Ketujuh

77 8 5
                                    

Dafi turun dari mobil bersama dengan Rafa. Dafi berjalan di belakang Rafa dengan biasa saja, namun para gadis di sekolah sibuk terpesona dengan ketampanan Dafi.
Rafa hanya bisa memutar bola mata dengan sinis.

"Biasa aja dong, gausah cengengesan gitu" cetus Rafa.

"Saya udah biasa aja loh ini. Gak ngapa-ngapain"

"Nyenyenye! Sok ganteng!"

Dafi tersenyum menggoda, "Cemburu ya?"

"Dih! Najis banget gue cemburu sama lu!"

"Beneran?"

"Tanya sono satu sekolah, siapa yang paling populer di sekolah ini!"

"Waow! Amazing!"

"Lo bisa gak sih, plis, berenti ikutin gue?"

"Mana mungkin?"

"Ya mungkin aja lah! Lo kemana kek gitu selama jam sekolah"

"Gak bisa. Ini pekerjaan saya. Dan ini juga merupakan tanggung jawab saya. Ayah kamu bayar saya pake uang loh, bukan pake doa"

"Gue doain lo gak betah lama-lama sama gue!"

"Saya doakan kamu supaya betah sama saya"

"Apaan sih lu, cringe banget!"

"Gak boleh tau doain yang jelek-jelek"

"Boleh, kalo orangnya itu elo! Kita liat aja nanti, sampe mana lo bakal bertahan"

"Siap, komandan" jawab Dafi sambil tersenyum manis.

Rafa hanya geram, berjalan dengan cepat menuju kelasnya.

~

"Itu pengawal baru lo kerjaannya cuma nongkrongin lo aja gitu?" tanya Rio pada Rafa.

"Iyah. Bete banget gue! Terus gimana kita mau cabut buat main PS nih?" tanya Rafa.

Rio berpikir keras. "Gue ada cara sih, lo ke toilet paling belakang tuh, disitu ada bolongan ventilasi gede. Anak-anak sering kan bolos lewat situ kalo kepepet banget"

"Oh iya ya. Terus lo gimana?"

"Kalo lo udah di luar langsung chat gue! Gue langsung nyusul gimanapun caranya!"

"Oke!"

"Yaudah gas sana!"

"Oke oke!" Rafa pun bergegas keluar kelas dan hendak melewati Dafi yang menunggunya di depan kelasnya.

Dafi langsung berdiri dari duduknya, "Rafa, mau kemana?"

"Menurut lo?"

"Ini masih jam sekolah, masuk lagi sana"

"Apaan sih ah! Gue tuh mau boker! Lo mau ikut?" cetus Rafa.

Dafi diam sebentar. Kemudian dia mengangguk.

"Wah, udah gila lo ya!"

"Saya jagain kamu di depan pintu toilet! Ayo!"

Rafa tak punya pilihan, "Ck! Oke!"

Dafi dan Rafa turut menghampiri toilet paling belakang di sekolah yang jaraknya lumayan jauh.

"Ini kenapa jauh banget?"

"Gausah banyak bacot deh! Katanya mau jagain, gimana sih" omel Rafa.

Setibanya di toilet, Rafa langsung masuk ke dalam toilet. Terang saja, di dalam toilet itu sudah ada kursi yang biasa anak-anak sering pergunakan untuk memanjat dan membolos.

Dengan cepat Rafa menutup pintu dan cekikikan sendiri. Saat ia berusaha memanjat pintu toilet dan berusaha keluar, dia menggantung dan memegang dasar ventilasi dengan keras. Jarak kakinya tak sampai menyentuh tanah, rupanya jaraknya tinggi.

Tapi tiba-tiba seseorang menaruh kursi di bawah kakinya sampai Rafa berhasil turun dari gelantungannya. "Haduh, makasih banget ya, Yo! Gue hampir aja-"

Ucapan Rafa terhenti begitu melihat yang menolongnya bukan Rio, melainkan, "Sama-sama, komdan" katanya sambil tersenyum manis.

"Kok... elo sih, anying!" omel Rafa pada Dafi.

"Sudah jadi tugas saya untuk melindungi dan menjaga komandan Rafa" jawab Dafi.

"Lo tuh nyebelin banget sih ah!"

"Saya sudah seberusaha mungkin untuk gak nyebelin ke kamu loh"

"Semua yang lo lakuin itu nyebelin buat gua, bego!"

"Sekarang ayo kembali ke sekolah, supaya kamu bisa jadi anak yang pinter"

"Gua gak mau! Gua mau cabut! Gua udah ada janji sama Rio main PS!"

"Ooohh, jadi karena Rio???"

"Iya, kenapa?"

"Kamu mau Rio saya aduin ke Papa kamu bahwa dia telah menjerumuskan kamu ke hal-hal yang maksiat?"

"Maksiat??? Pala lu maksiat! Masa bolos doang di bilang maksiat?"

"Membolos sekolah berarti sama saja kamu membohongi orang yang sudah mati-matian cari uang buat biayain kamu sekolah, sekarang coba bayangin perasaan Papa kamu kalo sampe dia tau anaknya membohongi dia"

"Bacot!"

"Ayo Rafa, kita ke sekolah!"

Rafa berdesis kesal, mau tidak mau ia kembali ke sekolahnya. Dan Rafa mendapat hukuman dari Pak Bondan.

~

Rafa di hukum untuk membersihkan tiap sisi daratan kolam renang yang kotor. Sambil di pantau Dafi, Rafa membersihkan kolam renang itu dengan tidak ikhlas dan wajah yang jatuh. Dia geram, karena rencananya gagal. Dafilah penyebab gagalnya rencananya.

"Kalau mengerjakan sesuatu itu yang senyum dong, katanya siswa paling populer, nanti ilang loh cakepnya" kata Dafi.

Rafa hanya memberikan tatapan sinis, tak mengomentari dan tak mau terpancing.

"Saya minta maaf kalau kamu marah. Tapi percaya aja, apa yang saya lakukan sekarang ini, demi kebaikan kamu juga. Dan demi kebaikan saya" jelas Dafi.

Rafa terdiam seketika. Dia menatap Dafi dengan tajam.

Dafi yang ditatap seperti itu hanya bisa menyunggingkan senyumannya pada Rafa.

"Lo tuh bisa gak, berhenti untuk campurin urusan orang lain?"

"Loh, kok berhenti. Ya gak bisa lah. Kan saya dibayar sama Papa kamu"

"Oh gitu?"

"Iya"

"Itu berarti... harga diri lo tuh gak jauh lebih murah, cuma buat uang yang gak seberapa demi ngusik kehidupan orang lain" tegas Rafa.

Dafi terdiam sejenak. Entah kenapa rasanya kalimat Rafa barusan begitu menusuk.

"Berapa sih lo dibayar? Sepuluh juta? Dua puluh juta? Murah banget harga diri lo! Lo tuh gak lebih dari anak anjing yang dipungut sama Bokap gue tau gak! Bahkan mantan-mantan pengawal gue lebih terhormat daripada lo! Mereka mau gue ajak kerja sama dan gak ribet-ribet kerja jagain gue. Sedangkan lo??? Sampah anjir!" tekan Rafa.

Dafi berdiri dari duduknya, dia berjalan maju ke hadapan Rafa, menatapnya dengan serius sampai Rafa sedikit takut dan memundurkan langkahnya.

BYURRRR!!! Rafa tak sadar bahwa ia akhirnya jatuh ke kolam renang dengan kedalaman 3 meter tersebut.

Rafa lalu meronta-ronta di atas air karena dia tahu bahwa dia tidak bisa berenang. "Tolong..."

"Sekarang lo baru minta tolong kan??? Lo pikir gue bakal mau nolongin lo, njing?" cetus Dafi.

"Dafi... tolong...."

Dafi berjalan pergi meninggalkan kolam renang tersebut.

TO BE CONTINUED

FIX YOU (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang