37

126 14 0
                                    

Agustus 2016, Oregon

Mereka semua pergi wisuda dan aku belum menjadi apa-apa. Semua postingan mendadak foto-foto wisuda anak Lympus. Kaigan bersama seluruh anggota keluarganya. Hugo pun begitu. Sementara itu Jean hanya bersama Ibu dan adik-adiknya. Kaigan tentu juga berfoto bersama Kathrine. Olivia juga datang memberikan selamat. Dia membuat postingan foto mereka beberapa menit yang lalu. Kim Harin naik ke permukaan dengan memposting foto bersama Hugo dan Jean.

Sudah dipastikan setelah ini akan diadakan pesta panas untuk merayakan kelulusan. Kaigan menjadi tuan rumah. Kali ini Hugo ikut andil sebagai donatur. Aku telah menyiapkan hati bahwa Kaigan akan berakhir dengan beberapa perempuan di tempat tidur. Ini menyedihkan. Aku pada akhirnya kembali berhubungan dengan Kaigan. Tetap saja dia tidak bisa menjadi miliku satu-satunya. Kaigan selalu benci ide berada dalam genggaman satu perempuan. Dia ingin memiliki semuanya. Tamak dan keras kepala.

Kaigan terlalu gigih untuk mempertahankan hubungan kami. Ketika aku dan James berlibur ke Bali, dia menyusul. Seolah kemanapun aku pergi, dia pasti akan mencariku. Dia tidak ingin kehilanganku, tapi untuk sesuatu yang dangkal. Bukan cinta. Bukan kasih sayang, tapi dia tidak ingin kesenangannya berakhir.

James benar. Aku tidak bisa selalu kabur, jadi aku membiarkannya. Satu-satunya yang melindungiku adalah pemikiran bahwa aku tidak boleh mencintainya. Dengan begitu aku memiliki pagar dari rasa sakit hati dan sejenisnya.

"Joana, kau sudah menyiapkan laporannya?"

"Ah, sudah." Aku cepat-cepat membuka laporan keuangan yang diminta. Aku sejujurnya tidak memiliki kemampuan apapun di bidang ini, tapi inilah satu-satunya tempat kosong yang bisa aku isi kata James.

"Kirimkan padaku. Aku akan segera memeriksanya."

Laki-laki itu mengenakan kacamata. Suaranya dingin dan dia hanya berbicara seperlunya. Namun dia jelas salah satu laki-laki muda tampan dan cerdas di sini. James bilang betapa sayangnya, karena laki-laki itu seharusnya bisa bekerja di perusahaan lebih besar. Namun dia harus membantu perusahaan keluarganya.

"Kau membuat kesalahan lagi." Taylor meletakkan buku laporan di mejanya.

"Aku?"

"Pak Rogers memintanku memeriksa ulang laporan kemarin. Kau membuat beberapa kesalahan. Sekarang aku paham mengapa ada yang ganjil dengan laporan kita."

"Astaga, benarkah? Aku tidak menyadarinya. Kau tidak mengatakan apapun lagi, jadi aku pikir laporan kemarin sudah benar."

"Kau mengambil cuti, Richard. Bagaimana aku harus mengatakannya?"

"Ah, maaf."

"Sekarang kau lebih sering membuat kesalahan, Richard. Kau harus pergi ke pelatihan lebih sering. Kita membutuhkan orang-orang yang kompeten di sini," ujar Hansen.

"Itu tidak akan cukup. Dia tidak menyelesaikan kuliahnya. Dia tidak memiliki pengalaman di bidangnya, jadi itu tetap tidak membantu banyak."

Aku dengar Taylor dan Hansen adalah teman kuliah. Namun kadang-kadang aku menyadari kedekatan mereka lebih akrab daripada itu. Mungkinkah Taylor penjilat, karena ia kerap memiliki pemikiran yang sama dengan Hansen?

"Itulah mengapa aku melarang perekrutan dilakukan atas dasar nepotisme. Siapapun Kakaknya bagimu. Itu tidak mendefinisikan kemampuannya. Sekarang dia kesulitan dan kita lebih kesulitan lagi sebagai dampaknya."

Taylor duduk kembali di kursi kerjanya. "Aku lelah memperbaiki kerjaannya. Bukan itu saja pekerjaanku."

Apabila sudah begini aku hanya diam-diam membuka kembali laporan tersebut. Memeriksa dimana aku melakukan kesalahan, meskipun terkadang aku lebih bingung dimana letak salahnya?

Desire |18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang