7. Kemarahan Daddy

48.6K 3.3K 25
                                    

Holla!
Sebelum membaca tekan bintang dulu yuk (っ˘з(˘⌣˘ )

Note : Karena ngetiknya cepet. Kalau ada typo tolong ditandai yah biar langsung di benerin♡
.
.
.
.
.
Dominic memandang balita di pangkuannya dengan perasaan rumit, balita gembul itu dalam keadaan tertidur karena kekenyangan dengan makanan yang ia berikan. Tangan buntalnya mengepal di samping sisi tubuhnya yang bulat, nafasnya naik turun secara teratur

Dominic tertawa lirih, kenapa ia menghentikan balita bulat itu untuk menemui anak-anaknya? dan malah menahannya untuk diri sendiri?

Sejak pertama kali ia memandang bola mata menggemaskan nan terkesan polos itu, Dominic merasakan perasaan familiar. Ia sendiri tidak mengetahui darimana datangnya perasaan itu. Terlebih lagi Dominic bukanlah orang yang begitu pandai dekat dengan anak-anak.

Apakah balita yang menyebut dirinya Bonbon ini adalah cucunya? Anak yang dilahirkan oleh wanita yang salah satu putranya tiduri. Mungkin saja perasaan familiar itu karena ia sudah menjadi seorang kakek. Bisa sajakan?

Dominic menundukan tubuhnya untuk sekedar mencium balita di pangkuannya. Wangi khas shampo bayi dan perpaduan wangi susu tercium dalam indra penciumannya yang tajam.

Dominic berdiri untuk sekedar menaruh buntalan imut itu ke ranjang king size miliknya. "Deon tolong panggil putra-putraku."
.
.
.
.
.
Ace sudah menghancurkan setengah barang-barang di paviliun karena marah yang teramat sangat. Abel bahkan sudah meninju kaca sampai tangannya penuh darah. Elmer? jangan tanya dia bahkan sudah menyeret salah satu tahanan di ruang bawah tanah untuk dikuliti sebelum membunuhnya secara perlahan.

Mereka sudah mencari adik bulat mereka kemana-mana namun tak juga menemukannya, hinggga jiwa haus darah mereka keluar karena kesal tak menemukan si bungsu.

Maria? wanita itu sudah mengunci dirinya di dalam kamar karena perasaan bersalah yang teramat sangat. Elmer, Abel dan Ace tidak mungkin menyakiti pengasuh mereka. Jadi mereka melampiaskannya ke hal lain.

"Ahhhkkk kemana kau sebenarnya pergii!" Ace menggenggam tongkat besbol yang ada ditangannya kemudian mulai menghancurkan barang-barang lagi.

Abel hanya diam dengan darah yang menetes di sela buku-buku jarinya, namun ketika seseorang mendekat maka dipastikan seseorang itu bisa merasakan aura hitam yang keluar dari dalam tubuhnya.

Tak lama kemudian Abel mengarahkan moncong pistolnya karena merasakan seseorang yang berjalan ke arahnya, namun saat berbalik ia melihat tangan kanan sang ayah, Deon datang menghampirinya. Abel menurunkan pelatuknya sambil menatap tajam Deon.

"Ada apa?" Abel berucap dingin, Deon bergidik ngeri apakah sebegitu berartinya anak yang ada di gengaman Masternya saat ini hingga seluruh keturunan Alexander bisa sekacau ini?

"Master ingin para tuan muda datang ke rumah utama." jelas Deon.

"Apa yang diinginkan pak tua itu?" timpal Ace yang sedari tadi mendengarkan obrolan mereka berdua.

Abel tanpa menjawab gumaman Ace segera melangkah keluar mengikuti Deon. "Panggil kakak Ace!" perintahnya.

Ace mendesah lelah namun masih tetap menuruti apa yang diperintahkan oleh Abel untuk memanggil kakaknya Elmer.
.
.
.
.
.
Mata tajam Dominic memandang ke depan tepat ke arah tiga putranya yang nampak kacau. Bahkan indra penciuman Dominic bisa mencium bau anyir dari tubuh putra-putranya itu

"Apa yang membuat Alexander nanpak sekacau ini?" tanya Dominic sambil menompang dagu pria itu melihat putra-putranya dengan senyum remeh.

"Kau tidak perlu tau apa yang kami lakukan dad, kau hanya harus berkata apa yang kau inginkan?" ujar Elmer dingin.

BONNIE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang