Para pangeran kerajaan Athallaz itu terkesiap dengan tergeletaknya Solar yang tak berdaya setelah di lempar cukup jauh oleh Retak'ka.
Thorn segera menghampiri Solar, ia berderai air mata sembari memanggil nama adiknya berulang kali. Thorn terduduk lemas, dipangkunya tubuh Solar yang tak menunjukkan reaksi apapun.
"Tidakーtidak mungkin..."
Taufan menggeleng histeris menolak kepergian adiknya itu.
Halilintar yang terkapar tak berdaya berusaha bangkit dan menatap nanar kondisi adiknya dari kejauhan, ia gagal melindungi saudaranya, ia gagal sebagai seorang kakak, ia juga gagal sebagai seorang putra mahkota. Mau melawan pun sudah tidak bisa, sebab dirinya juga sudah tak berdaya, luka bakar dan patah tulang yang di deritanya sudah terlalu parah.
Tawa Retak'ka kembali menggelegar, "Akhirnya, spirit ini kembali ke pemiliknya."
"Sーspirit Solar.... telah direbut?" Gempa juga tak bisa bertindak apapun, sebab jika dirinya bertindak gegabah seperti tadi, nyawa mereka akan menjadi taruhannya.
Ice yang masih tak terluka pun mencoba untuk melancarkan serangan diam-diam berupa panah pembeku, ketika serangannya tak disadari oleh Retak'ka, sebuah sihir tiba-tiba datang menghalangi panah tersebut menghasilkan ledakan berasap yang cukup tebal.
Dari asap itu, muncullah seseorang yang mengenakan jubah hitam. Gempa mengenalinya, ia adalah orang yang sama saat ketiga pangeran tertua berada di perbatasan utara! Tapi ia tidak tahu identitas sebenarnya sosok di balik jubah tebal tersebut.
"Oh, kau sudah datang. Bagaimana si kaisar bodoh dan antek-anteknya itu? Sudah kau tuntaskan?" Retak'ka bertanya pada si jubah hitam.
"Kau tenang saja, aku sudah menyelesaikannya dengan baik." Si jubah bersuara.
Ituーsuara wanita.
"Bagus, sekarang giliran para pangeran yang bodoh ini untuk kutamatkan, dan kemudian akulah yang akan berkuasa pada kekaisaran Athallaz!" Retak'ka maju menghampiri Halilintar yang masih bertahan dalam posisinya. Taufan yang tak bisa berdiam diri melihat kakak kembarnya diincar pun nekat melawan lelaki yang notabenenya adalah paman mereka sendiri.
Nahasnya, usaha Taufan sia-sia.
Sebab, Retak'ka pun telah menembakkan gelombang cahaya yang mampu menghentakkan mereka semua. Gempa yang berusaha membuat tanah pelindung pun juga sama nasibnya, terpental cukup jauh sekali lagi hingga merasakan kesakitan yang luar biasa.
Pria itu mencengkram kerah Halilintar membuatnya tercekik, jubahnya yang telah terkoyak pun menjuntai seiring dengan diangkatnya tubuh Halilintar.
Halilintar yang dalam keadaan setengah sadar pun berusaha melepaskan diri, tetapi tenaganya tak cukup kuat. Netranya melihat Taufan yang menggantung terikat oleh kekuatan Light spirit yang dikendalikan oleh Retak'ka, Thorn pun sama nasibnyaーbahkan dirinya sudah tak sadarkan diri setelah hentakan tadi melukai dirinya.
"Percuma saja kalian para pangeran naif yang mencoba untuk menghentikanku. Sedutan Gamma!"
Ketiganya berteriak kesakitan, sama seperti Solarーrasanya seperti jantung mereka dikeluarkan secara paksa. Sakit yang didera pun bukan main luar biasa.
Blaze dan Ice berusaha sekuat tenaga untuk melancarkan serangan tidak langsung pada Retak'ka, agar pria itu tak dapat menghisap kekuatan elemental spirit mereka, tapi si jubah hitam menggagalkan usaha mereka.
Spirit mereka keluar dari tubuh masing-masing pangeran yang menjadi korban. Mereka sama nasibnya dengan Solar, dihempaskan begitu saja. Tak melihat betapa ironisnya keadaan mereka sekarang.
Tak ada tanda-tanda kehidupan dari pangeran tersebut. Ibarat seperti sudah tidak bernyawa sama sekali. Gempa yang melihatnya dari jauh pun hanya terdiam, bukan ini yang ia lihat di novel! Harusnya para pangeran masih hidup pada saat Solar berusia genap tujuh belas tahun!
"Sudah lama aku tidak merasakan kekuatan elemental spirit ini." Ia tertawa puas sementara si jubah hitam itu pun menyeringai, angin dingin berhembus kencang menerbangkan tudung jubah yang dikenakannya sehingga terlihatlah sosok di balik jubah tersebut.
Rambut panjang yang identik dengan warna merah menyala, hidung bangir serta mata tajam dan juga wajah yang rupawan, mirip denganー
"SーSatriantar Ratna?" Gempa menatap tak percaya. Dia mirip sekali dengan potret Satriantar Ratna di lukisan istana, hanya saja mungkin ini versi mudanya.
"Tidak, pangeran tersayang. Lebih tepatnyaー
Kira'na. Keturunan Satriantar Ratna." Seringainya.
Pupil mata Gempa mengecil, sumpah ia tak ingat ada bagian ini di novel, apa yang sebenarnya terjadi? Apakah benar ia melewatkan sesuatu terlalu banyak lagi?
Ataukah, ini konsekuensinya jika ia merubah plot dalam cerita?
Dengan mengorbankan nyawa para pangeran?
Begitu banyak pikiran yang ada di benaknya hingga ia tak sadar bahwa tubuhnya sudah di angkat oleh sihir yang dikendalikan Kira'na.
"Kーkenapa kau melakukan ini? Seharusnya kau memihak kerajaan jika kau adalah keturunan dari Satriantar Ratna, bukannya malah membelot seperti ini!" Gempa berseru.
Kira'na tertawa sarkas. "Memihak kerajaan? Setelah apa yang sudah mereka lakukan kepadaku?"
"Kau tidak tahu, pangeran. Bertahun-tahun aku menderita di dalam panti penampungan L'amour, karena kerajaan kaisar yang kalian cintai itu membuangku, sedangkan kalian hidup tanpa mengkhawatirkan apapun di istana." Nada bicaranya merendah.
Ia mendekati Gempa yang tak berdaya melayang tercekik di atas. Suara sepatu yang berdetuk dengan tanah yang keras menghiasi suasana.
"Kーkerajaan tidak membuangmu, Kira'na! Satriantar Ratna berusaha melindungimu!" Dalam nafasnya yang terputus, ia berusaha membuat wanita yang notabenenya adalah 'sepupu'nya itu mengerti.
"Melindungiku? Aku tak perlu dilindungi, setelah Retak'ka akan menjadi kaisar selanjutnya, aku akan mendapatkan Lightning spirit, dan menjadi putri mahkota selanjutnya!"
"Kau salah, Retak'ka ituーpenuh dengan tipu muslihat! Kau sudah salah langkah dengan membantunya!"
Kira'na berdecih, "Lebih baik, kau menyusul saudaramu. Selamat tinggal, pangeran Gempa." Wanita muda itu meluncurkan sebuah sihir yang meluncur guna menusuk ke bagian vital sang pangeran.
Gempa hanya pasrah, ia tak bisa berbuat apapun lagi.
'Ini kah akhirku?'
Tepat sebelum sihir itu mengenai titik vitalnya, Blaze datang melesat cepat dan kemudian menangkis sihir itu dengan tangannya sendiriーentah bagaimana caranya.
"Jangan kau berani menyentuh kakakku!" Raut wajahnya berkerut marah.
Kira'na sempat terkejut dengan kehadiran Blaze secara tiba-tiba, tetapi ia berhasil mengontrolnya. "Belum menyerah untuk melawan, pangeran?"
"Sadarlah, Kira'na! Kau hanya dimanfaatkan olehnya!" Ice turut membantu dengan membuat beberapa serangan.
"Hapuskan mereka." Retak'ka memberi perintah dan disanggupi oleh Kira'na.
Kepada siapa lagi mereka harus berharap?
Bahkan para pangeran yang telah berjuang mati-matian pun sudah tak berdaya sama sekali.
Hanya ada satu peluang, tetapi mereka harus mengambil resiko yang lebih besar.
Haruskah mereka melakukannya?
┌──────────────────────────────┐
esok hari akan berhembus angin yang baru.
└──────────────────────────────┘
⌗ ⌂ males ah, angst.
bohong deng, ayo sakiti aku lagi.
────────────────────────────────
KAMU SEDANG MEMBACA
Camaraderie
Fantasy. 𓄹۪𝆬🕯️˖ৎָ̲۟୭̲ ۪ apa kau berpikir bahwa masuk ke dunia asing itu dapat benar-benar terjadi? tadinya itu isi pikiran seorang pria muda yang kini terjebak dalam tubuh seorang pangeran yang memiliki enam saudara. -boboiboy elemental royal fantasy fa...