Bab 6: The Unforgettable Things

1.7K 51 2
                                    

"Makasih, ya, Ras."

Rasi menoleh ketika Nigel mengucapkan kalimat itu secara tiba-tiba saat mereka berdua sudah berada di dalam mobil. Tatapan Nigel masih sepenuhnya mengarah kepada Rasi, seolah-olah jika ia mengalihkan pandangan sedetik saja, maka Rasi akan lenyap dari hadapannya.

"Buat apa?" tanya Rasi tanpa menoleh ke arah Nigel.

"Karena mau berangkat ke kampus sama aku," jawab Nigel.

"Kenapa harus makasih?" Kali ini, Rasi menatap ke arah Nigel.

Ketika tatapan mereka bertemu, Nigel tahu bahwa dunianya berhenti saat itu juga. Tatapan Rasi yang terlihat teduh itu berhasil membuat Nigel bergeming selama beberapa saat. Gadis di hadapannya, tanpa Nigel sadari adalah dunianya.

"Nggak apa-apa," balas Nigel. "Cuma mau bilang makasih."

"Aneh."

Rasi tidak melihat bagaimana sekarang Nigel sedang memperhatikannya. Atau lebih tepatnya, gadis itu tidak ingin melihat ke arah Nigel. Perasaannya terlalu kelabu setiap kali ia melihat ke arah Nigel yang entah mengapa masih menyebabkan hatinya berdenyut ngilu.

Ada perasaan yang hingga saat ini masih belum Rasi pahami ketika ia sedang berada dekat dengan Nigel. Sejak pertemuan pertama mereka setelah perpisahan menyakitkan itu, Rasi seakan melihat Nigel selayaknya orang asing yang hanya pernah singgah di dalam hidupnya. Namun, anehnya adalah perasaan itu ternyata masih ada di dalam diri Rasi. Perasaan itu masih begitu dalam, tetapi entah berbentuk cinta atau kebencian.

"Nanti mau coba es krim di deket kampus, nggak?" tanya Nigel.

"Enggak," jawab Rasi. "Aku harus langsung pulang."

"Kenapa?"

"Bukan urusan kamu."

Mobil itu melaju membelah jalanan dengan dua orang yang masih terjebak dalam kecanggungannya masing-masing. Antara Nigel dan Rasi seolah tidak pernah ada cerita di tengah-tengah kehidupan keduanya sehingga kini mereka begitu asing satu sama lain.

Padahal dulu, mereka bisa melemparkan candaan satu sama lain hanya karena lelucon yang sebenarnya tidak terlalu lucu. Mereka pernah saling bertukar mimpi dan harapan sebelum menjadi sepasang manusia yang seperti tidak saling mengenal seperti sekarang. 

"Kamu masih suka es krim vanila, Ras?" tanya Nigel.

"Enggak."

"Kalau bunga lily putih?"

Kali ini Rasi tidak langsung menjawab pertanyaan Nigel. Gadis itu menolehkan kepalanya ke arah Nigel yang kini terlihat fokus menyetir. Gadis itu menatap wajah Nigel lekat-lekat, berusaha mencari celah dimana ia bisa menemukan sosok Nigel yang pernah dicintainya begitu dalam dua tahun lalu.

"Kamu masih ingat itu semua?" tanya Rasi dengan tatapan yang masih mengarah kepada Nigel.

"Nggak ada yang aku lupain," jawab Nigel. "Bahkan kebiasaan kamu makan permen kalau lagi stres masih aku ingat."

Dulu Rasi selalu menyimpan permen di ransel sekolahnya. Lalu ketika Nigel bertanya alasan gadis itu selalu menyimpan permen, Rasi menjawab rasa manis dari permen yang ia bawa bisa meredakan sedikit kecemasannya. Dan hingga dua tahun berlalu ternyata Nigel masih mengingat itu semua dengan sangat jelas.

"Padahal nggak ada gunanya kamu masih ingat itu semua," cetus Rasi, yang kembali mengarahkan pandangannya ke luar jendela.

"Aku juga nggak paham kenapa masih ingat jelas semua hal tentang kamu," balas Nigel.

"Mungkin karena kamu terlalu merasa bersalah," ujar Rasi.

Nigel tahu bahwa Rasi masih mengingat kesalahan yang ia lakukan dua tahun lalu dengan sangat jelas. Sama seperti dirinya yang masih mengingat semua kebiasaan Rasi, mungkin gadis itu juga mengingat seberapa terluka dirinya ketika Nigel menyakitinya.

Turning PointTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang