Awan Diandra Fidelya, merupakan seorang perempuan yang ditakdirkan untuk menunggu. Seperti sekarang, dia menunggu kepercayaan dan kepastian dari seseorang yang pernah berjanji untuk melamarnya. Laki-laki itu adalah sahabatnya sendiri, Biru Abimanyu...
Assalamualaikum semuanya. Gimana harinya? Semoga sehat ya. Jangan lupa bersyukur hari ini. Aku mau ucapin terimakasih banyak-banyak karena udah singgah ke cerita aku. Selamat membaca. Jangan lupa tinggalin vote sama comment ya!
شكرًاجزيلا
Pengingat untuk hari ini : "Kamu tidak harus menjadi baik untuk disukai orang. Jadilah baik untuk dirimu sendiri agar kamu bisa belajar untuk mencintai diri sendiri."
Sebelum membaca jangan lupa Shalawat Nabi Muhammad dulu: "Allahummasholli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad." ☽
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . .
"Untuk menjadi seseorang yang sempurna itu mustahil. Jika menjadi seseorang yang baik itu bisa di usahakan. Sedangkan menjadi seseorang yang selalu bahagia, terkadang mereka lebih memilih untuk berpura-pura."
-Mbak Bulan-
☽ .
Adnan memandangi wajah putrinya yang terlelap. Setelah mendengar cerita dari sang istri, jujur dia kecewa.
"Sampun Mas. Awa biar tidur," ucap Salma pada suaminya.
Laki-laki itu masih diam di posisinya. Tidak ada niatan untuk beranjak. Dia jujur merasa gagal menjadi seorang Ayah. Sebenarnya selama ini dirinya berbuat apa saja hingga tidak tahu bahwa putrinya bisa terluka seperti sekarang. Dia... Benar-benar marah pada dirinya sendiri.
"Wau Awan pulang kalihsinten Bu?" (Tadi Awan pulang dengan siapa Bu?) tanya Adnan lirih. "Kalih Ustadz Nala mas."
Mendengar ucapan sang istri, Adnan otomatis menoleh. "Ustadz Nala?"
Salma mengangguk. "Ustadz Nala lihat Awa ndek depan rumah e Biru. Awa kudanan Mas." (Ustadz Nala lihat Awan di depan rumah Biru. Awa kehujanan Mas.)
Nek ndak adaUstadz Nala, kepriye keadaan putriku sak Niki?, (Kalau tidak ada Ustadz Nala, bagaimana keadaan putriku sekarang?) batin Adnan dalam hati.
"Mas kepengen ndekkene sik Bu. Sampeanning kamar sik ndak popo." (Mas ingin di sini dulu Bu. Kamu ke kamar dulu tidak papa.) Salma mengangguk. Dia paham bahwa mungkin sekarang suaminya ingin punya waktu berdua dengan putrinya.
