringatnya tidak berhenti menghujani tubuhnya. "Fadel keringetan gitu, apa gue samperin terus gue lap semua keringetnya ya, Shel?"
"Kok Fadel sih? Hazel, Sya. Hazel!" jelas Rachelia, meralat ucapan dan mencoba menyadarkan Misya dari lamunannya.
Misya yang mulanya melamun, kini langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat. "O-oh! Iya, Hazel." Gadis itu menyebut nama Hazel, namun matanya masih saja menatap Fadel yang dikuncir ponytail dengan poninya yang sedikit menutupi alis gadis tomboy itu.
"Sumpah, Hazel kalo lagi keringetan tuh keren banget, gak sih?"
Mendengar penuturan Rachelia berhasil menarik atensi penuh dari Misya. Gadis itu menoleh menatap Rachel. "Shel, lo suka ya sama Hazel?" tanyanya asal, membuat Rachel tertawa kencang.
"Gue aja anggep dia kaya kakak gue sendiri, Sya. Mana mungkin gue suka sama Hazel?" jelas Rachel yang ia selingi dengan tawa. "Kenapa? Lo suka ya sama Hazel? Kalian kan kemana-mana selalu bareng, tuh? Bahkan kemana pun lo pergi, gak pernah absen buat ngabarin dia," balas Rachel lagi, membuat Misya memutar bola matanya malas.
"Apa sih? Gue sama Hazel udah temenan dari kecil, Rachelia. Gak mungkin gue suka sama temen sendiri."
"Tapi bisa aja suatu saat nanti?" Rachel menghela napasnya panjang. "Lagipula nih ya, Sya, kalau pun gue suka sama Hazel, kayanya dia tuh udah suka sama orang lain gak sih?"
Pertanyaan Rachelia berhasil membuatnya terdiam. Jika benar Hazel menyukai seseorang, lantas siapakah orang tersebut? Orang hebat yang berhasil membuat Hazel jatuh cinta kepadanya? Setelah lama termenung, Misya memilih untuk melupakan ucapan Rachel.
Kini Rachel kembali bersorak heboh, mendukung tim di mana Hazel dan Fadel berada. Misya yang berada di sebelah Rachel hanya menatapnya lalu ikut bersorak. Dilihatnya beberapa gadis yang berlarian di dalam lapangan dan mengejar bola basket itu. Namun, lagi dan lagi mata Misya hanya terpaku kepada Fadel yang sedang menyeka keringat di pelipisnya.
Tak lama kemudian, tanpa Misya sadari, pertandingan telah berakhir. Matanya seperti tidak bisa dialihkan pada hal lain, perlahan tapi pasti, ia melihat Fadel dan Hazel yang sedang berjalan ke arahnya sambil tersenyum simpul, membuatnya terlihat begitu menawan.
"Halo, Rachel, Misya!" sapa Fadel kepada keduanya. Sedangkan Hazel hanya tersenyum manis. "Kalian tadi keren banget cheersnya! Jadi semangat deh," lanjut Fadel yang membuat Hazel mengangguk setuju.
"Sya?" panggil Fadel. Sedangkan yang dipanggil masih saja terdiam, terus tersenyum tanpa henti. "Senyum terus, gak pegel emang pipinya?"
Dengan cepat Rachel menyikut lengan pelan Misya, membuatnya sadar bahwa saat ini Fadel sedang berada di hadapannya. "Eh, i-iya? Oh! Tadi kalian keren banget mainnya! Congratulations ya!" balasnya asal sembari mengacungkan kedua ibu jarinya kepada Hazel, Fadel, dan teman-teman tim bola basketnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed (END)
Fanfiction"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana dan menyenangkan, tiba-tiba berubah menjadi mewah namun begitu menyesakkan? Mulai dari masalah kelua...