6. aing maung!

50 9 0
                                    

“CHAYA…” Karina si pick— fucking—me mendadak menerobos masuk ke kamar Chaya mengabaikan Abista yang sedang duduk dibalik pintu terjungkal dan menyumpahi Karina dengan absensi seisi kebun binatang.

Seolah menangisi Chaya yang telah jadi mayat, ia memeluk Chaya seakan-akan seseorang meninggal.

Chaya tidak lagi menghargai Karina karena apa yang ia lakukan sepertinya bukan lagi unsur ketidaksengajaan atau pun ketidaktahuan melainkan dengan tujuan. Jadi, Chaya mendorongnya hingga ia hampir tersungkur.

Bak berada di film India, Abista dan Ningning saling berpandangan hampir melakukan selebrasi Ronaldo saking puasnya melihat Chaya mendorong Karina hingga hampir tersungkur. Namun, si ratu playing victim itu tentu saja tidak akan sadar atas kelakuan busuknya hingga pantas mendapat perlakuan itu dari Chaya.

“Cha, kok lo dorong gue?” Karina menatap Chaya dengan mata berkaca, seolah dialah yang paling terdzolimi. “gue kesini khawatirin lo. Lo ga tau setakut apa gue, apalagi setelah lihat base kampus—I’m so sorry, gue ga tau semuanya bakal jadi kayak gini. Maafin gue, Cha.”

“Kepala gue pusing, Karina. kita bicarakan lagi pas gue mendingan.” Chaya masih berusaha bersikap bijak, lebih baik menunda pembicaraan dengan Karina saat darahnya mendidih seperti saat ini.

“Cha, jangan gini dong. Kan gue ga tau lo ternyata mantan Jay.” Mendengar nama orang itu disebut Karina, Chaya menggenggam seprai.

“Gue bilang kita bicarain nanti, artinya gue mau lo keluar.” Tegas Chaya dengan nada jelas tak senang.
Karina tampak berubah air mukanya, dari yang nangis bombay kini mulai terluka egonya, karena memang niatnya bukan tulus meminta maaf, melainkan menyaksikan penderitaan Chaya. Kini, cewek cupu itu sudah berani menggunakan intonasi memerintah padanya? OMG—dunia sungguh terbalik sehingga sang upik abu merasa pantas berbicara dengan Karina demikian. Sungguh, mungkin Chaya sekarang merasa di atas Karina? sial, ternyata dia memang menikmati terkenal karena skandal. Sangat tidak tau malu.

Melihat Karina tak bergeming meski jelas kehadirannya tidak diharapkan semua orang di ruangan itu membuat Ningning turun tangan.

“Lo budeg ya? Ga denger Chaya ngomong apa?”

Mendengar Ningning bicara, Karina bersikap seolah seekor monyet baru saja berbicara padanya. “Lo siapa sih? Dengar ya dayangnya Chaya, lo tuh jangan sok keras. jangan ikut campur, ini urusan gue sama Chaya.” Karina memutar bola mata malas meladeni Ningning.

Tekanan darah Ningning rasanya meningkat drastis seketika. “Lo mau tau gue siapa? Aing maung!”

Tanpa pikir panjang Ningning yang seharian ini menahan dendam kesumat pada Karina sedari di kampus setelah mendengar cerita Abista menumpahkan kebenciannya dengan menjambak rambut panjang Karina membuatnya berteriak histeris.

Ningning dan Karina terus saling menjambak dan mencakar hingga Chaya dan Abista yang berusaha melerai pun terjengkang.

“Gue lupa harus beli betadine, akhirnya gue beli retinol, sama aja kan ya—WADUH, INI SITUASI BJIR APA BUSET?!” Sangkara yang asik berbicara sendiri matanya hampir copot melihat Ningning dan Karina yang telah baku hantam sementara Chaya dan Abista telah kelabakan melerai keduanya.

Sangkara memilih melarikan diri sembari berteriak menuju rumah Ibu Kos, “BUUUU, TOLONG… ADA MACAN BERANTEM DI KAMAR CHAYA!!!”

***
“Firasat gue ga pernah salah dari awal kalau si Nenek Lampir itu emang sakit jiwa.” Ningning terus mengomel, sesekali mencubit Abista yang mengobati luka-lukanya akibat baku hantam sama Karina terlalu kasar.

Bu Icha telah turun tangan atas perkelahian mereka dan mengadakan mediasi sehingga berujung damai, namun membuahkan hasil yang diharapkan semua orang—Karina berujung pindah. Untunglah, tante Ningning teman arisan Bu Icha, sehingga ia lebih berpihak pada Ningning, the power of ordal.

ENIGMA : Tanda Tanya (?) |wintkeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang