Part 20

320 13 0
                                    

Part 20

Aisyah menghembuskan nafas panjangnya setelah mendengar pernyataan dari Ana, gadis itu mengatakan bila ia membenci kakaknya yang bernama Aiman. Aisyah tentu merasa paham dengan apa yang terjadi, semua pasti tidak akan jauh-jauh dari masalah tadi siang.

"Kamu masih marah sama Kak Aiman gara-gara masalah tadi siang? Bukannya kamu sudah memaafkan kakak kamu ya? Kok sekarang kamu bilang benci sama dia?" Aisyah mengusap puncak kepala Ana, namun gadis itu masih tak ingin mengubah posisinya dan tetap mempertahankan tangisnya.

"Aku tau Kak Aiman itu sudah keterlaluan, dia kan juga sudah minta maaf, tapi kenapa kamu masih membencinya, Ana? Sudahlah, jangan terlalu dibesar-besarkan ya, kasihan kan Kak Aiman." Aisyah masih berusaha sabar meskipun sebenarnya ia sempat kecewa dengan ucapan Ana tentang ia dan Ahsan.

"Kamu kan sudah dewasa, jadi akan lebih baik jika kamu bisa mengontrol emosi kamu di depan semua orang ya?" ujar Aisyah lagi yang kali ini berhasil membangunkan Ana dari tengkurapnya, dengan wajah sembab ia menatap kakak iparnya tersebut.

"Kenapa cuma aku yang Kak Aisyah suruh untuk mengontrol emosi? Kenapa Kak Aisyah enggak menyuruh Kak Aiman juga? Dia kan juga sudah dewasa, bahkan usianya lebih jauh di atas aku. Kenapa?"

"Ya kan Kak Aiman sudah bisa mengontrol emosinya sendiri, Ana."

"Enggak. Buktinya sampai sekarang Kak Aiman masih bersikap seenaknya ke Kak Aisyah, bahkan saat di depan orang sekalipun."

"Maksud kamu bagaimana? Sikap Kak Aiman yang mana?"

"Sudahlah, Kak. Kak Aisyah enggak usah pura-pura lagi, aku tau selama ini Kak Aisyah sering nangis kan gara-gara sikap Kak Aiman itu? Kenapa sih Kak Aisyah masih sabar? Kenapa Kak Aisyah enggak berusaha marah? Kan Kak Aisyah juga berhak marah." Ana kian menangis saat menatap kakak iparnya, yang masih berusaha terlihat tenang di depannya.

"Kayanya kamu sudah salam paham, Ana."

"Salah paham bagaimana? Aku sering lihat Kak Aiman mengabaikan Kak Aisyah, dia juga beberapa kali enggak jawab ucapan Kakak kan? Terus juga dia sering pergi gitu aja saat Kak Aisyah lagi bicara, bahkan Kak Aiman juga pernah bentak Kak Aisyah di depan kita semua, jadi apanya yang salah paham? Sikap Kak Aiman itu sudah keterlaluan, Kak. Tapi kenapa sih Kak Aisyah masih mau bertahan sama dia?" Ana mengusap air matanya, ia benar-benar kecewa dengan semuanya.

"Ana, ini kan rumah tanggaku, akan lebih baik jika kamu enggak perlu ikut campur ya? Aku enggak apa-apa kok." Aisyah tersenyum sembari membantu mengusap air mata adik iparnya yang kali ini tangannya ditahan olehnya.

"Awalnya aku juga enggak mau ikut campur, Kak. Tapi kejadian tadi siang saat Kak Aiman mencela kue buatanku, aku jadi sadar kalau diperlakukan seperti itu rasanya enggak enak, apalagi Kak Aisyah yang sudah berulang kali diperlakukan dengan cara yang sama. Makanya tadi aku mau balas Kak Aiman, supaya dia juga tau rasanya jadi Kak Aisyah itu kaya gimana." Ana menunjuk ke arah kanannya dengan air mata yang kian deras membasahi wajahnya, yang kali berhasil merobohkan pertahanan Aisyah, wanita itu turut menangis setelah mendengar ucapan adiknya.

"Kamu kan sudah memaafkan Kak Aiman, jadi kamu enggak perlu lagi melakukan hal seperti itu lagi ya? Untuk masalah rumah tanggaku, ya biar aku aja yang menanggungnya." Aisyah mengusap air matanya lalu menyentuh tangan adik iparnya, ia berusaha tersenyum meskipun sebenarnya ia juga terluka.

"Tapi sampai kapan, Kak? Aku cuma kasihan sama Kak Aisyah, Kakak itu wanita yang baik, enggak pantas diperlakukan kaya gini terus-terusan. Aku sebagai adiknya aja enggak tahan lihatnya, apalagi Kak Aisyah yang menjalaninya."

"Aku enggak apa-apa kok, jadi kamu enggak perlu khawatir ya!"

"Bagaimana caranya aku enggak khawatir? Kak Aiman dulu itu enggak pernah kaya gitu ke orang, tapi kenapa ke istrinya malah bersikap seenaknya, aku sampai sekarang aja masih enggak ngerti sama jalan pikirannya. Kayanya dia diguna-guna, Kak. Atau jangan-jangan dirasuki arwah gentayangan," jawab Ana yang mulai merasa tenang, namun ucapannya itu justru membuat Aisyah tersenyum mendengarnya.

ISTRI YANG TAK INGIN KUSENTUH TERNYATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang