|pertemuan menumbuhkan rasa

11 3 0
                                    

Di sebuah rumah minimalis, terlihat begitu sederhana tapi ada sejuta kenangan di dalamnya, rumah yang dalamnya dipenuhi barang-barang yang di tata rapi, di bersihkan dengan sangat bersih sampai tidak ada debu yang tersisa, rumah itu milik nenek dan kakek Kirana.

Dulu Kirana suka sekali mengotori lantai rumah nenek dan kakeknya dengan jajan yang selalu ia tumpahkan, terkadang Kirana juga tidak sengaja menumpahkan susu yang dia genggam dengan tangan kecilnya, tapi nenek dan kakeknya tidak marah dan memilih membersihkannya.

Kirana sangat nyaman berada di rumah itu, rumah yang bersih, harmonis, dan penuh kenangan sebelum dia pindah ke rumah orangtuanya, sebelum pindah dan masih menetap di rumah neneknya bisa dibilang hidup kirana tidak seharmonis anak-anak lainnya, jika ia melakukan kesalahan sedikit saja yang terlihat dengan mata ibunya, Kirana akan langsung di caci maki dan dibandingkan dengan Radit.

Tapi setiap sedang di marahi oleh ibunya pasti ada neneknya yang selalu menyelamatkannya, "nenek adalah penyelamat" ujar Kirana yang tidak memperdulikan ibunya yang menatap ke arahnya dengan tajam.

Kini semua keluarga kirana tengah berkumpul kecuali Kirana, terdapat nenek, kakek, Abang, bunda, dan ayah.

Mereka duduk di sofa ruang keluarga, suasana di sana sangat canggung apalagi setelah ibunya membahas hal yang seharusnya tidak di bicarakan.

"Semoga ibu bisa memahami apa yang saya sampaikan tadi" ucap bunda Lio pada nenek sambil mengusap air matanya.

"Belum waktunya Alio!" Tolakan yang di ucap nenek kala menantunya selalu membahas tentang itu.

"Belum waktunya gimana Bu? Ini udah seharusnya di omongkan" pinta Alio dengan susah payah.

Radit dan ayahnya yang melihat hanya bisa diam, ingin beradu mulut dengan ibunya pun hanya sia sia, malahan ibunya yang tambah emosional.

"Kamu tidak seharusnya bilang seperti itu, kamu juga seorang ibu Alio" ujar kakek Kirana yang dikuasai emosi.

"Ini menyakitiku... Gak seharusnya dulu aku menerimanya" kata Alio yang menusuk ke jantung semua orang yang mendengarnya.

"Bunda gak usah nganggap Kirana lagi gak papa, biar ayah yang ngerawat Kirana, Kirana anak ku bukan anakmu " final Fariz menyelesaikan perdebatan dan pergi dengan menggandeng Radit, tidak lupa berpamitan dengan orangtuanya, meninggalkan istrinya sendirian.

.
.

Di sebuah ruang dokter di rumah sakit 'permata ibu', seorang dokter laki-laki tengah berbincang dengan dua orang,
Pertemuan dokter dengan dua orang itu di rahasiakan, seorang dokter itu sudah selesai menangani para pasien, lalu bertemu dengan dua orang itu.

Tengah berbicara dengan serius sampai salah satu dari dua orang itu menangis, seorang wanita paruh baya yang tengah menangis tersedu-sedu sebab mengetahui fakta yang menyakitkan.

"Enggak!!, anda berbohong kan?? Ini semua bohong kan?" Elak wanita paruh baya itu bernama Mala.

"Itu sudah takdir Allah mbak" ucap dokter itu, ikut sedih melihat seorang ibu yang sedang menangis mengetahui takdir anaknya yang sudah di tentukan.

"Fero.. ibu gak mau kehilangan lagi" ucap Mala, memohon.

"Itu juga salah ibu kan?, kalo dulu ibu juga bisa jaga titipan itu, mungkin ini semua gak akan terjadi" jawab Fero yang sudah muak dengan keegoisan ibunya.

AUTUMN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang