JASMINE ISTRIKU (1)

1.2K 54 0
                                    

"Masya Allah, cantiknya Bidadari Surga ini" Gus Agam menatap pantulan Jasmine di kaca.

"Biasa aja ih Mas" Jasmine membalikkan tubuh menatap Gus Agam yang tadi berdiri di belakangnya.

Gus Agam menatap lengkat sepasang bola mata kecoklatan milik Jasmine, "Istri Mas jelas cantik lah", sebuah kecupan singkat mendarat di ujung kepala Jasmine.

"Tapi Mas" Jasmine menekuk wajahnya, rautnya menggambarkan keraguan.

Gus Agam mengangkat dagu Jasmine, "Tapi apa Sayang?" tanya Gus Agam menatap lekat sepasang mata Jasmine yang memancarkan keragu-raguan.

"Jasmine enggak yakin mau ikut Mas ke Pondok, kira-kira Abah dan Ummah senang enggak ya?" Jasmine menundukkan kepalanya, Abah dan Ummah adalah dua orang yang belum bisa luluh hatinya akan kehadiran Jasmine. Kini memasuki bulan ke tiga pernikahan Jasmine dan Gus Agam, namun Abah dan Ummah seperti orang tua yang tidak memiliki menantu, mungkin bagi Gus Agam itu bukan hal yang perlu dipikirkan namun sebagai orang baru dalam keluarga Gus Agam, Jasmine sangat memikirkannya.

Gus Agam menatap wajah Jasmine, jelas dia sudah memberikan kasih sayang pada Istrinya itu, namun kesedihan tetap tergambar jelas diwajah Jasmine, Istrinya itu memang lah wanita yang kuat, dan sejauh ini juga sudah banyak berubah, tapi entah kenapa Abah dan Ummah belum menganggap kehadirannya. Abah dan Ummah memang tidak pernah mengusik rumah tangga mereka, namun tidak pernah sekalipun orang tua Gus Agam itu menanyakan tentang Jasmine, iya itu memang bukan masalah besar namun tetaplah melukai hati Jasmine. "Sayang itu jangan dipikirin ya, lagian Abah dan Ummah lagi enggak di Pondok, beliau lagi menghadiri undangan kok".

"Hmm, tapi Mas yakin nih mau ajak Jasmine ke Pondok?" tanya Jasmine sekali lagi untuk memastikan.

"Yakin dong Sayang, bahkan jauh sebelum hari Mas kan juga selalu ngajak Jasmine ke Pondok, tapi Jasmine aja yang tiap diajak enggak pernah mau", ini adalah bulan ke tiga pernikahan Jasmine dan Gus Agam, selama tiga bulan ini pula Jasmine memang tidak pernah sekalipun melihat lingkungan Pondok tempat Gus Agam mengajar, Jasmine selalu memilih tinggal dirumah menghafalkan Al-Qur'an atau membaca kitab-kitab Gus Agam. Jasmine memang selalu tidak percaya diri, dia selalu merasa hina jika harus bersanding dengan Gus Agam, hal itu yang menjadi faktor utama dia enggan untuk ikut ke Pondok atau ke kajian-kajian yang diisi oleh Gus Agam. Kali ini untuk pertama kali setelah dibujuk berkali-kali oleh Gus Agam, akhirnya Jasmine memberanikan diri untuk ikut ke Pondok meski dengan syarat konyol, Jasmine akan ikut tapi sebagai tamu saja pada kajian bukan sebagai Istri Gus Agam.

Jasmine tersenyum mendengar jawaban Gus Agam, lelaki baik yang sudah menjadi suaminya selama tiga bulan itu selalu tahu bagaimana membuat hati Jasmine tenang. "Mas sudah siap?" Jasmine memandang Gus Agam dari bawah hingga ke peci putih yang dikenakan Gus Agam.

"Sudah siap Sayang" ucap Gus Agam yang balas memandang sosok Jasmine yang dibaluti abaya hitam dan jilbab panjang.

Sekali lagi Jasmine merapikan jubah yang dikenalan Gus Agam, "Okay Mas berangkat duluan ya, nantu Jasmine berangkatnya pakai ojek online aja".

"Apa berangkat sendiri, enggak-enggak Mas enggak setuju Sayang" dahi Gus Agam mengkerut menggambarkan ketidak setujuan.

"Iya loh Sayang, kan Jasmine datang cuma sebagai tamu, emang ada tamu yang datang sama pengisi kajiannya" Jasmine berusaha menyakinkan Gus Agam.

"Tapi enggak gitu juga Sayang" Gus Agam memelas, sambil terduduk di atas kasur.

"Iya bisa gitu dong Mas, nanti Mas berangkat nih terus Jasmine nyusul pesan grab mobil buat ke Pondok juga" Jasmine berusaha menjelaskan maksudnya.

"Ya sudah kalau itu mau Jasmine, tapi Mas harus lihat Jasmine naik grab mobil apa, yang ngantar umur berapa, orangnya gimana, oke?".

"Iya iya oke Mas" Jasmine mengalah dan langsung memesan ojek online melalui ponselnya.

Sembari menunggu kehadiran ojek online yang dipesan Jasmine, Gus Agam masih terus berusaha membujuk Jasmine agar berangkat bersama saja. "Sayang ayo berangkat bareng aja, nanti kan disana Jasmine bisa turun sebelum ke gerbang Pondok".

Bukan Jasmine namanya kalau tidak keras kepala, Jasmine masih kekeh akan berangkat sendiri tanpa menerima saran dari Gus Agam.

"Nah itu dia mobilnya" Jasmine melihat sebuah mobil yang berhenti didepan pagar rumahnya, Jasmine berjalan keluar sambil mencocokan plat mobilnya, di belakang Jasmine Gus Agam ikut berjalan tidak ubahnya seorang pengawal.

"Dengan Mbak Jasmine ya?" tanya seorang Bapak berusia senja yang baru keluar dari mobil sedan hitam.

"Iya bener Pak, saja Jasmine" Jasmine menjawab ramah.

Gus Agam yang berdiri di belakang Jasmine tersenyum lega saat melihat supir yang didapat Istrinya itu, dia seorang Bapak yang kira-kira berusia 50 tahun ke atas, wajahnya juga menggambarkan wajah seseorang yang berwatak baik.

"Ya sudah ayuk atuh Neng kita berangkat" ajak Bapak itu dengan sangat sopan.

Sebelum Jasmine mengajak tawaran Bapak itu, Gus Agam yang berdiri di belakang Jasmine menjawab terlebih dahulu, "Tolong jaga Istri saya ya Pak".

"Baik-baik" Bapak itu mengangguk dengan sangat sopan.

Jasmine melangka mendekati mobil, begitupun dengan Gus Agam yang ikut melangka untuk membukakan pintu mobil untuk Jasmine.

"Sayang hati-hati ya, kalau ada apa-apa hubungi Mas, kalau tiba-tiba berubah pikiran mau masuk ke Pondok sebagai Istri Mas langsung kabari aja ya, Mas pasti bakal langsung jemput kok" pesan Gus Agam sambil menatap Jasmine yang sudah duduk manis di bangku belakang mobil.

Jasmine tersenyum sambil meraih tangan Gus Agam untuk menyalami Suaminya, "Iya Mas, Jasmine pasti hati-hati, dan terus menghubugi Mas".

Gus Agam segera menutup pintu mobil dan membiarkan Jasmine berangkat terlebih dahulu dari pada dirinya.

Setelah menatap mobil yang ditumpangi Jasmine hingga kejauhan, Gus Agam dengan buru-buru segera masuk dan berjalan menuju bagasi, tentu saja dia ingin menyusul Istrinya dan memantau dari belakang.

Gus Agam segera menarik tuas gas mobilnya setelah mengucapkan basmalah, dia melajukan mobil sedan putih dengan sedikit lebih cepat dari pada biasanya, mata Gus Agam terus mencari mobil yang sedang membawa Jasmine menuju Pondok.

"Ah itu dia" bisik Gus Agam saat matanya menangkap sebuah mobil sedan hitam di depannya, mobil itu adalah mobil yang dicari-cari. Gus Agam melaju tepat di belakang mobil itu untuk terus memantau keberadaan Jasmine.

30 menit berlalu setelah bergelut dengan jalan raya yang sedikit lengah, kini mobil yang diikuti oleh Gus Agam itu berhenti tepat di depan pintu gerbang Pondok, Gus Agam menghentikan mobilnya untuk memantau Jasmine yang keluar dari mobil dalam keadaan baik-baik saja. Mata Gus Agam dengan serius mengikuti sosok Jasmine dari keluar dari mobil hingga berjalan masuk ke dalam area Pondok, Jasmine terlihat baik-baik saja dan langsung berbaur dengan beberapa tamu yang berjalan masuk juga untuk mengikuti kajian yang akan diisi oleh Gus Agam, sebuah acara kajian yang rutin dilakukan Pondok dimana masyarakat umum boleh masuk ke area Pondok untuk mengikuti kajian yang di laksanakan.

***

AR-RAHMAN BUKAN UNTUK JASMINE (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang