12. Gagal

191 26 8
                                    

Daily Life Chakra Family
.
.
.

Happy Reading ❤️❤️❤️
.
.
.

*****

"Ayah! Ayo, kelual!" seru Yuan seraya berlari ke arah Chakra yang tengah bersantai ria di depan televisi.

Hap!

Chakra berhasil menangkap tubuh Yuan yang melemparkan diri padanya.

"Jangan lari-lari atuh, Dek Yuan. Nanti kalau jatoh, terus luka gimana?"

Yuan membalasnya dengan kekehan lucu khas anak balita, yang memamerkan gigi susunya.

"Malah ketawa. Ada apa? Kenapa lari-lari, hm?" tanya Chakra setelah mendudukkan Yuan di pangkuannya.

"Ayo, kelual, Yah. Mau bubulit."

Walaupun cara berbicara Yuan belum benar, Chakra, Diana, Sultan dan Yuli tetap paham.

Namun, mereka juga akan membenarkan perkataan Yuan jika kurang tepat.

"Ngabuburit?"

Yuan mengangguk semangat.

"Kan nanti sore Adek ngaji. Jadi, gak bisa ngabuburit," tukas Chakra serius.

Senyuman lebar itu perlahan-lahan turun, lalu menatap sang ayah dengan mata melebar.

"Kalau Dek Yuan gak ngaji, nanti dimarahin Mama, loh."

Sekuat tenaga Chakra menahan tawanya ketika melihat gurat bingung ditambah sedih di wajah anak bungsunya itu.

Sebenarnya dia bisa saja mengajak Yuan ngabuburit setelah anak itu selesai sekolah agama nanti jam lima sore. Namun, sepertinya mengerjai sebentar anak bungsunya itu akan seru.

Chakra sudah membayangkan bagaimana puasnya dia ketika berhasil membuat Yuan menangis karena tidak bisa ngabuburit.

"Tapi 'kan Adek beles ngajinya jam 5 sole, Yah. Jadi, masih bisa bubulit sebental," timpal Yuan dengan alis yang berkerut menatap galak pada ayahnya.

Chakra gelagapan ditatap seperti itu oleh Yuan.

Gawat!

Dia ketahuan!

"Ayah jangan bohong, nanti gak disayang sama Allah, loh," tambah Yuan.

Chakra mengangkat kedua tangannya ke udara. "Ok! Yang tadi Ayah salah, maaf," ucapnya, lalu menyatukan kedua telapak tangannya di depan.

"Tapi, gimana kalau Mama marah gara-gara Dek Yuan ngabuburit terus beli jajanan? Padahal Mama udah bikin makanan kesukaan Dek Yuan, loh."

Namun, Chakra tidak menyerah begitu saja. Dia masih ingin mengerjai Yuan sampai anak bungsunya itu--minimal--menangis.

Yuan terdiam, menatap ayahnya dengan tatapan berpikir.

Berpikir bagaimana sang ibu mau memberikan izin padanya agar bisa membeli jajanan di luar dengan dalih ngabuburit.

(Bapak sama anaknya emang gak beda jauh 🤦)

Lalu, tanpa mengatakan apa pun, Yuan turun dari pangkuan Chakra dan berlari ke belakang rumah.

"Loh, Dek? Mau ke mana?"

Namun, pertanyaan Chakra diabaikan oleh Yuan.

Anak laki-laki berusia empat tahun itu tengah menyusun kata-kata untuk sang ibunya nanti di tengah-tengah larinya.

"Dek Yuan!" Kini Chakra berdiri, dan mengikuti Yuan yang berlari.

Dia selalu ngeri saat melihat Yuan berlari. Anak bungsunya itu selalu menabrak apa pun di depannya ketika berlari.

"Dek, jangan lari-lari. Jalan biasa aja."

Lagi, ucapan Chakra diabaikan oleh Yuan.

Chakra kadang heran kepada anak-anaknya.

Anak-anaknya itu akan mendengarkannya ketika dia sedang serius, kalau tidak, ya begini, tidak didengarkan.

Masa, dia setiap waktu harus serius, sih? Hidup itu harus dibarengi dengan bercanda, agar tidak stress dan tetap waras.

Hah!

Chakra sedikit kelelahan harus mengejar Yuan yang larinya sangat cepat untuk ukuran seorang balita.

"Mama!" teriak Yuan ketika mendapati sosok sang ibu, Diana.

Diana yang tengah memeriksa kebun kecil miliknya di belakang rumah segera menoleh pada Yuan.

Wanita itu tersenyum lebar seraya merentangkan kedua tangannya, dan Yuan dengan senang hati masuk ke pelukannya.

"Anak Mama, kenapa lari-lari, hm?" tanya Diana.

Yuan memamerkan senyum termanisnya pada sang ibu.

Diana membalas senyuman Yuan, dia mencolek ujung hidung anak bungsunya. "Kenapa senyum, hm?"

"Mama, Adek mau bubulit sama Ayah hali ini beles ngaji, boleh?"

Diana menoleh sebentar pada Chakra yang tengah tidur telentang di teras belakang rumah karena kelelahan mengejar Yuan.

Lalu, menatap pada anak bungsunya. "Adek mau ngabuburit sama Ayah?"

Yuan mengangguk semangat.

"Gak mau sama Mama juga? Padahal Mama pengen banget ngabuburit sama Dek Yuan, sama Ayah, sama Aa', sama Teteh juga."

Yuan terdiam, menatap sang ibu dengan kepala yang dimiringkan sedikit.

Lalu, tidak lama kemudian, Yuan bertepuk tangan heboh. "Boyeh! Adek juga mau bubulit sama Aa', sama Teteh, sama Mama, sama Ayah juga."

"Oke, kita ngabuburit bareng. Tapi, gak bisa hari ini, gak apa-apa? Soalnya hari ini Aa' lagi pergi, Teteh beres ngajinya nanti waktu udah beres buka puasa. Mama juga mau bikin makanan kesukaan Yuan hari ini, waktunya juga gak cukup," jelas Diana pelan-pelan agar Yuan mengerti.

"Gak apa-apa 'kan, gak ngabuburit hari ini? Mama janji hari Minggu kita ngabuburit bareng, gimana, mau?"

Walaupun sedikit murung, tetapi Yuan menyetujui saran sang ibu.

"Tapi, boyeh 'kan beles ngaji nanti Adek jalan-jalan dulu sebental di depan lumah sama Ayah, sama Mama juga?" pinta Yuan dengan gurat menggemaskan.

Diana menjawil pipi tembem Yuan. "Ya boleh, dong. Nanti Mama bakalan nemenin Dek Yuan jalan-jalan di depan rumah," balasnya.

"Yeay!" seru Yuan kegirangan.


Sedangkan di tempat lain, Chakra mengangkat sedikit kepalanya untuk melihat ke arah Yuan dan Diana yang berseru heboh.

Dia menghela napas panjang, gagal sudah niatan untuk mengerjai anak bungsunya itu.

-Bersambung-

*****

Maaf, udah tiga hari(?) Gak update gara-gara lagi sakit gigi yang ngeganggu buat ngehalu 😭😭

Maaf 🥺

today_is612, 28 Maret 2024

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Daily Life Chakra Family [Chansoo GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang