Chapter 11

3.9K 497 470
                                    

What would you like to choose between a cherry on whiskey or a lemon twist on martini?

"Obasan berharap kalian bisa tinggal lebih lama di Marrakesh atau berkunjung ke LA sebelum pulang."

Erica sempat asing dihadapkan dengan anggota keluarga suaminya yang santai seperti ini. Sampai tahu kalau mereka sudah lama tidak berasosasi dengan keluarga Takahara di Jepang. Perbedaan paham antar anggota keluarga memang bisa saja terjadi. Erica menerima pelukan perpisahan yang dilakukan obasan Ren yang memakai cloche hat hitam, padanya dengan usapan ringan. Anehnya hangat. Wanita telah lanjut usia itu tahu. Empati yang diberikan padanya karena obasan Ren bisa merasakan hal yang sama. Erica mengulas senyum kecil sebagai balasan kasat tatapan nanarnya.

"Bye Obaasan! Bye Auntie Kumiko!" seru Kai riang yang digendong oleh papanya sesaat turun dari mobil mereka yang tiba di bandara, tepat di dekat pesawat mereka. Obasan menggenggam tangan Kai sambil tersenyum lucu. Sedang Kumiko yang ternyata bisa tersenyum, melambaikan tangan anggun. Ren ikut tersenyum, menggerakan tangan Kai."We will glad to visit Obasan in LA." Erica menoleh pada suara berat suaminya yang bicara terakhir kali. Sore ini kembali terlihat fresh and clean dalam polo shirt putih dan fit trousers hitam.

Tidak seperti semalam.

"Tu es charmante, Mon Amor."

Suaminya bahkan sudah kembali mengeluarkan kata tidak kehabisan manis di saat mereka melangkah berdampingan. Erica mengenakan ribbon square neck blouse tanpa lengan, warna putih. Disanding high waist loose pants warna yang sama, sehingga menghasilkan kesan clean and fresh serupa dengan suaminya. Menjinjing tas tangan dan memakai alas kaki Mary Jane warna senada. Rambut coklatnya digerai sepinggang, disematkan twilly scarf pattern biru seperti bandana. Balik pada suaminya, terlalu banyak kosakata dan bahasa yang bisa pria itu gunakan untuk melancarkan aksi membuat manusia lain tersipu. Tapi, Ren tidak memeluk pinggangnya. Belum menyapu pelipisnya dalam kelembutan bibir penuh pria itu sejak pagi. Sejak bangun lebih dulu.

Erica menoleh untuk menatap tidak disengaja lekat, wajah suaminya yang tersenyum teduh ke arahnya.

"Papa, dua tambah lima berapa?" tanya Kai memutus tatapan orangtuanya oleh kuis dadakan.

Jari-jari kecilnya membuat perhitungan. Boneka singa kecil yang mirip dengan gambar kaus biru navy-nya ada di pelukan. "Coba Kai bantu Papa, berapa ya?" balas Ren. Senyum Kai mengembang antusias. "Tujuh!" Mereka tertawa bersama. Kai mendapatkan ciuman di pelipis dari papanya.

"Sekarang gantian, pertanyaan dari Papa boleh?"

"Okey dokey, Kai siap jawab!"

"Dua kali empat?"

"Delapan!"

"Correct, Pintar."

"Lagi-lagi!"

"Sembilan dikurang enam?"

"Tiga!"

"Pintar sekali anak Mama Papa."

"Again, Papa! Lebih susah!"

"Hm... coba, lim 2n pangkat dua dikurang dua per n pangkat dua ditambah n, menurut Kai hasilnya?"

Mata Kai bergerak-gerak bingung. "Itu apa, Papa?"

Nouveau DépartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang