17 Maret
Pada dini hari tepatnya pukul 03.12 Naayaika mengalami bunga tidur yang sangat aneh.
[ Bunga tidur Naayaika ]
Saat matahari tepat di atas kepala, Naayaika berjalan menuju gerbang rumah Aliandra, terlihat seorang perempuan menghadap kearahnya.
Seorang perempuan dengan pakaian serba putih memanggil Naayaika.
"Teteh.." sahutnya dari kejauhan.
"Kesini!" Lanjutnya.
Naayaika pun menghampirinya.
"Kenapa saya kerumah Aliandra?" Lirih Naayaika sambil mengerutkan dahinya.
"AL ada kok didalam" Ucap perempuan tersebut.
Naayaika yang keheranan tetap melanjutkan pembicaraannya dengan perempuan tersebut.
Keduanya duduk diteras depan rumah Aliandra sembari bercengkrama sangat lama.
"Mengapa saya bisa sedekat ini dengan orang lain? Bahkan ketika saya tidak tahu siapa dirinya" lirih Naayaika dalam hatinya.
"Rasanya saya seperti terikat hubungan." Lanjutnya dalam hati.
Tidak terasa matahari sudah mulai tenggelam.
"Ini sudah sore, sebaiknya saya pulang" ucap Naayaika.
"Ya sudah kalau begitu, terimakasih sudah mau mampir ke sini" balas perempuan tersebut.
"Iyaa" balas Naayaika.
Naayaika mengecup tangan lembut perempuan tersebut.
Lalu dielusnya kepala Naayaika oleh perempuan tersebut sembari menitip pesan.
"Tolong jaga AL yaa." Tutur lembutnya sembari meneteskan air mata.
Naayaika yang menoleh ke lantai 3 rumah Aliandra, terlihat Aliandra sedang memperhatikannya.
Naayaika pergi meninggalkan rumah Aliandra.
Dari kejauhan terlihat perempuan tersebut menangis sembari terus memperhatikan Naayaika.
Tak lama Naayaika terbangun dari tidurnya.
"Kenapa mimpi tersebut terasa seperti kenyataan." Lirihnya dalam keadaan khawatir.
Sepanjang hari Naayaika memikirkan bunga tidurnya tadi.
Naayaika tidak berani memberitahukan hal tersebut kepada Aliandra karena Naayaika tahu Aliandra sangat sensitif jika membahas mengenai orang tua.
Naayaika meminta bantuan kepada salah satu teman bisa disebut juga keluarga Aliandra.
Naayaika menceritakan tentang bunga tidurnya, lalu jawaban tak terduga ia dapatkan.
[ Part ini tidak dipublikasikan karena terdapat informasi pribadi mengenai kehidupan tokoh utama ]
"Sungguh!!" Tanya Naayaika dengan tegas.
"Untuk apa saya berbohong?" Balas teman Aliandra.
Mendengar Jawaban yang ia dapat, sangat memenuhi pikirannya.
Keesokan harinya Naayaika menghadiri rapat untuk perpisahan sekolah.
Dikarenakan Naayaika adalah ketua panitianya maka Naayaika tidak bisa menghindari rapat tersebut.
Setelah 2 jam lamanya, Naayaika kembali ke kelas.
Terlihat Aliandra murung sembari tiduran di atas kursi.
"AL kenapa?" Tanya Naayaika kepada Azalea.
"Entah dia murung dari tadi" balas Azalea.
"Ouh ya udah kalo gitu" balas Naayaika.
Aliandra pergi keluar kelas dengan suara hentakan kakinya.
Naayaika yang ingin menghampirinya lantas ikut keluar.
Namun terlihat Aliandra duduk dilantai sembari menundukkan kepala yang ditutupi jaket.
Aliandra menoleh ke arah Naayaika.
Raut wajah sedih perempuan berpakaian putih terlihat persis dimuka Aliandra.
Kembali teringat jawaban dari temannya Naayaika dengan spontan mengeluarkan beberapa kata.
"Ia hampir mengutuk takdirnya sendiri." Ucap Naayaika.
Aliandra yang mendengarnya, langsung membalas ucapan Naayaika.
"Lantas bagaimana dengan anda? Bukankah Anda juga melakukan hal yang sama? Bahkan anda sudah melakukannya." Balas Aliandra dengan tegas.
Naayaika terkejut mendengar ucapan Aliandra.
"Kamu benar, saya mengutuk takdir saya sendiri dan itu tidak bisa disembunyikan lagi." Balas Naayaika dengan kepala tertunduk.
Naayaika terlahir sebagai anak tunggal, namun orang tuanya bercerai ketika ia berusia 2 tahun.
Berbagai trauma mengubah psikologi Naayaika, hingga ia mengutuk takdirnya sendiri.
Keduanya terdiam tanpa saling kembali membalas atau bahkan sekedar menatap.
Aliandra pulang terlebih dahulu lalu disusul Naayaika, keduanya pulang dengan raut wajah cemberut.
Keesokan harinya Aliandra tidak masuk sekolah, entah mengapa bahkan Aliandra tidak menghubungi pihak sekolah.
Namun keesokannya Aliandra kembali sekolah dengan raut wajah ceria.
Naayaika begitu senang melihatnya.
Pada jam pelajaran kedua seorang guru memanggil siswanya yang mengikuti paduan suara, Naayaika turun ke ruang latihan Aliandra juga ikut dalam paduan suara tersebut.
Hari itu, Aliandra tidak membawa handphonenya lantas Naayaika meminjamkan handphonenya.
Namun bukannya lagu untuk latihan yang ia cari, Aliandra justru mencari lagu "Tak ingin usai".
Saat latihan sesi kedua Aliandra tidak memerlukan handphone, Naayaika yang menawarinya handphone lantas ia tolak dengan sopan.
"Tidak apa apa, simpan saja." Tolaknya dengan sopan sembari tersenyum.
"Begitu indah bulan sabit dimatanya ketika ia tersenyum." Lirih Naayaika dalam hatinya.
Beberapa jam kemudian, latihan paduan suara selesai.
Aliandra pergi ke kelas untuk mengambil tasnya dan bersiap untuk pulang.
Aliandra berdiri menghadap kearah Naayaika yang sedang dilapangan.
Muka lelah terlihat diwajah Naayaika.
Naayaika tidak menutup wajah dengan kedua tangannya.
"Hari ini lelah sekali huft.." ucapnya sembari menghela nafas.
Naayaika membuka sedikit jemari tangannya, terlihat Aliandra diam diam memperhatikannya.
"Trengggg...."
[Suara bel sekolah]
Bel pulang sekolah berbunyi, semua siswa dengan cepat pulang kecuali Naayaika dan beberapa orang yang sedang latihan menari.
KAMU SEDANG MEMBACA
14:30
Kurzgeschichten14:30 Menceritakan kisah nyata seorang remaja perempuan yang menyukai seorang laki laki yang mempunyai sifat dingin, sejak tiga tahun lamanya.