Rasa lapar menggigit setelah kutahan sejak pagi tadi. Selepas bekerja part time sebagai asiten rumah tangga harian, Segera kuboyong diri menuju kantin yang menjadi tempat paling sering kukunjungi selama lima tahun terakhir.Seporsi bakso sudah terbayang sejak tadi, membuat rasa lapar semakin menjadi. Namun, sebelum benar-benar masuk kantin, kusempatkan diri untuk mengintip isi dompetku yang terlihat lusuh dan tipis. Malangnya, di dalam dompet sialan tersebut hanya tersisa dua puluh ribuan lecek yang ditambal menggunakan lakban bening berserta beberapa uang koin recehan.
Sejenak aku menahan napas. Menimbang-nimbang soal keinginanku untuk membeli semangkuk bakso lezat yang mungkin harganya tak seberapa itu. Namun, karena teringat itu adalah uang terakhirku sebelum gajian lusa, aku pun menggugurkan niat awalku untuk membeli bakso. Satu bungkus roti bersama segelas air mineral akhirnya menjadi pilihanku untuk makan pagi sekaligus makan siangku. Harganya tidak terlalu mahal dibanding seporsi bakso.
Dengan menghemat, setidaknya masih ada yang sisa untuk ongkos angkot bolak-balik menunju rumah sakit atau sebagai dana darurat jika terjadi sesuatu.
Dalam keadaan miskin brutal seperti ini tak ada waktu bagiku untuk merengek. Meski hanya makan selembar roti, itu saja sudah membuatku bersyukur.
Bukankah setidaknya aku masih bisa makan hari ini? Hehe.
Roti yang kubeli tadi kukantongi untuk kumakan di bangsal. Sementara kedua tanganku kini sibuk menggulir layar HP, menampilkan beberapa iklan pekerjaan paruh waktu yang tertera di laman aplikasi loker. Ya, aku memang berniat mencari pekerjaan lagi karena pekerjaanku yang lain masih belum cukup untuk menutupi biaya hidup, biaya rumah sakit, sekaligus membayar hutang yang kutanggung.
Sambil membaca iklan di handphoneku yang layarnya sudah retak karena terbanting beberapa kali itu, aku terus berjalan melewati lorong rumah sakit menuju bangsal mawar. Aku memang tak suka membuang waktu. Jadi, walaupun sedang berjalan seperti ini, sebisa mungkin aku tetap memanfaatkan waktu untuk terus produktif. Siapa tahu saja aku bisa menemukan pekerjaan bagus di menit-menit senggang seperti ini.
Yah jadi inikah kehidupanku. Aku masih merasa ini hanya sebuah adegan di drama di TV yang sering kutonton. Agak berat mengakui bahwa inilah kehidupan nyata yang kujalani sejak lima tahun terakhir yang belum menemukan titik balik. Menjadi yatim piatu, terlilit hutang dan harus menyokong perawatan adikku yang sedang sakit.
Hidup memang mengesankan. Tidak ada yang tahu kapan takdir itu berubah. Padahal dulunya aku adalah sosok yang tak punya kekhawatiran apapun terhadap dunia karena disokong full oleh orang tua dengan perekonomian di atas rata-rata, atau bahkan cukup pantas untuk dibilang kaya raya. Aku hidup bahagia dengan perhatian penuh dari orang tua, dimanjakan oleh fasilitas dan privillege yang tak dirasakan oleh anak seumurku pada masanya. Namun seperti yang kubilang tadi, titik tertinggi itu kini mencapai titik yang paling rendah hingga menyungsap ke dasar jurang.
Masa keemasan itu berakhir sekejap usai tragedi kecelakaan yang menimpa keluargaku. Kedua orang tuaku meninggal di tempat kejadian, sementara satu penumpang lainnya yang merupakan adik kembarku, ia selamat. Namun ia harus dirawat di rumah sakit dengan keadaan yang tidak baik. Ia mengalami mati otak atau istilahnya, ia koma. Sementara aku, satu-satunya anggota keluarga yang tidak ikut dalam mobil itu menjadi harapan terakhir untuk adikku yang masih hidup. Orang tuaku telah tiada, dan tersisa aku sebagai wali tunggal untuknya.
Tak terasa, itu sudah lima tahun lalu. Dan selama lima tahun itulah Zhanghao, saudara kembarku koma. Meskipun begitu lama, aku tak pernah sekalipun menyerah terhadapnya. Meskipun berat sampai rasanya ingin menyusul orang tuaku saja, pada akhirnya Zhanghao membuatku tegar dan bertahan. Lagipula, kalau bukan aku, siapa lagi yang akan menjaga dan mengkover pengobatannya? Tentu tidak ada karena akulah satu-satunya keluarga Zhanghao yang tersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Maze
FanfictionKiara rela melakukan apa aja demi mendapatkan uang untuk pengobatan adiknya dan membayar hutang. Sampai akhirnya dia berurusan dengan tiga bersaudara kaya raya yang membuatnya terjebak di antara kebingungan. Ia harus pacaran dengan salah satunya den...