Diantar pulang

19 8 1
                                    

"M-maaf, saya nggak bermaksud buat kamu sedih,"ucap Arkan dengan nada rendah.

"Iya nggak papa kok."

Setelah itu Arkan tak membuka topik pembicaraan lagi, ia tak ingin membuat Zhafa bersedih lagi. Zhafa memberikan alamat rumahnya kepada Arkan dan setelah itu keadaan mobil kembali sunyi.

Mobil yang mereka kendarai berhenti di sebuah perumahan elit. Zhafa membuka sabuk pengaman dan mengajak Arkan untuk mampir sebentar.

Tok tok tok

Ceklek

Pintu terbuka menampilkan seorang wanita yang sudah lanjut usia. Wanita itu langsung memeluk Zhafa dan Zhafa membalas pelukan dari wanita yang bernama Ratna Anggraini yang ternyata omah Zhafa.

"Kamu kemana aja sih sayang, udah dua hari loh kamu ninggalin Omah,"ucap Ratna sambil mengusap puncak kepala Zhafa.

"Aku nggak kemana-mana Omah, aku juga perginya cuma satu hari setengah kok nggak genap dua hari,"ucap Zhafa yang masih berada di pelukan Ratna.

"Zhafa dia ini siapa?"tanya Ratna menatap sebentar ke arah Arkan.

"Omah kayaknya kita ngobrolnya di dalam aja, nggak enak kalo ngobrolnya di sini,"ajak Zhafa.

Ketiganya pun masuk dan Ratna segera memanggil asisten rumahnya untuk membuatkan mereka minuman.

"Omah dia ini yang udah nyelamatin aku waktu hampir di lecehin di klub,"ucap Zhafa dengan nada rendah sambil menundukkan kepalanya, ia tak ingin melihat reaksi Ratna saat tahu ia hampir di lecehkan.

Ratna yang mendengar penuturan dari Zhafa membulatkan mata dan mulutnya.

"Zhafa, kamu hampir di lecehin sama siapa?"ucap Ratna dengan nada tinggi dan tegas.

"Aku juga nggak tau Omah, karna malam itu aku mabuk berat,"ucap Zhafa yang sedari tadi hanya menunduk.

"Zhafa, siapa yang ajarin kamu ke klub, siapa juga yang ajarin kamu mabuk-mabukan, untung aja ada dia yang nolongin kamu, kalo dia nggak ada gimana nasib kamu sekarang,"omel Ratna, Zhafa yang kena omelan dari Ratna pun hanya menunduk, ia tak ingin mengangkat kepalanya melihat Ratna yang sedang marah kepadanya.

"Zhafa, liat Omah sekarang,"ucap Ratna dengan nada tinggi dengan sorot matanya yang tajam menatap Zhafa.

"Zhafa,"panggil Ratna dengan nada tinggi dan nada tegas.

Zhafa yang mendengar Ratna memanggilnya dengan nada tinggi dan tegas itu seketika terkejut, ini baru pertama kalinya Ratna memanggilnya dengan nada seperti itu. Zhafa pun mengangkat kepalanya, terlihat air matanya sudah bercucuran di kedua pipinya.

"M-maafin Zhafa Omah, Zhafa udah n-nggak d-dengerin Omah waktu itu,"ucap Zhafa sesenggukan.

Asisten datang menghampiri mereka bertiga dan meletakkan tiga cangkir teh hangat dan setelah itu mempersilahkan mereka untuk minum dan pergi.

"Terima kasih banyak yah, kamu sudah tolongin cucu saya, ya sudah diminum dulu teh nya,"ucap Ratna dengan tersenyum ramah kepada Arkan, padahal baru saja dia terlihat marah dan kesal kepada Zhafa.
Arkan pun membalas senyuman Ratna dan mengangguk pelan.

Zhafa masih menangis sesenggukan dan Ratna segera menarik Zhafa yang berada di sampingnya masuk dalam dekapannya. Bukannya berhenti menangis Zhafa malah menangis sejadi-jadinya di dekapan Ratna.

"Omah, Zhafa m-minta maaf u-udah n-nggak dengerin O-omah, Zhafa janji Zhafa nggak b-bakal keluyuran nggak jelas l-agi,"ucap Zhafa sambil menangis sesenggukan.

"Iya, Omah maafin kamu, maafin Omah juga yah karna udah marahin kamu, tapi Omah marahnya karna Omah peduli sama kamu sayang, Omah nggak mau cucu Omah ini di apa-apain,"ucap Ratna sambil mengusap dan mencium puncak kepala Zhafa.

Kisah Asmara KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang