Nigel tidak bisa menghilangkan bayangan Rasi di dalam pikirannya.
Gadis itu memenuhi setiap celah kosong di dalam pikiran Nigel yang saat ini sedang duduk di dalam mobilnya. Jam perkuliahan sudah selesai hampir tiga puluh menit lalu, tetapi Nigel masih berdiam diri di depan gedung kelas dan menunggu apakah mata kuliah terakhir Rasi sudah berakhir atau belum.
"Rasi!"
Suara Nigel terdengar menarik perhatian beberapa mahasiswa yang keluar satu per satu dari ruang kelas. Di antara kerumunan itu, Rasi adalah salah satu orang yang mendengar suara Nigel.
"Tuh, mantan lo masih ngejar-ngejar lo," bisik Hanami yang sedang berjalan di sebelah Rasi.
"Biarin," balas Rasi acuh tak acuh.
Rasi berjalan begitu saja tanpa peduli Nigel yang sekarang melambaikan tangan kepadanya. Gadis itu berusaha untuk tidak memedulikan beberapa tatapan penasaran yang kini diarahkan kepadanya. Ternyata menjadi pusat perhatian setelah sekian lama hanya menjadi bayangan seseorang tidak seindah yang Rasi bayangkan.
"Rasi! Tunggu," panggil Nigel lagi.
Laki-laki itu berjalan mengejar Rasi yang melewatinya begitu saja tanpa menoleh sedikit pun. Langkah Rasi yang berjalan tergesa-gesa menjelaskan bahwa gadis itu memang tidak ingin bertemu dengan Nigel.
"Aku mau ngomong sama kamu. Sebentar aja," ujar Nigel ketika sudah berhasil mengimbangi langkah Rasi.
"Aku nggak ada waktu," balas Rasi
"Lima menit aja, Ras. Satu menit juga boleh." Nigel berusaha menahan Rasi agar mau berhenti untuk berbicara dengannya.
Mendengar bagaimana saat ini Nigel setengah memohon di hadapannya, dan orang-orang yang juga mulai memperhatikan interkasi mereka, pada akhirnya Rasi memilih menyerah. Gadis itu menatap Nigel dengan ekspresi kesal sebelum akhirnya menarik tangan Nigel dan membawa laki-laki itu ke lorong kecil yang jauh dari orang-orang.
"Satu menit." Rasi berujar datar.
"Oke, satu menit. Aku mau mulai semua dari awal sama kamu. Kita bisa kenalan sebagai teman, dan aku bakal memperbaiki apa aja kesalahanku di masa lalu."
Mungkin sisa waktu yang diberikan oleh Rasi hanya tersisa sekitar sepuluh detik dan Nigel berhasil mengungkapkan kalimatnya dengan sangat lancar. Bahkan Rasi mampu dibuat bungkam dengan tatapan tidak percaya ketika mendengar kalimat panjang Nigel yang diucapkan kurang dari waktu satu menit.
"Maksud kamu..."
"Waktuku udah habis. Kamu bisa pikirin itu nanti di rumah," potong Nigel, diakhiri dengan senyum simpul di wajahnya.
Rasi berhasil dibuat terdiam dengan ucapan Nigel. Niat awalnya yang ingin menghentikan segala tindakan Nigel berakhir menjadi bumerang untuk Rasi. Gadis itu kehilangan kata-kata untuk menanggapi suasana hatinya saat ini.
"Aku antar pulang, ya?"
Selama beberapa saat, Rasi terdiam. Hatinya terlalu ingin menyetujui ajakan Nigel, tetapi akal sehatnya ternyata masih bekerja secara dominan untuk membuatnya berkata, "Enggak. Aku bisa sendiri."
()
"Kak Andreas belum pulang?"
Rasi mengedarkan tatapannya ke sekeliling ruang tamu hanya untuk mencari keberadaan Andreas yang tidak ada di sana. Kening Rasi mengernyit selama beberapa detik ketika Dahlia tidak menanggapi pertanyaannya dan lebih memilih untuk sibuk dengan masakannya.
"Ma," panggil Rasi. "Kak Andreas belum pulang?"
"Ah, Rasi. Maaf Mama nggak dengar tadi kamu nanya apa," tanggap Dahlia dengan senyum lembut di wajahnya. "Andreas katanya sedikit terlambat. Masih ada kerjaan di kantornya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Turning Point
Teen FictionDua tahun lalu, Nigel memutuskan hubungannya dengan Rasi secara tiba-tiba. Dua tahun setelahnya, Nigel bertemu kembali dengan Rasi. Dan pada pertemuan pertama mereka, Nigel mencium Rasi secara tiba-tiba. ---- copyright @suriaputrii 2023