“Ini, siapa yang mati?” Riki yang baru saja selesai kuliah dikejutkan suara tangis Chaya di kontrakan yang ditinggali mereka bertujuh sekawan.
Abista julid seperti biasa memutar bola mata mendengar kalimat Riki yang tidak ada sopan santunnya.
"Mulut lo itu sesekali emang harus di slepet pakai karet.”Melihat asal muasal suara, Riki melempar tas punggungnya asal dan mengenai kepala Abista tatkala ia melihat Jake terbaring di ranjang dalam keadaan babak belur.
“Jakeeeeeeeeeee!” teriaknya dramatis dan langsung menubruk Jake di ranjang untuk memeluknya mengabaikan Abista yang berteriak murka mengumpatnya,“RIKI ANJING!!!!!!” sembari melempar tasnya sejauh mungkin.
Siapa yang telah membuat abang kesayangannya bonyok seperti kerupuk seblak begini? Benak Riki dipenuhi kemarahan.
“Sakit, bodoh! Chaya sampai jatuh gara-gara lo!” Jake mendorong badan titan Riki yang kelebihan konsumsi vitamin tenten.
Riki baru menyadari kehadiran sang pemilik suara tangis yang ia pikir seseorang baru saja menghembuskan nafas terakhir saking terdengar pilunya. “Kakak ipar?” ujar Riki bak drama kolosal mengulurkan tangan membantu Chaya kembali duduk di ranjang mengobati luka Jake.
Jake memelintir daging di rusuk Riki atas panggilannya pada Chaya, tapi Riki tidak peduli. Dasar bokem!
“Muka lo kayak Yakuza, nanti Chaya sawan, bego! Aura penjajah lo kental banget..” Ujar Jake pada Riki memaksanya menjauhi Chaya.
“Lo bonyok gini demi dia lagi?” pertanyaan Riki cukup membuat Chaya kembali merasa bersalah. Jake peka terhadap hal itu.
“Gue digebukin Harry and friends.”
Tangan Riki refleks mengepal, “Kita serang aja BEM FISIP.” Katanya emosi dan seperti biasa tanpa berpikir panjang. Sesekali memang perlu di cubit Bripda Ambarita bibirnya yang mengerucut bak anak bebek.
“Kita ga bisa apa-apa, karena gue yang salah. Gue ke kantin Orlando.”
Riki dibuat melongo, tampaknya otak jenius Jake sudah turun ke dengkul. “Astaga, otak lo udah turun ke dengkul kah? Cari mati banget, heran. Ngapain lo ke situ sendirian, tolol! Sok jagoan, najis!”
Jake baru akan membuka mulutnya tapi Chaya lebih dulu bersuara, “Maaf, Jake ke sana gara-gara gue. Semua salah gue.”
Riki lebih pusing lagi mendengarnya. Chaya, alasan dibalik penurunan IQ Jake secara signifikan beberapa waktu terakhir ini. “Bucin banget, goblok! Bulol ga guna!” katanya masih mengatai Jake, kemudian pergi dari kamar Jake tidak jadi simpati sambil membanting pintu keras hingga Abista yang memiliki riwayat penyakit jantung terlonjak di ruang tamu. Kata-kata mutiara dengan diksi kebun binatang lagi-lagi lolos dari bibirnya.
Sepeninggal Riki, ada keheningan canggung antara Chaya dan Jake.
“Jangan dimasukkin hati ya kata-kata dan sikap Riki tadi, dia emang gitu saking khawatir sama gue tapi ga bisa ngungkapin dengan benar.” Jelas Jake pada Chaya.“Kayaknya gue harus minta maaf sama dia.” ucap Chaya masih tak enak hati.
“Diemin aja, nanti juga bakal biasa aja tuh bocah. Semua bukan salah lo, Harry yang licik dan pilihan gue sendiri yang pengen kasi makan ego dia.”
Chaya tidak menanggapi. Jake menghapus airmata Chaya dengan ibu jarinya.
“Lo kenapa sampai segininya sih sama gue?” Chaya benar-benar tidak mengerti alasan Jake sampai ditahap ini.
“Lo terlibat banyak masalah gara-gara gue. Jadi, gue tanggung jawab.”
“Nggak. Gue yang libatin lo dari awal, semenjak lo nolongin gue kambuh serangan panik pas OSPEK. Lo orang baik, Jake. Dan gue berharap lo berhenti peduli sama gue karena mengasihani gue.”
KAMU SEDANG MEMBACA
ENIGMA : Tanda Tanya (?) |wintke
Short StoryTentang mengubah tanda tanya menjadi tanda titik.