8

6 1 0
                                    

Pagi ini nay kembali pulih badannya sudah merasa enak tapi beda dengan perasaan nya, yang sekarang kacau tak karuan. ia turun menuju meja makan yang terdapat wina, wita, ayi serta papahnya yang sedari tadi sudah menunggu di meja makan. nay akan pergi ke sekolahnya dengan pagi hari, nay pikir gavin akan terus menerus ke rumah nya untuk menjemput nya.
"kamu serius sepagi ini buat kesekolah ? badannya udah enakan ?" ujar papah nay
nay menggangguk sambil menjulur mengambil nasi serta lauk pauknya
"lo gapapa kan ?" sambung ayi menghawatirkan
nay tersenyum "gue gapapa ka"
"gavin terus menerus chat gue buat buka block-kannya, lo ada masalah ya sama gavin" ujarnya sambil berbisik disebelah nya.
nay akhir akhir ini menutup semua akses komunikasi darinya untuk menenangkan isi pikirannya
nay mengangguk...
"lo kenapasi, lo bisa cerita ke gue" ujar ayi
nay bangun dari duduknya ia berjalan menuju ambang pintu, kemudian ia masuk kedalam sebuah mobil berwarna putih dengan sopir pribadi rumahnya.
"aku berangkat dulu ya" ujar nay tersenyum sambil mencium tangan wita serta wina.

  Setelah beberapa menit nay pergi ke sekolah, motor berwarna hitam terparkir di garasi rumahnya. motor tersebut milik gavin ia masuk menemui wita serta wina, wita yang akan siap untuk menyirami tanaman miliknya merasa tak asing melihat motor tersebut dan wita mengenalinya, gavin menghampiri wita yang tengah sibuk menyirami bunga
"permisi oma ada nayaranya ?" tanyanya
"eh baru aja nay berangkat, tumben banget dia juga pagi pagi jalannya" sambung nya
"emm gitu ya"
"kenapa ada masalah ya ?" tanya nya Wina membuat gavin menggaruk garuk kepalanya heran
"enggak ko oma, kalo gitu gaga berangkat dulu deh"
wita tersenyum menggangguk, gavin kembali menyalakan motor nya dan menarik gas untuk pergi ke sekolah yang lumayan cukup jauh dari rumah nay.
sesampainya di sekolah gavin melihat nay yang tengah berjalan menuju kelasnya suasana pun masih terlihat sepi, gavin mencekal lengan nay untuk kembali menjelaskan permasalahan, nay serentak kaget ia pun langsung membalikkan badannya.
"apansi" ujarnya sambil membanting tangan yang tengah di cekal oleh gavin
"aku udaa jelasin kan ? aku sama dia ngga ada apa apa, aku cuma iseng aja"
nay kian masih terdiam
"kamu kenapa menutup semua komunikasi, iya emang aku salah tapi setidaknya nay kasih aku kesempatan"
nay tersenyum "udaa aku maafin"
nay membalikkan badannya melanjutkan jalannya menuju kelas yang masih terlihat sepi, tangan gavin kembali mencekal lalu memeluknya. nay terdiam di dalam dekapan gavin yang tengah menangis sejadi jadinya menyesali perbuatannya, hal itu membuat nay tak tega. nay memberikan kesempatan kepada gavin lalu gavin pun merasa legah nay kembali memaafkan serta luluh kepadanya.

Memasuki jam pertama pelajaran, nay melihat gavin yang terus menerus mundar mandir di kelas 12 ips 4 lantai atas, dan kebetulan nya kelas gavin berhadap hadapan denganya jadi setingkah apapun gavin bakal keliatan dari kelas nay lantai bawah. Merasa ada yang aneh dengan nay icha sebagai teman sebangku nya memberikan intruksi dengan menyenggol lengan nay ia memberitahu bahwa ia sedang di pantau oleh bu bibah yang sedang menjelaskan teori pelajaran
"nay lu ngeliatin si gavin gavin itu ya ? lo di liatin terus sama bu bibah" ujar icha sambil menarik lengan baju nya
"udah baean ni ye" sambung icha
"nay kamu liatin siapa si ? ibu liat dari tadi planga plongo ke atas mulu, kamu lagi liatin siapa" tanya bu bibah meledek
nay menggaruk kepalanya kebingungan "e..e..nggak bu" sambung nay gugup
"gavin ya ?" celetuk bu bibah membuat nay refleks kaget
"nggak bu ngak" ujarnya menggeleng gelengkan kepala
"ah bilang aja gapapa nay, fokus aja ke materi ibu yang lagi ibu jelasin masalah gavin nanti aja"
semua murid teman kelasnya melirik kearahnya dengan tatapan penasaran, akankah gavin serta nay menjalin hubungan. mereka tak mengetahui hubungan nya yang sudah berjalan lima bulan.
Memasuki pelajaran kedua kelas nay kembali jamkos, serta kelas gavin pun terlihat jamkos juga. ia turun berjalan menuju kelas nay untuk mencarnger sebuah handphone miliknya di kelas nay, ia duduk di samping sebelah nay, nay pun masih terlihat acuh dengan gavin, ia sibuk dengan sebuah ponsel miliknya.
"masih marah ya ?" ujar gavin
"ah pansi si"
"buka blockan aku ya ?" sahut gavin
nay terdiam acuh mengiyakan nya
"aku kan udah minta maaf nay" sahutnya lagi
nay tersenyum kilas "iya udah aku maafin, bisa diem ga" hardik nay kesal
gavin kembali membuka mulutnya untuk kembali berbicara dengan nay yang tengah sibuk memainkan ponsel miliknya.
"nanti pulang bareng aku ya ?"
"ngga aku pulang bareng pa ega, kebetulan dia udah sembuh" sahut nay ketus
gavin hanya memanggut - manggut singkat, sementara nay masih saja acuh dengan gavin yang tengah duduk di sampingnya tak di hiraukan.
"huft" ucapnya dalam hati seraya menghembuskan nafas nya pelan.
entah harus berapa hari lagi ia tak acuh dengan-nya.
gavin bangun dari duduknya, keluar dari kelas tersebut namun perginya gavin masih tidak di hiraukan olehnya. sesaat di ambang pintu ketiga temannya pun merasa bingung oleh sikap nay kepada gavin yang akhir akhir ini, ia pun bertanya awal permasalahan nya
"cailah ada masalah ya" ujar Icha meledeki
"bingung gue cha, harus gimana lagi ya biar nay kembali kaya awal awal"
"awal permasalahannya apa dulu daa, sampe bikin nay kaya gini" sambung wiwi
"gue selingkuh"
"hah serius loh" ujar ketiga teman nay kompak
"ya pantes aja lah nanggung resikonya" sambung lili
"gue si kalo jadi nay bakal kek ngamuk banget" sahut icha
"tapi kan gue minta maaf, terus udah di maafin bilangnya"
"yeh maaf maa gampang, ini kan masalah perasaan sama kepercayaan" sambung wiwi
gavin terdiam frustasi ia mengacak acak rambutnya kesal entah harus bagaimana pikirnya. ia berjalan masuk menuju kelasnya sesampainya, ia mengecek ponsel miliknya membuka aplikasi WhatsApp untuk melihat nomor nya akankah masih tertutup jalan akses komunikasi nya.

 

aku, kamu, dan bandungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang