1. Affogato Coffee and Creme Brulee

266 25 11
                                    

Udara dingin menerpa kulit pucat dari seorang pemuda yang tengah berjalan dengan sebuah tas yang melekat dengan rapi pada punggungnya menggunakan jaket berwarna gelap yang membantunya menahan udara dingin yang mencoba untuk membuatnya kembali demam.

Hari ini adalah hari terakhirnya berpulang sekolah sebelum libur selama 2 minggu menghampirinya. Bibirnya melengkung tipis ketika kakinya berhenti tepat di depan pintu cafe yang memiliki nama Hujan.

Cafe yang selalu ramai setiap kali musim hujan datang, tidak peduli seberapa ramai pengunjung di tempat itu suasana di sekitarnya benar-benar menenangkan membuat sebagian penuh pengunjung merasa puas dan selalu ingin kembali.

Hanya saja hari ini cukup berbeda karena cafe tersebut sudah mulai sepi saat adanya cafe baru yang baru di bangun tepat di depannya. Pemikiran manusia memang aneh menurutnya.

Disaat seseorang mulai mencapai kesuksesan dengan adanya tindakan kecil yang dilakukan, maka orang lain akan berbondong-bondong ingin melampauinya dan membuatnya kembali terpuruk.

Gemericik hujan mulai turun dengan perlahan membasahi jalanan dengan indahnya. Lex melangkahkan kakinya sembari mencoba untuk membuka pintu kafe yang sepi pengunjung tersebut.

Beberapa hari Lex mampir ke sana untuk menikmati suasana tenang dari secangkir kopi dan suara hujan yang turun dengan deras, lantunan musik yang indah mengintari seluruh ruangan kembali membuat isi kepalanya yang hampir kacau kembali menjadi jernih.

Sambutan hangat di berikan untuk Lex ketika suara lonceng dari pintu terdengar, sosok pemuda yang tengah mengelap meja di sekitarnya tersenyum lembut memamerkan deretan gigi putihnya yang cantik.

Untuk pertama kalinya Lex merasa jantungnya berdebar dengan kencang selain disaat dia akan menerima hasil raport miliknya.

Lex hanya diam mendudukkan dirinya di salah-salah bangku dan mencoba mengalihkan perhatiannya dengan melihat buku menu, dia terdiam cukup lama memandangi buku tersebut hingga pemuda yang seharusnya mengelap meja kini berdiri di sampingnya sembari membawa buku catatan di tangannya.

"Affogato Coffee saja satu" Lex berkata singkat kembali meletakkan buku menu tersebut di atas meja dan melanjutkan aktivitasnya untuk memainkan ponselnya.

Pemuda tersebut mengangguk dan berjalan menjauh darinya untuk menyiapkan apa yang telah di pesan olehnya.

Lex sekilas melihat papan nama yang menempel pada dada pemuda tersebut, bibirnya kembali mengulas senyum ketika menyadari bahwa nama memang menggambarkan kepemilikannya.

Nama yang cantik akan selalu di miliki oleh sosok yang cantik, yah meskipun begitu hanya dengan nama saja tidak akan menggambarkan sosok dirimu yang sebenarnya sebab Lex tahu betul bahwa kecantikan dasar dari seseorang adalah melalui sifatnya bukan tampang atau namanya.

Hyunsik adalah nama pemuda tersebut.

Tidak cukup lama untuknya menunggu hingga Hyunsik kembali dengan membawa nampan yang berisikan pesanan milik Lex dan beberapa camilan. Dengan lembut dan hati-hati Hyunsik meletakkan di atas meja lalu mengulas senyum ketika Lex menatapnya dengan bingung.

Hyunsik hendak berbalik dan kembali pada tempatnya untuk membereskan apa yang sudah di lakukannya tetapi Lex menahan pergelangan tangannya mencegahnya untuk pergi.

"Aku tidak ingat bahwa aku memesan Creme brulee dan camilan lainnya"

"Itu untukmu karena selalu datang setiap harinya saat tempat ini sedang sepi pengunjung" balas Hyunsik dengan lembut.

Lex kembali terdiam melepas tangannya dari Hyunsik kembali memandangi sajian di depannya tanpa ekspresi yang spesial.

Benar saja, Lex kembali berdebar setelah mendengar suaranya yang lembut. Seperti hembusan angin lembut yang menerpa telinganya hingga menembus indra pendengarannya, Lex tidak bisa bereaksi apapun dan hanya berfikir bahwa sosok tersebut begitu lembut.

Bahkan pergelangan tangannya saja terasa halus.

Deheman kecil keluar dari bibirnya kembali memfokuskannya untuk menikmati hidangan tersebut dengan perlahan menatap derasnya air hujan yang turun dari balik kaca jendela yang besar.

Suasana menjadi semakin canggung untuk Lex yang hanya sendirian menikmati hidangannya bersama dengan pemuda cantik yang sibuk dengan pekerjaannya sendiri, musik santai yang sebelumnya di putar berubah menjadi lagu yang cukup bersemangat namun tetap ada perasaan tenang didalamnya.

Lex tidak familiar dengan lagu ini tetapi dia menikmatinya.

Baby, you're my sunlight, sunlight

I could be your starlight, starlight

Ain't no other way, you can be my bae

If I could make you stay, make you crème brûlée

Dancing-

Prak*

Suara pecahan kaca memberhentikan Lex untuk fokus dan segera menolehkan kepalanya mendapati Hyunsik yang tengah berjongkok di hadapan blender yang pecah akibat ulahnya.

"astaga aku ceroboh lagi" ucapnya pelan.

Jari-jemarinya dengan perlahan bergerak memunguti satu-persatu serpihan kaca yang ada hingga salah satunya menancap dengan sempurna pada jari Hyunsik membuat banyaknya cairan berwarna merah keluar dengan deras.

Lex segera bangkit dari tempatnya menghampiri Hyunsik yang tengah mengeluh dengan jarinya yang berdarah, dengan cekatan Lex meraih tangan Hyunsik membawanya untuk duduk di bangku dan mengabaikan serpihan kaca yang masih berserakan.

Beruntungnya Lex selalu membawa obat-obatan di tasnya untuk berjaga-jaga bahwa dia akan terjatuh atau sebagainya.

Matanya terfokus untuk mengobati luka kecil yang dimiliki oleh Hyunsik mengabaikan wajah dari pemuda tersebut yang mulai memerah saat Lex meniup lukanya dengan lembut.

"Terimakasih" ucapnya singkat setelah Lex memasangkan plaster pada jarinya dan merapikan kembali obat-obatan tersebut.

Lex hanya mengangguk pelan sebagai jawaban dan membantu Hyunsik untuk membereskan sisa kaca yang ada dengan hati-hati, membungkusnya dengan kain dan mengikatnya kencang mencegah agar tidak kembali berceceran.

"Lain kali berhati-hatilah saat membersihkannya dan juga bungkus benda tajam seperti ini dengan kain yang tebal untuk mencegah agar kucing serta petugas kebersihan terluka saat memungutnya"

Hyunsik kembali mengangguk sebagai jawaban selanjutnya Lex menolehkan kepalanya untuk menatap Hyunsik begitupun sebaliknya.

Sepasang manik mata yang indah dengan bulu mata yang lentik menarik perhatian Lex untuk terus menatapnya melupakan debaran jantungnya yang semakin kuat. Pandangannya beralih pada belahan bibir tipis milik Hyunsik yang terlihat begitu indah untuknya.

"Lex" tanpa sadar bibirnya tergerak untuk mengatakannya dan membuat Hyunsik sedikit bingung.

"Eh? Ah- aku Hyunsik"

Senyuman tipis terukir di wajah cantiknya menyadarkan Lex dengan apa yang barusaja terjadi.

Deheman kecil keluar dari bibirnya menoleh untuk menatap ke arah kaca untuk melihat hujan yang semakin reda, berdua dengan Hyunsik disini hanya membuatnya sedikit frustasi karena kesulitan untuk mengontrol ucapan serta debaran yang dirasakannya.

"Aku harus segera pulang, terimakasih untuk semuanya" Lex berkata dengan terburu-buru meletakkan uang untuk membayar apa yang dipesannya pada Hyunsik dan segera meraih tasnya untuk melesat pergi.

Hyunsik yang masih memproses semuanya hanya diam sebelum akhirnya menyadari dan mulai berteriak memanggil namanya namun sayangnya pemuda tersebut sudah lebih dulu menghilang.

"Jaket mu?.." gumamnya lirih begitu manik matanya menangkap kain yang masih tersampir pada sandaran kursi dengan rapi.

To Be Continued

Hujan | Lexhyun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang