•
"hm?""halo bos, jadi gak ngumpul di markas?" tanya ilham di seberang sana pada pemuda yang sedang duduk enteng di ruang tamu apartemenya.
"bos? bos di sana?" tanya ilham pada Alvin yang sedang melamun.
"maaf, jadi kumpulkan semua" setelah mengatakan itu Alvin langsung mematikan telpon mereka tanpa mendengar jawaban dari ilham.
ilham yang ingin di bawakan cemilan oleh bos nya itu tidak jadi karna langsung di matikan sepihak.
ilham menggerutu kesal pada bos nya itu.
"ish padahal mau titip cemilan"
"kasihan di cuekin" jahil gibran.
gibran menatap ke arah kenan yang duduk di depannya ruang tengah markas "ken" pangil gibran.
"hm".
"main game yuk" ajak nya pada kenan.
"yuk, keruang game kuyy" ucap ilham semangat dan berlari menuju ruangan game khusus.
mereka geleng geleng kepala menatap ilham, mereka bertiga pergi ke ruangan yang di masuki ilham dan meningalkan anggota di ruang tengah.
setelah keadaan mulai sepi karna anggota mulai bubar, seseorang yang masih di ruang tengah menyeringai tanpa di sadari oleh yang lain.
"kita akan bersatu lagi vin, hihi~"
🎂🕊
tintin
suara klakson mengalihkan perhatian semua orang yang berada di dalam markas.
ceklek
"boss!" ucap mereka serentak ternyata sang bos yang datang.
Alvin mengangkat sebelah alisnya penasaran kenapa mereka histeris begitu.
"hm"
"ck, bos mah gitu dingin bet" ucap salah satu dari mereka dengan wajah sedih.
"idih keren lo begitu!" ketus teman di sampingnya.
"selamat datang tuan" ucap VO yabg tiba tiba berdiri di tengah tengah mereka.
"anjing!" kaget ilham karna hologram itu tepat berdiri di sampingnya, serba putih pulak.
"ilham" ucap Cio dengan nada pelan namun menekan.
ilham menunduk karna di tatap tajam, apa salahnya coba? biasanya kan anak geng ngomong gitu kan?.
"aku tau isi pikiranmu ilham angara, kau bisa berbicara sesukamu tapi jangan di depanku" ucap Alvin datar dan berjalan menuju ruangan pribadinya.
setelah berdiam diri di ruangannya beberapa saat yang lalu dia kembali keluar atau ke taman belakang karna mereka sudah berkumpul di sana dan juga VO juga berkumpul bersama mereka.
saat tengah asik memperhatikan para anggota tuanya yang cukup stabil walau awalnya mereka tidak saling kenal awalnya.
semua berbaris
ucap VO mereka yabg mendengar itu langsung berbaris
menghadap ke Alvin yang berdiri tegap dab VO dan IA di belakang mereka."kalian tau bukan untuk apa aku mengumpulkan kalian?" ucap Alvin dengan nada datar dan dingin.
"TAU BOS!" ucap mereka serentak.
"jadi tugas kalian adalah...
🙏🥶
"kemana sebenarnya anak itu?" tanyanya pada dirinya sendiri.
sekarang Alan sedang duduk di lantai teras kamarnya sambil memandangi dinginya angin malam yang menerpa tubuhnya.
"kau sudah mulai sadar dik" ucap seseorang itu tiba tiba berdiri di samping Alan.
tapi itu yidak memebuatnya terkejut tapi dia hanya memendangi langit tanpa bintang namun langit di terangi oleh bulan.
"mungkin" ucap Alan ragu papa sang abang.
Fahmi menghela nafas pelan dan ikut memandangi langit malam.
"dia sudah 3 bulan tidak terlihat dan di sekolah juga. kemana sebenarnya dia? apa dia akan melenyapkan kita karna kisah dulu" gumam Alan yang masih di dengar oleh Fahmi.
Ia menatap lembut adik pertamanya itu, dapat dia lihat mata berkaca kaca miliknya.
"jangan menangis ian, semua akan baik baik saja setalah melenyapkan mereka, hm" ucapnya sambil mengelus rambut Alan.
"hm"
"ayo masuk nanti kau demam lagu karna sering duduk di sini" ucapnya menuntun Alan menuju kasur.
Alan merebahkan tubuhnya dan memakai selimut tebal itu ke tubuhnya.
"bang" panggil Alan pada sang abang yang masih berdiri di sampingnya
"hm, ada apa?"
"em apa abang mau tidur bersamaku malam ini?" tanya Alan pelan.
Fahmi terkekeh dan menganguk merebahkan tubuhnya di samping sang adik.
melihat sang abang yang juga mulai tidur di sampingnya dia memeluk Fahmi dan tidur dan di ikuti oleh Fahmi.
"maaf" gumam seseorang yang sedari tadi mengintip percakapan mereka secara tidak sengaja.
"tuan sepertinya tidak perlu membunuh mereka" ucap VO pada sang Pencipta.
"kenapa begitu?"tanya seseorang di panggil tuan itu.
"ku rasa kakak itu sudah menyesal"
Alvin mengangguk mengerti karna dia sudah melihat cctv yang berada di mansion Affrian.
percakapan suara tangisan itu begitu jelas masuk ke telinganya benar benar mengharukan dan sang daddy yang mengintip mereka sedari awal.
"hm setidaknya aku perlu membunuh seseorang yang dia minta bukan?"ucapnya sambil menyeringai dan tatapan mata yang semula biru berubah menjadi merah menyala walau hanya sesaat setelah itu kembali seperti warna aslinya.
tuan besok kamis dan tuan besar beserta anak dan istrinya akan datang ke sini, apa perlu saya siapkan hotel?
tanya IA pada Alvin.
"tidak perlu biarkan aku menunjukkan jadi diriku, mereka juga sepertinya curiga karna apartemen ini kelihatan ada nyawa di dalamnya jadi biarkan mereka tau" ucap Alvin panjang lebar.
mereka mengangguk mengerti dan menghilang dari hadapan Alvin yang sedang duduk di ruang tany dengan tv yang menyala.
"hah lelahnya" gumamnya sambil bersandar di sandaran kursi.
_________&&&&&&&&_________
makasih yang masih setia membaca cerita gabut ini walau ada berapa yang sudah lupa alurnya tapi.............. ya begitu semoga suka lah dan jangan lupa seperti biasa.
ngerti lah yang pasti 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi kevin or alvin (Hiatus Sementara)
Teen Fictionkisah Kevin Anggara Ariga yang merupakan CEO dan memiliki perusahaan terkenal di jerman dan kebanyakan cabang berada di indonesia. hidup sendiri tanpa ada orang tua di sampingnya yang menyemangati harinya yang suram dan kejam. karna sebuah kesengaja...