Sebelumnya mohon maaf, kemarin wp saya eror, jadi belum bisa update.Maaf atas keterlambatannya🙏
Dalam beberapa hari, Erwin berhasil mengambil hati papa mertua. Reza kini berpihak pada Erwin. Sedangkan Ratih, dia masih membenci Erwin seperti sebelumnya.
"Ma, aku keluar bentar ke rumah Dona, ya?" pamit Thalita sebagai dalih. Dia berniat menemui Erwin yang sedang duduk di kafe dekat rumah bersama Reza.
"Dona aja suruh ke sini," balas Ratih.
"Tapi, Ma, aku yang mau ke rumah Dona," bujuk Thalita.
Ratih memandangnya dengan lekat, lalu berkata, "Kamu lupa kalau orang tua Dona benci sama kamu? Kamu mau apa di sana? Kamu tidak akan disambut di sana."
Ah, Thalita benar-benar lupa. Tiba-tiba, Reza masuk dari pintu utama.
"Thalita, ikut Papa yuk? Papa mau tunjukkan sesuatu ke kamu," ajak Reza.
Thalita lega, akhirnya papanya datang di saat yang tepat.
"Tumben, kamu gak kerja?" tanya Ratih.
"Lagi gak ada kerjaan di kantor," jawab Reza. Dia beralih ke Thalita, "Ayo, Tha."
***
Mobil Reza berhenti di parkiran sebuah kafe. Dia dibanjiri pertanyaan oleh putrinya yang sangat antusias, "Papa beneran bawa Erwin ke sini? Beneran izinkan aku ketemu Erwin? Papa udah gak marah sama Erwin?"
Reza menoleh memandang Thalita lekat, tersirat kebahagiaan di mata gadis itu, juga senyumnya yang lebar sekali.
Reza berkata, "Papa yang salah karena tidak percaya sama kamu, Nak. Kamu memang pernah memilih laki-laki yang salah, tapi kali ini tidak, Erwin tidak seburuk itu."
Thalita langsung berhambur ke dalam pelukan Reza, dia berkata, "Makasih, Pa."
Reza tersenyum, ikut senang dengan senyum bahagia Thalita yang sudah lama tidak ia lihat. "Pergilah ke dalam, dia sudah menunggu lama."
Thalita langsung keluar dari mobil, berlari menuju pintu kafe. Dia mendengar suara Reza menegur, "Jangan lari!"
Dia celingukan ketika memasuki kafe yang cukup ramai pengunjung. Tak lama, Thalita menemukan Erwin duduk membelakanginya di ujung kiri kafe. Senyumnya mengembang secara otomatis.
Thalita segera menghampirinya dan langsung memeluk Erwin dari belakang, membuat cowok itu tersentak.
"Eh," pekiknya. Erwin menoleh, melihat Thalita tersenyum lebar.
"Hai," sapanya. Thalita melepas pelukannya, lalu duduk di hadapan Erwin. "Maaf lama, tadi harus bujuk mama dulu, untung ada papa."
Erwin tersenyum tipis, lalu membalas, "Gak apa-apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI RAHASIA ERWIN
Ficção Adolescente[UPDATE SESUAI TARGET!] . "Kakak gue yang bikin lo bunting, kenapa gue yang harus nikahin?" - Erwin. ***** Hidup seorang ketua genk motor yang diidolakan banyak gadis, tak semulus kelihatannya. Sifat dingin dan cuek Erwin bukan tanpa alasan, ada ban...