'| 1 : Stone World

100 7 0
                                    




     Siang-siang panas terik matahari menyinari hari ini enaknya emang minum es teh manis, tapi tahu kalau ia sedang berada di tempat lain yang es tehnya tidak seperti di Pulau Jawa, cukup manis tapi lidahnya tidak terbiasa dengan teh merk itu, teh melati andalannya. mungkin harus menahan godaan minum es teh manis karena dalam beberapa hari ini ia akan segera kembali ke kampung halamannya.

    "orang mana?" keluar dari mulut orang-orang yang baru saja berkenalan dengannya, padahal sudah jelas kalau kulit sawo matangnya dan hitamnya rambut menandakan asli gen Indonesia, mungkin beberapa dari mereka yang menyadarinya sementara sisanya tidak. oh, gadis itu juga memegang tas untuk busur, karena ia mengikuti ekstrakulikuler memanah di sekolah asal dan lolos sampai kompetisi antar negara Asia, dan salah satunya yang sekarang adalah di Jepang.

    baru berjalan beberapa menit dari penginapan, terlihat ada bangunan SMA, baru saja membunyikan bel karena waktunya istirahat, melihat itu Minar Kha Widjaya, siswa SMP, teringat akan suasana sekolah asalnya, ketika bel satu kelas langsung berbondong-bondong keluar pergi ke kantin, beberapa cewek yang mager keluar tetap di dalam sambil bicarain hal random biasanya, 2 bulan tak merasakan itu tapi baginya sudah 2 tahun tak merasakan itu.

    hanya... kalau belum bisa merasakan itu lagi ia setidaknya ingin rebahan ditemani es teh dan tidak ada yang mengganggunya seharian, Karena setiap hari jadwal gadis itu padat, Minggu tidak luput dari jadwal. seketika sikap malasnya kembali, mendesah cukup panjang karena panas yang ia terima dari sang mentari, lalu menggerakkan kedua tungkainya untuk menuju tempat pelatihan.

    tiba-tiba manik matanya melihat cahaya hijau di langit, tak tahu itu apa, Minar tak bisa panik, dipikiran gadis itu mungkin hanya cahaya hasil dari suatu proses apa.. gitu, tapi menit selanjutnya ia membatu, tak bisa bergerak, matanya juga menjadi buta karena tak bisa melihat apapun selain kegelapan, hanya pikiran dan telinga yang bisa dia andalkan saat ini, puji syukur Tuhan memberinya pendengaran yang lumayan tajam hingga bisa merasakan sedikit gelombang suara.


hari demi hari, Minggu, bulan, tahun, dekade, abad, dan akhirnya milenium.

   masih menunggu dan menunggu, tapi tetap saja tak ada yang berubah, kegelapan masih menutupi kedua mata si gadis, bersabar dalam waktu yang lama.

    kemudian 'krak, krak' terdengar, perlahan salah satu mata Minar menangkap sinar cahaya, kemudian terdengar lagi retakannya, dari tangan kemudian tubuh lalu kaki, ia sudah bangkit kembali.

     tapi apa yang dilihatnya sekitar hanyalah pepohonan rindang, rumput liar dan juga beberapa tanaman yang awalnya tidak disitu, ia sempat janggal, di mana ini? kenapa disini?. ia kebingungan, matanya fokus pada pecahan-pecahan batu di sekitar tubuhnya, sebentar, ia menjadi batu selama itu?

   tak tahu apa yang terjadi, dan baru sadar kalau tak ada sehelai benang pun di tubuhnya, refleks menutupi bagian dada dengan kedua tangan, kaget dengan itu ia segera mencari sesuatu untuk dijadikan penutup sementara, ia menali dedaunan yang nyaman untuk dipakai menggunakan serabut batang tumbuhan dan memakainya dari pundak sampai menutupi lutut. setelahnya ia menyusuri 'hutan', melewati pepohonan rindang satu-persatu hanya menggunakan telapak kakinya yang telanjang, karena tak bisa membuat sendal atau sejenisnya.

Dr. STONE - ↳Together [] : "I just want to be with you all"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang