Subtle Change

204 29 1
                                    

Sejak malam itu, tanpa sadar Claretta jadi sering memperhatikan si sulung. Matanya seolah tak bisa lepas dari sosok sang kakak.

Tapi, setelah seminggu ia memperhatikan Shanin, Claretta tak menemukan hal aneh dari sang kakak. Bahkan, pagi setelah ia menemukan sang kakak di halaman belakang, Shanin bersikap seolah ia tak pernah menangis seorang diri.

Shanin tetap menampilkan senyum hangatnya, tetap menampilkan punggung kokohnya, dan tetap menjadi Shanin yang biasa ia lihat. Jika Claretta tak melihat secara langsung betapa ringkihnya punggung si sulung malam itu, Claretta mungkin akan mengira kalau kakaknya itu baik-baik saja.

Walaupun Claretta tak menemukan hal aneh dari si sulung, nyatanya Shanin memang berbeda. Dan yang menyadari hal itu adalah Kiara.

Orang mungkin mengira kalau Shanin akan lebih dekat dengan Claretta, mengingat umur keduanya yang tak terlalu jauh. Atau mungkin, dengan si bungsu Eileen, karena Shanin yang selalu menemani Eileen.

Nyatanya, Shanin lebih dekat dengan Kiara. Sesi ayo-kita-melihat-Shanin-memasak yang dilakukan oleh Kiara dulu, membuat Shanin dan Kiara menjadi dekat. Kerap kali, di sesi pagi mereka, Shanin menceritakan soal isi kepalanya pada Kiara. Meskipun tak banyak yang si sulung itu ceritakan, setidaknya dulu Kiara tau satu dua hal yang ada di kepala Shanin.

Karena itu, Kiara lah orang pertama yang menyadari kalau ada perbedaan dari Shanin. Tak banyak, memang. Tapi Kiara sudah memperhatikan Shanin dari ia kecil. Karena itu, perubahan kecil dari sang kakak tak luput dari matanya.

Seperti bagaimana sorot mata si sulung kerap kali memudar kala memandangi ponselnya, atau bagaimana sorot mata si sulung mengeras saat ia memperhatikan Eileen, atau dirinya.

Ia tak tau apa yang terjadi pada sang kakak, apa yang kakaknya itu fikirkan. Yang pasti Kiara sadari adalah, kakaknya itu mulai berubah sejak ia kembali dari penelitiannya.

Tapi, meskipun Kiara menyadari dan sangat ingin tahu, ia tak bertanya maupun mencari tau. Pertama karena ia tau kalau sang kakak tak akan membagi isi kepalanya, kedua ia tak tau harus mencari jawabannya kemana.

Karena itu, yang bisa Kiara lakukan adalah terus mengawasi sang kakak, dan menemani Shanin semampunya.

Karena itu, yang bisa Kiara lakukan adalah terus mengawasi sang kakak, dan menemani Shanin semampunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yuvia meletakan gitar di tangannya ke lantai, lalu menegak botol minumnya hingga tersisa setengah. Setelahnya, ia menyandarkan dirinya ke dinding, memperhatikan Samuel juga Yuri yang masih sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Yuri yang tengah berfokus dengan laptopnya, wajahnya yang begitu serius membuat Yuvia tak perlu repot menebak kalau temannya itu tengah mengerjakan tugas. Sementara Samuel tengah berbaring di sofa, menatap ponselnya entah melakukan apa.

"Lu ngeliatin apaan, Sam?" Tanya Yuvia, penasaran.

Samuel menoleh sekilas, lalu kembali fokus ke ponselnya. "Lu tau kak Erina, kan?"

Brawijaya [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang