Hari Kejadian

18 4 2
                                    

Bab 2

✨Happy Reading

Dari kejauhan Jimin  melihat ada kerumunan di stan milik Vanilla, semuanya bersorak membuat Jimin penasaran apa gerangan yang membuat semua orang bersorak ria.

"Hampir saja," ucap salah satu peserta yang hampir saja bolanya mengenai target.

Mata Jimin terbelalak saat melihat sahabatnya sejak kecil basah kuyup di depan sana, Jimin pun berlari menjadikan punggungnya sebagi perisai untuk sahabatnya.

Vanilla yang masih memejamkan matanya merasa aneh mengapa tiba-tiba bola-bola air itu berhenti menghujam tubuhnya.

"Jimin."

***

Vanilla kini duduk di tenda stand miliknya, beberapa sahabat Jimin datang memberikan handuk untuk keduanya dan rekan-rekan stand Vanilla.

"Jimin-ssi Gomawo,"

Jimin tersenyum lalu mengelus pucuk kepala Vanilla.

Acara game berakhir bubar dengan telak, siapa pun tidak berani melawan perintah Jimin, karena Jimin merupakan anak pemilik kampus & Rumah Sakit  tak hanya itu ia Juga mahasiswa kedokteran terbaik kedua setalah si kulkas Seokjin.

Clara mendekati keduanya yang tengah duduk mengeringkan rambut di depan tenda.

"Woah, pemandangan apa ini? apa kalian Romeo and Juliette?"

Jimin dan Vanilla pun menoleh bersamaan, tubuh Vanilla bergerak spontan mengubah posisinya menjadi berdiri dan menundukkan pandangannya diikuti dengan sepasang sepatu yang mulai mendekat ke arahnya.
Ya, siapa lagi kalo bukan Seokjin.

"Mianhae," ucap Vanilla spontan.

"Enyahlah." Hanya kata itu yang keluar dari bibir Seokjin.

"Maaf aku tidak bermaksud, aku hanya."

"Enyahlah kalo perlu mati saja!"

Deng...

Bak di sambar petir mendengar ucapan Seokjin kali ini membuat Vanilla semakin menundukkan pandangannya dan meremas ujung dress miliknya.

Seokjin masih saja kesal pasalnya permainan di bubarkan oleh Jimin bukan karena ia usai menjadi pelindung untuk Vanilla.

Permainan dibubarkan setelah ramainya para peserta yang tidak sengaja menemukan foto Seokjin sebagai lockscreen ponsel milik Vanilla.

Saking isengnya salah satu siswa ada yang menarik tas milik Vanilla dan mengacak-acak isi dalamnya menemukan buku bersampul cream yang isinya tak hanya satu melainkan puluhan foto milik Seokjin dari ia berusia belasan sampai ia kuliah.

"Kau begitu menjijikkan, kau seharusnya tidak pernah ada. Jadi mati lebih baik saat ini, karena aku muak melihatmu." Seokjin kembali melontarkan kalimat tak terduga lalu ia pergi meninggalkan Vanilla yang masih gemetar dibuatnya.

***

Seokjin dan Clara tengah asik menikmati beberapa jajanan di stand tenda kecil, Clara berhasil membeli semua jenis makanan yang dijual di acara festival.

Seokjin hendak mengambil setusuk odeng yang tersaji di meja, namun secara bersamaan suara dentuman keras begitu menggema di iringi sesuatu yang jatuh di hadapannya.

Suara teriakan histeris kali ini masih belum dapat membuyarkan lamunan seorang Seokjin.
Matanya masih sukses mebulat, ia masih tidak dapat berfikir dengan jernih apa yang ia lihat di hadapanya.

Cairan merah segar beraroma amis mulai mengalir mendekat ke arah sepatu putih branded miliknya, seseorang menatap  ke arahnya dengan nanar air matanya pun perlahan mengalir di barengi dengan darah segar.

"Ka, ka, kau?"

"Hey, kau cepat minggir!" perintah petugas mengguncang pundak Seokjin membuyarkan lamunannya.

"Cepat panggil ambulance! telpon polisi! jangan ada yang mendekat!"

Seokjin spontan mengangkat tubuh yang sudah tidak berdaya naik di atas ranjang ambulance, kemeja putih yang ia kenakan sudah berubah warna penuh dengan noda merah.

Ia pun ikut serta masuk kedalam ambulan, mengantarkan tubuh ringkih tunangannya yang di ambang kematian menuju rumah sakit terdekat dari kampus.

Begitu sampai di rumah sakit, para suster dan dokter IGD siap siaga menurunkan ranjang pasien, mendorong masuk sang pasien masuk ke dalam ruangan ICU.

"12:30, terjatuh, denyut nadi melemah, pembuluh darah utama pecah, pupil menyempit," ucap Seokjin begitu detail karena bagaimana pun ia merupakan mahasiswa kedokteran tahun terakhir jadi dengan mudahnya ia menyebutkan itu semuanya.

Langkah kaki Seokjin terhenti tepat di depan ruangan ICU membiarkan ranjang yang mendorong tubuh tunangannya menghilang di balik pintu, di barengi dengan menyalanya lampu merah pertanda tindakan tengah di lakukan.

Tak selang lama seorang wanita paruh baya berjalan gontai mendekat ke arah Seokjin yang terduduk lemas di depan kursi tunggu ICU.

"Apa yang kau lakukan? Dosa apa yang sudah ibu perbuatan Sampai-sampai membesarkan seorang pria yang tidak bisa menjaga dengan baik tunangannya." Ny Kim menarik kerah kemaja putranya dengan brutal.

Seokjin tidak mengucapkan sepatah katapun, justru ia pergi berlalu begitu saja meninggalkan ibunya yang masih histeris di depan ruang ICU.

Tbc.

Yorobun maaf baru up, maaf juga gak panjang critanya kali ini 🤭 happy reading

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VANILLA ( 바닐라 ) 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang