Inget cuman fiksi, Happy Reading!!
*
Sejak awal yang Jedrick lakukan hanya termangu melihat pintu yang tertutup rapat. Rasanya dia kembali gagal dalam menjaga apa yang dia anggap berharga atau dirinya memang adalah pembawa sial bagi orang orang yang dia cintai?
Masih dia ingat jelas bagaimana raut wajah pucat dan kesakitan Rheas. Tangannya tanpa sadar mengepal kuat. Menjadi Kaisar memang tidak pernah menyenangkan.
Pintu terbuka dan saudara kembarnya muncul dari sana.
"Apa Rheas baik baik saja sekarang?" pertanyaan Jedrick dibalas gelengan pelan Jarvis. "Sepertinya fakta bahwa orang kepercayaannya yang melakukannya membuat Rheas cukup terpukul.."
"Dia baru saja beristirahat, kalau kau hanya ingin melihatnya tanpa mengajak bicara kau bisa masuk.." Jarvis membuka pintu lebih lebar.
Jedrick kini bisa melihat lebih jelas bagaimana Rheas meringkuk di atas kasur.
"Aku harus pergi, aku masih ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan sebelum dipindah tugasnya kepada permaisuri.." ujar Jarvis sempat menepuk pundak Jedrick sebelum melangkah pergi.
Jedrick akhirnya menarik satu kursi untuk dia duduk di samping kasur Rheas, memandangi punggung Rheas yang katanya tengah tertidur. Tapi, Jedrick tidak melihatnya demikian.
"Aku tahu kau tidak tidur.." tepat setelah Jedrick berujar demikian dia bisa melihat sedikit gerakan Rheas.
Jedrick menghela nafas. Kali ini dia menjatuhkan pandangannya ke langit langit kamar. "Kehidupan istana memang menyesakkan, apalagi ini istana kekaisaran. Ada banyak orang jahat dan munafik disini.." monolog Jedrick.
"Hanya orang gila yang menginginkan tahta kaisar. Itu yang selalu aku ucapkan, tapi disinilah aku sekarang menjadi kaisar dibalik banyaknya kekuranganku.." lirih Jedrick kemudian.
"Maaf karena tidak bisa melindungimu.." Rheas hampir menangis lagi mendengar semua perkataan sarat keputusasaan itu.
"RHEAS!!" Pintu dibuka begitu lebar dengan wajah panik Jishan disana. Buru buru naik keatas kasur. "Rheas baik baik saja? Semua orang menghalangiku bertemu denganmu dan setelah aku cari tahu ternyata Rheas diracuni.."
"Tidak bisakah kau menilai situasi? Rheas sedang beristirahat sekarang.." sela Jedrick datar.
"Jishan.." lirih Rheas, bangkit untuk duduk.
Jishan menatap Rheas cemas juga sedih. "Wajah Rheas pucat sekali.." tangan kecil itu terasa dingin saat menyentuh pipi Rheas.
"Saya baik baik saja sekarang.." balasan itu terdengar seperti kebohongan di telinga Jedrick.
"Rheas tidak baik baik saja.." lirih Jishan. "Rheas pasti terluka sekali, mata Rheas tidak bersinar lagi.." ucapan keponakannya mengundang embun di kedua bola mata Rheas. Hanya soal waktu, air mata itu akan membasahi pipi sang selir.
"Sebagai Jishan, aku tidak mempercayainya.. Tapi, sebagai putra mahkota penting bagiku untuk objektif dan semuanya mengarah pada pelayan Rheas. Sebagai Jishan aku sungguh tidak mengerti kenapa dia melakukan itu makanya aku tidak percaya tapi-" belum sempat Jishan menyelesaikan ucapannya tangan Rheas sudah menyelanya dengan sentuhannya di pipi Jishan.
"Terima kasih untuk sudah tidak mempercayainya meski hanya sebagai Jishan.." suara itu terdengar serak.
"Aku akan memperluas proses investigasi. Pelayanmu masih belum buka mulut atas motifnya melakukannya.." ucapan Jedrick membuat mata Rheas berkilat marah.
"Meski Selena buka mulut kau tidak akan mempercayainya! Bukan dia yang melakukannya!!" seru Rheas.
Jedrcik memandang Rheas sendu. "Sebagai Kaisar apa yang kupercaya adalah bukti yang ada, Rheas.."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not the Original Anti Villain | Noren
Fanfic(ON HOLD) Renjun kira dia adalah orang yang paling beruntung, tapi ternyata dia sedang sial! Renjun selalu mengira dimanapun dia hidup genrenya akan selalu slice of life biasa, tapi nyatanya dia salah. Hidupnya yang awalnya bergenre slice of life ja...