Suasana sudah tampak tenang karena peme— Figuran kita sudah kembali tenang dan sudah tidak terkejut lagi. Kepala pelayannya sedang pergi mengambil bubur serta air yang di minta oleh pangerannya atau kita bisa sebut sekarang dia adalah Zayne Rabbition (dia belum tahu siapa dirinya).
Untuk saat ini Zayne masih bingung kenapa dia pas tibur bangun-bangun udah ada di dunia lain yang membingungkan juga adalah dunia apa ini?
Tok Tok
Suara ketukan pintu terdengar memperlihatkan kepala pelayannya yang datang dengan menggunakan Kitchen Trolly membawa makanan seperti bubur, beberapa buah, teh dan makanan penutup seperti kue.
"Silahkan di nikmati, pangeran Zayne." Ucap kepala pelayannya, dia menyerahkan semangkuk bubur hangat yang di campur dengan beberapa sayuran dan juga tentu wortel.
"Terima kasih, Asher." Zayne mengambil mangkuk bubur itu, dia mulai meniup perlahan sebelum memakannya agar tidak panas. "Ternyata nama tubuh ini Zayne."
Kepala pelayan itu bernama Asher Roth yang secara turun temurun keluarga Roth melayani Kerajaan Rabbition hingga saat ini karena kesetiaan mereka sudah lama sejak kerajaan Rabbition berdiri yang membuat Raja Rabbition secara turun temurun menaruh kepercayaan kepada mereka.
Saat sedang memakan buburnya Zayne terpikirkan sesuatu yaitu menanyakan tentang dunia ini dan bisa saja dunia yang dia masuki adalah novel yang dia baca saat sebelum tertidur di sekolahnya.
"Asher, aku ingin bertanya sesuatu padamu." Terlihat wajah Zayne yang tampak gugup, dia juga mulai berkeringat dingin.
Asher si kepala pelayan sedikit memiringkan kepalanya di kanan dengan kebingungan tetapi dia tetap tersenyum, "Silahkan bertanya, pangeran."
Zayne sedikit mengambil nafas dalam-dalam untuk mempersiapkan dirinya bagaimana dia tidak di curigai oleh Asher bahwa yang di dalam tubuh ini bukan Zayne asli tetapi Davis yang berasal dari dunia berbeda.
Zayne terus berasa gugup tetapi dia harus tahu dunia apa yang di tempatinya sekarang, apakah novel yang dia baca saat jam istirahat sekolah atau dunia yang lain.
"Asher... Boleh aku tahu tempat apa ini?" Tanya Zayne dengan gugup, dia berharap bahwa ini adalah novel yang dia baca pas istirahat di sekolah walaupun tidak habis membacanya.
Asher tampak kebingungan, dia berpikir apakah pangerannya agak kebingungan dikit karena sudah koma selama dua minggu, "Ini adalah istana yang anda tempati, pangeran. Istana ini adalah sebuah kerajaan wilayah Rabbition alias wilayah para ras kelinci."
Zayne sekarang tampak kebingungan sekarang, apa yang di maksud oleh Asher adalah istana? Pantas saja ruangannya tampak sangat mewah, perabotan yang mahal itu sudah pasti tidak bisa di beli oleh para rakyat jelata seperti dirinya yang dulu.
Tetapi hal yang membingungkan Zayne sekarang adalah wilayah Rabbition, saat Zayne membaca novel pada jam istirahat di sekolah dalam novel itu tidak pernah di sebutkan nama wilayah Rabbition, apakah ada hal yang tidak dia ketahui?
"Asher, apakah ada wilayah dengan nama 'Grimord'?" Zayne masih perlu memastikan apakah dunia yang dia masuki itu benar-benar novel yang dia baca.
"Grimord? Apakah yang anda maksud wilayah para naga?" Wajah Asher tampak mulai khawatir, mengapa pangerannya bertanya tentang wilayah para naga?
Saat mendengar perkataan Asher terlihat wajah Zayne semakin kebingungan, wilayah para naga? Bukankah Grimord itu wilayah para Vampir? Apakah dia bukan masuk ke dalam novel yang dia baca di sekolah saat jam istirahat dan itu artinya dia masuk ke dalam novel lain yang dia tidak tahu alurnya seperti apa?
Jika benar dunia yang dia masuki sekarang ini bukan dunia novel yang dia baca itu semakin gawat karena dia tidak tahu alurnya seperti apa.
"Pangeran, apa ingatan anda bermasalah?" Tanya Asher, dia benar-benar khawatir kalau pangerannya benar-benar mengalami masalah ingatan.
"Itu..." Zayne sepertinya benar-benar terpojok sekarang karena dia tidak tahu harus berbicara apa tentang ingatannya.
"Kalau anda ada masalah ingatan bagaimana anda tahu nama saya, pangeran?" Asher bertanya lagi, dia bingung bagaimana Zayne bisa mengetahui namanya jika Zayne mengalami masalah ingatan.
"Ada kartu nama yang kau pasang di bajumu..."
"Ah, itu benar." Asher tertawa canggung mengingat bahwa dia lupa tentang kartu nama yang dia pakai di jasnya sendiri.
Asher berdehem lalu menatap Zayne dengan tatapan khawatir lagi, "Apa anda ingat siapa keluarga anda?"
Zayne memiringkan kepalanya dengan bingung, keluarga? Karena Asher terus memanggilnya dengan ucapan pangeran sudah pasti bahwa ayahnya disini adalah seorang raja dan bisa saja dia mempunya kakak karena Asher tidak menyebutnya sebagai putra mahkota yang artinya beban hidup yang dia tanggung tidak terlalu banyak.
Zayne menggelengkan kepalanya menandakan bahwa dia tidak tahu siapa keluarganya, bagaimana tidak dirinya saja memang bukan Zayne yang asli.
Asher yang melihat Zayne menggelengkan kepalanya tentu saja hampir terkena serangan jantung, pangeran tersayangnya itu hilang ingatan tentu saja membuat Asher sangat syok berat.
"Astaga, bagaimana saya harus melaporkan hal ini pada ayah anda, pangeran?!!" Lutut Asher melemas dan dia terjatuh ke lantai, matanya berlinang air mata.
"Itu—"
"Jika anda tidak tahu siapa keluarga anda bukankah itu berarti anda hilang ingatan?! Saya tidak masalah jika anda tidak ingat saya tetapi jika anda tidak mengingat keluarga anda itu masalah besar!!" Zayne sempat ingin mengucapkan sesuatu tetapi tidak jadi karena ucapan dia terpotong oleh Asher yang tampaknya sangat syok berat.
"Asher, tidak perlu seperti itu... Memangnya kenapa aku bisa hilang ingatan seperti ini?" Zayne menatap Asher dengan tatapan sedih, kesedihan palsu tentu saja.
"Saya tidak tahu bagaimana harus bilang kepada anda, pangeran." Asher berdiri dari jatuhnya membersihkan celana belakangnya.
"Katakan saja apa yang terjadi padaku, Asher." Nada berbicara Zayne berubah menjadi meyakinkan agar Asher ingin memberitahu apa yang terjadi pada tubuh yang di tempatinya ini.
"Maaf pangeran tetapi ayah anda memberitahu saya untuk tidak menceritakan hal yang terjadi." Asher menundukkan kepalanya, wajahnya tampak muram tetapi sedikit hawa dingin keluar darinya.
"Baiklah aku mengerti..."
Deeng Deeng
Suara lonceng yang ntah dari mana berasal itu berbunyi kencang yang membuat Zayne menghentikan untuk melanjutkan memakan buburnya dan memilih untuk berlari ke arah jendela untuk melihat dari mana suara lonceng yang berbunyi keras itu berasal.
Zayne melihat sebuah bangunan besar nan megah dari kejauhan yang tampaknya berasal dari tengah-tengah kota, bangunan berwarna putih mengkilat serta tingginya hampir setara awan itu membuat mata Zayne terpaku pada keindahan tempat wilayah yang dia tinggali.
Dia baru menyadari bahwa istana yang dia tempati itu hampir setinggi tempat dimana lonceng yang tadi berbunyi itu yang membuat Zayne merinding saat melihat ke bawah.
"Itu artinya kuil telah terbuka, pangeran. Saat itulah orang-orang berbondong-bondong untuk pergi ke kuil melihat kekuatan sihir apa yang mereka dapatkan." Ucap Zayne yang saat ini berdiri di sampingnya sembari memandang bangunan yang di lihat Zayne tadi.
"Tempat lonceng itu berada adalah kuil?" Tanya Zayne, dia melihat ke arah bangunan itu lagi melihat dengan seksama betapa indahnya tempat itu.
"Benar, pangeran."
Mata Zayne belum lepas dari kuil yang megah itu malahan Zayne semakin terus menatapnya, sebuah perasaan yang tampak familiar muncul dalam hatinya yang membuat dirinya bingung kenapa dia bisa merasa familiar dengan kuil tersebut.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince's Path: Omega Destiny
Romance[Slow Update] Davis Mahendra. Seorang mahasiswa biasa yang selalu menyendiri di manapun dia berada. Saat di sekolah dia membaca novel dari ponselnya, ketika jam istirahat tiba-tiba dia merasa mengantuk karena terlalu lama menatap ponsel. Dia memutus...