PROLOG

43 7 0
                                    

"AKU NGGAK MAU, PA!"

"JANGAN MEMBANTAH DEO!"

"AKU TETAP NGGAK MAU! AKU NGGAK AKAN PERNAH MAU!"

"KAMU HARUS MAU! KALAU KAMU TERUS MENOLAK, PAPA BAKALAN BIKIN HIDUP DIA HANCUR!"

"PAPA!


"Selamat kepada Javis Fabio dan Royaldi Deo telah menjadi pasangan sah di hadapan Tuhan."

Suara tepukan tangan memenuhi ruangan yang penuh akan hiasan bungan pernikahan. Ucapan-ucapan selamat terlontar dengan antusias.

Kedua pengantin baru berdiri bersisian, menyambut salam dari setiap tamu undangan.

"Selamat ya."

"Ciee yang udah sah."

"Semoga nggak ada hal yang bisa memisahkan kalian ya."

Suasana meriah dan penuh energi semangat.

Tapi ada seseorang di sudut ruangan yang tahu bahwa dua hati manusia di dalam ruangan indah itu telah hancur. Matanya berair. Dia tidak sanggup menyaksikan anak kesayangannya, anak satu-satunya berusaha menampilkan senyum bahagia padahal hatinya sedang sakit. Dia juga tidak tahan melihat sosok lain yang tengah menatap anaknya dengan pancaran hancur di matanya.

"Maria, cukup."

"Tapi—"

"Cukup. Ini yang terbaik. Kalau anak kita sama dia, bisa-bisa anak kita makan angin! Aku udah cukup sabar buat nerima anak kita gay, jadi jangan coba-coba nambah masalah dengan ini itu. Cukup."


Pemuda bernama Damian Jetro, yang selalu kuat dalam menghadapi setiap perjalanan hidupnya, saat ini menunjukkan betapa lemahnya dirinya. Air mata yang sudah dia tahan tidak lagi bisa bertahan ketika tatapannya bertemu dengan tatapan hancur dari Deo.

Satu senyuman dia berikan.

Dari tempatnya berdiri, dia bisa melihat mata Deo yang sudah akan menumpahkan airnya, dia menggeleng. Bibirnya mengucap kata tanpa suara. "Kamu kuat, Sayangku."


Deo ingin sekali berlari ke pelukan Jetro ketika kekasih hatinya itu mengatakan dia kuat. Tidak. Dia tidak akan pernah bisa kuat jika tidak bersamanya.

Matanya terus melihat ke arah Jetro. Dia melihat bagaimana Jetro yang berusaha menghapus air matanya yang terus tumpah. Dia melihat bagaimana Jetro yang berusaha memberikannya senyum penyemangat.

Tapi dunia seakan ingin menghancurkan hati mereka.

"Ini saat-saat yang kita tunggu ... kedua pasangan baru berciuman! Huuuu!"

Dia melihat bagaimana Jetro menundukkan kepalanya. Dia melihat bagaimana Jetro menutup kedua telingannya. Dia melihat Jetronya hancur ....

WATER IN THE EYESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang