PROLOG: MAGNET

0 0 0
                                    

PROPOG: MAGNET

09.07.2013
halaman sekolah dasar yang ramai, riuh suara anak-anak yang bermain memenuhi udara. Di bawah rindangnya pohon besar, Abel duduk sendirian, tenggelam dalam dunianya yang tercipta dari halaman-halaman bukunya. Berbeda dengan teman-temannya yang bermain, Abel lebih memilih menikmati waktu sendirian sambil menelusuri lembar demi lembar bukunya.

Sementara itu, tidak jauh dari tempat Abel duduk, seorang gadis muda yang cantik melompat-lompat dengan ceria, menarik perhatian teman-teman sekelasnya. Gadis itu adalah Ashel, salah satu murid yang paling populer di kelasnya. Meskipun dikelilingi oleh teman-temannya, Ashel menikmati setiap momen dengan penuh semangat dan kegembiraan.

Ashel yang sedari tadi bermain, melihat abel yang duduk diam membaca bukunya pun tertarik untuk mengajaknya main.

"Hi!," sapa Ashel.

"Halo," jawab Abel.

"Apakah kamu sedang membaca buku?" tanya Ashel sambil melihat judul buku yang dibaca Abel.

"Ya, aku sedang membaca buku," jawab Abel singkat.

"Judulnya apa?" tanya Ashel lagi.

"Si Petualang," jawab Abel.

"Si Petualang?! Aku juga sedang membacanya! Siapa karakter favoritmu?" tanya Ashel dengan antusias.

"Franklyn," jawab Abel.

"Franklyn?! Wow, itu juga karakter favoritku!" ujar Ashel dengan senang.

"Benarkah?" tanya Abel.

"Iya! Aku suka dengan karakternya yang selalu ingin tahu tentang banyak hal," tambah Ashel.

"Sama. Berapa banyak seri yang sudah kamu baca?" tanya Abel.

"Tidak banyak, baru dua," jawab Ashel.

"Yang mana favoritmu?" tanya Abel.

"Tentu saja, Petualangan Pulau Tersembunyi," jawab Ashel.

"Sama! Menurutku, di antara banyaknya buku, buku dari seri ini yang paling bagus," kata Abel setuju.

Mereka berdua mulai berbicara dengan antusias tentang petualangan-petualangan yang mereka temui dalam buku tersebut, berbagi pandangan dan pemikiran tentang alur cerita dan karakter-karakternya.

Seiring percakapan mereka yang semakin mendalam, Abel mulai merasa nyaman dengan kehadiran Ashel. Meskipun dia biasanya lebih suka menyendiri, ada sesuatu yang menarik tentang keceriaan dan kehangatan Ashel yang membuatnya merasa diterima dan dihargai.

Tidak lama kemudian, suara bel berdentang, menandakan waktu istirahat telah berakhir. Abel dan Ashel berpisah dengan senyuman, namun dalam hati mereka merasa lega karena telah menemukan teman baru yang istimewa.

Di bawah naungan pohon rindang, sebuah ikatan persahabatan telah terjalin di antara Abel dan Ashel, dua jiwa yang berbeda namun saling melengkapi. Dan dari pertemuan kecil itu, dimulailah kisah petualangan dan persahabatan yang akan membawa mereka melintasi berbagai rintangan dan kegembiraan dalam perjalanan hidup mereka.

Dan di bawah bayangan pohon yang memberikan teduh, dua dunia yang berbeda bertemu di tempat yang tak terduga. Abel yang pendiam dan introspektif, dan Ashel yang ceria dan ramah, adalah dua kutub yang menarik satu sama lain seperti magnet. Tanpa mereka sadari, pertemuan kecil di bawah pohon rindang itu akan menjadi awal dari petualangan yang tak terlupakan dalam persahabatan mereka.

Pertemuan pertama mereka di sekolah dasar menjadi awal dari persahabatan yang tak terduga. Meskipun Abel pendiam dan cenderung merasa lebih nyaman dalam kesendirian, Ashel membawa warna baru ke dalam hidupnya dengan keceriaan dan kepribadian yang ramah.

Di bawah pohon rindang di halaman sekolah dasar itu, dua jiwa yang berbeda menemukan ikatan yang tak terlupakan. Mereka tidak tahu bahwa pertemuan kecil itu akan menjadi akar dari sebuah persahabatan yang kokoh, melewati berbagai cobaan dan tantangan dalam perjalanan hidup mereka.

tahun setelah mereka membuat janji dan berteman, Ashel terpaksa harus pindah ke kota untuk melanjutkan pendidikan SMA-nya di sana.

Abel berkali-kali membujuk Ashel untuk tetap bersekolah di sini, namun ia tidak mau karena ayahnya yang keras kepala menuntutnya untuk masuk ke perguruan tinggi ternama. Akhirnya, mau tak mau ashel dan abel pun berpisah.

Tentu, meskipun berpisah secara fisik, Abel dan Ashel tetap mempertahankan hubungan mereka melalui berbagai teknologi komunikasi modern. Mereka menggunakan pesan teks, panggilan video, dan media sosial untuk tetap saling berhubungan dan berbagi cerita tentang kehidupan mereka di tempat yang berbeda.

Setiap hari, mereka saling bertukar kabar, saling memberikan dukungan, dan menyemangati satu sama lain melalui layanan pesan instan dan panggilan video. Abel menceritakan tentang hari-harinya di sekolah dan kegiatan ekstrakurikuler, sementara Ashel berbagi pengalamannya di SMA baru dan teman-teman barunya.

Meskipun jarak memisahkan mereka, teknologi komunikasi modern memungkinkan Abel dan Ashel tetap merasakan kehadiran satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka menggantungkan harapan pada janji mereka untuk tetap terhubung, meskipun terpisah oleh jarak yang jauh.

FRI(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang