bab 7

1.9K 118 5
                                    

🌏🌏🌏

Sepuluh menit yang lalu Tanayah dan Aksara telah menyelesaikan makan siang keduanya. Tanayah kini tengah membaringkan tubuhnya di atas kasur, sedangkan Aksara? Pria itu juga ikut berbaring namun tidak bersama dengan Tanayah di kasur, melainkan pada karpet berbulu di samping kasur.

"Bum?" Panggil Tanayah, dia mengubah posisi baringnya mulai menghadap Aksara, sedangkan Aksara sedari tadi berbaring memang sudah menghadap pada Tanayah.

"kenapa?" tanya Aksara dengan nada lembut.

"Hem itu.. anu.. lu belajar masak dari mana?" Tanayah sedikit salah tingkah dengan respon Aksara yang masih setia menatapnya.

"Internet." jawab Aksara dengan jujur, Aksara memang pandai memasak, apalagi pria itu tidak setiap hari pulang ke rumah. Aksara sering tinggal sendiri di Apartemen miliknya jika ia merasa lelah untuk pulang ke rumah, untuk itu juga yang membuat ia belajar memasak, agar tidak perlu memesan makanan dari luar yang kurang sehat -menurutnya.

Tanayah mengangguk.

"Kenapa? nggak enak ya?" Tanya Aksara.

"Ehh enggak... maksud gua enak kok masakan lu, enak banget malah." ucap Tanayah dengan jujur.

"Hemm." Aksara hanya berdehem, cuek. pria itu juga nampak mengubah posisi berbaringnya tidak lagi menghadap Tanayah, melainkan menatap atap kamar kost gadis itu.

Tanayah merasa ada perubahan suasana hati dari Aksara. Sebenarnya sedari makan tadi Aksara bersikap cuek padanya namun Tanayah belum menyadarinya.
Akhirnya Tanayah bingung dengan sikap Aksara, apa karena pertanyaannya? pasalnya masakan Aksara memang enak, sangat. Pertanyaannya tadi juga bertujuan ingin mengetahui dimana asal muasal Aksara belajar memasak karena dirinya sendiri tidak percaya seorang pria seperti Aksara sangat lihai dalam memasak.

Tanayah sedikit menggeser tubuhnya mendekat pada Aksara.

"Masakan lu enak banget Bum... sumpah... jujur gua nggak bo'ong." ucap Tanayah pada Aksara, setelah dia berhasil mendekat pada pria itu.

Aksara diam tidak merespon apa-apa, malah terlihat pria itu memejamkan kedua mata-nya.

"Bum, kok diem?"

"Kenapa diem sih? Gua kan mengapresiasi masakan lu, seharusnya lu seneng, bukan malah diemin gua." Tanayah mulai kesal.

Aksara masih tetap diam.

"Ngantuk? Yaudah tidur aja, setengah jam lagi gua bangunin." ucap Tanayah ketus.

Aksara kembali membuka mata, mengambil ponselnya di nakas, lalu kembali berbaring sembari memainkan benda cerdas itu, masih mengacuhkan Tanayah. Sedangkan gadis itu sudah melebarkan pupil matanya.

"Ehem!"

"Bumi?"

"Ehem!" dehem Tanayah lagi berusaha mencuri perhatian dari Aksara, namun hasilnya masih sama.

"Anjing!" umpat Tanayah sudah kepalang kesal.

Aksara menatap Tanayah namun hanya sepersekian detik kemudian kembali fokus pada ponselnya.

"Lu kenapa sih babi?!" Tanya Tanayah mengambil ponsel dari tangan Aksara.

"Kenapa?" Tanya Aksara pada Tanayah.

"Lu yang kenapa? Kenapa cuekin gua?"

"Siapa yang nyuekin kamu?"

Terdengar dengusan dari Tanayah.

"Dari tadi lu gua ajak ngomong ya! Dan lu gak ngerespon gua sama sekali!" Tanayah mengembalikan ponsel milik Aksara, kemudian mengubah posisi baringnya seperti semula, membelakangi pria itu.

TANAYAH UNTUK BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang