🌼🌼🌼
"Demi Godric Daisy! Lihatlah, ini buku dirapihkan dulu diatas meja, ini pula mengapa ada sarung tangan naga disini? Godric. . ." Marah Lily sembari menggeleng kepala saat melihat Daisy menjatuhkan tas nya dan mengeluarkan isinya.
Masalahnya, isinya sangat random sampai Lily marah, belum lagi Daisy terlihat tidak bisa merapihkannya, Daisy tipikal anak yang apapun biasanya dibantu, faktor bungsu hehehe.
"Iya Lilyyyy, tunggu tunggu, perasaan aku tak menaruh patung ini di tas" katanya bingung mengambil patung berbentuk kucing kecil yang ia sendiri tak tahu dapat darimana, memang serandom itu.
"Buanglah saja," kesal Lily mengambil patung mungil itu dari tangan Daisy dan melemparnya ke perapian membuat Daisy agak terkaget, "Blimey Lily!" Matanya tertuju pada perapian.
"Wow wow santai saja Evans," Sirius Black muncul dan membantu merapihkan beberapa kertas yang berserakan. "Lihat Black, ia selalu saja mendapati hal hal tak terduga," balasnya sambil masih memunguti barang barang Daisy, membuat Daisy menyucutkan bibirnya kesal.
"Hey Lily Flower, Hogsmeade next weak?" Oh tentu saja James Potter menggoda kakaknya Daisy. Lily ogah ogahan sementara Daisy tertawa dan langsung dipelototi sang kakak.
Sementara Sirius dan ketiga temannya tertawa dan menggoda goda Daisy dengan sebutan anak manja, walau iya benar adanya. "Nah beres," kata Daisy merapihkan tasnya.
"Wait, Daisy...kau mendapatkan surat surat cinta?" Tanya Sirius tajam melihat Daisy, Lily tentu melihat Sirius yang sedang memegang secarik kertas, tak lama Lily merebut kertas itu dan membacanya, sedangkan Daisy kebingungan 'serandom randomnya barang di tasku, mengapa ada surat cinta' dahinya mengerinyit.
"Aku tak mendapat-" suaranya terpotong karena Lily terlanjur membaca suratnya.
Dear Daisy Evans, Gryffindor, Fourth years.-
Kau yang agak keriting beneran Daisy Evans kan? Aku takut salah menaruh ke kakak mu yang terlihat galak itu-
Lily sempat melihat ke arah Daisy tak terima, Daisy yang bingung hanya mengangkat tangan dan melihat ke arah temannya -the marauders- yang lain meminta pertolongan namun nihil, mereka malah terlihat tak suka. Lily lalu melanjutkan membaca surat itu.
Aku bersyukur jika kau melihat surat ini. Perlu kau tahu, aku sangat menyukaimu. Senyumanmu terlihat seperti matahari yang siap menyapa dunia. Namamu tentu diambil dari bunga kan? Sangat indah, persis seperti orangnya.
Daisy memasang muka bingung sekaligus geli, Sirius dan James malah memeragakan orang muntah, Remus memasang muka bingung seolah sedang berfikir, lelaki itu memang selalu berfikir, Peter duduk lesu di sofa merah.
Kau tak perlu mengetahui aku, tapi aku akan senang jika kau tahu, bahkan lebih senang lagi jika kita berkenalan-
"Tidak! Yang benar saja!" Sirius memotong ucapan Lily, wajahnya terlihat tak suka. "Betul, sangat tidak gentle seorang pria memberi surat cinta, bukankah dia punya mulut untuk berkata?" balas James nyinyir tak kalah tajam, tentu diangguki Remus.
Lily juga sepertinya berfikiran hal yang sama, lagi-lagi ia melempar barang random itu ke perapian. Lalu kelimanya melihat Daisy, tampaknya siap untuk membombardirnya dengan ribuan pertanyaan, apalagi Sirius yang tatapannya kelewat tajam. Daisy tentu sangat benci situasi ini, ia lebih milih pingsan ketimbang situasi awkward ini.
"Hai friends, maaf menunggu lama," Oh untung saja Marlene menyelamatkan Daisy. "Hey Marlene!" sapanya riang, dan berlari kecil menuju Marlene lalu menggandeng tangannya, Marlene agak bingung tapi tak peduli, Daisy memang suka menggandeng tangan orang.
"Nah sudah ada Marlene, ayo Lily, kita ke aula besar" balasnya seolah tak terjadi apa-apa walau terlihat ia agak kaku. Malas berdebat, Lily mengiyakan dan keempat lelaki tadi membuntuti di belakang dengan seribu pertanyaan di kepala mereka.
🌼🌼🌼
Saat di perempatan lorong, Lily terlihat belok ke kiri, seharusnya mereka lurus.
"Lily, mau kemana?" Daisy agak berteriak karena Lily jalan agak cepat. "Bersama Sev," balasnya agak berteriak pula. James mengerinyit tak suka, menyadari itu Daisy hanya terkekeh. Peter sangat berisik, daritadi pria itu selalu minta makan padahal beberapa langkah lagi mereka sampai ke aula besar.
Mereka akhirnya sampai di aula dan makan dengan tenang. Sirius dan James tentu menjahili kelas 1 dan 2, lalu dipelototi oleh Remus, paling tidak dilempari anggur oleh Marlene jika dikira itu agak keterlaluan.
"Cobalah panekuk ini Daisy, sangat lezat jika dicampur eskrim," kata Sirius menyuapi Daisy dan diterima dengan senang hati oleh gadis itu, dan benar, sangat enak. "Hmm, enak sekali Siri," katanya senang. Sirius tentu mengambilkan panekuk dan eskrim untuk Daisy dan dibalas senyum terimakasih olehnya.
"Pelajaran apa kita sekarang?" tanya Remus membuka obrolan, mendengar bel sudah berbunyi, murid sudah harus menuju kelas sekarang. "Transfigurasi" Marlene membalas dan diangguki oleh Remus. "pelajaran Minnie," kata James terkikik, Sirius dan Daisy masih menyantap panekuk lezat itu. Daisy tak lupa menaruhnya di tempat bekal untuk Lily, ia tampaknya tak sarapan.
Tak lama, mereka menuju kelas tersebut dan kebetulan bersama Slytherin, Sirius dan James ogah-ogahan masuk ke kelas itu. Terlihat di meja depan Severus dan Lily sudah duduk rapi. Bangku hanya tersisa dibelakang, dan ditempati oleh keenam dari mereka.
Marlene dan Daisy sebangku, lalu dibelakang mereka ada Sirius dan James, sedangkan bangku di sebelah Daisy berisi Peter dan Remus. semoga kebayang
Selang waktu 5 menit, professor Mcgonagall masuk ke kelas dengan bentuk kucing, lalu merubah dirinya menjadi seorang wanita tua dengan topi kerucut yang tak pernah lepas dari kepalanya, ia seorang animagus.
Matanya melirik sekilas ke arah James dan Sirius, "Hai minnie," kata mereka menyadari lirikan mata professor wanita itu, tentunya membuat sekelas menahan tawa, jika saja professor mcgonagall tak manatap mereka tajam, sudah dipastikan semuanya akan terbahak. Hanya Lily dan Severus yang memutar mata malas.
"Selamat datang di tahun keempat, murid-muridku," Mcgonagall tersenyum ramah. "Di tahun ini mohon untuk kalian lebih serius, mengingat tahun depan kalian harus melaksanakan O.W.L," ia melirik ke arah muridnya satu-persatu.
"Sekarang, buka halaman 23 dan ringkas paling singkat 2 perkamen, kumpulkan di mejaku 2 minggu kedepan," membuat murid-murid mendesah pelan, 'baru juga masuk' pikir mereka.
Murid-murid yang duduk di meja depan terlihat sigap dan menggebu-gebu mengerjakan berharap dapat nilai tinggi. Daisy juga demikian, namun ia lebih santai. Ia tak begitu ambisius untuk menempati posisi pertama, tak seperti kakaknya yang saat ini tengah fokus mengerjakan tugas.
Daisy membuka halaman buku dan menyiapkan perkamen sekaligus tintanya berniat untuk mengerjakan tugas tersebut. "Daisy..." panggilan halus dari belakang, sudah dipastikan itu James dan Sirius, Remus tidak ingin berbagi tugas membuat mereka memanggil nama gadis itu.
"Baiklah.. berikan aku 6 hari untuk mengerjakannya," kata Daisy dan dibalas anggukan serta jempol oleh mereka, "Kau yang terbaik, Daisy." Marlene tampak mengerinyit, "aku juga ingin Daisy," katanya tak kalah pelan, diangguki dan senyuman oleh gadis itu.
"Daisy memang yang terbaik."
Di ruangan tersebut, tak satupun dari mereka yang menyadari bahwa ada sepasang mata melihat ke arah Daisy dengan lamat dan dalam. Tak bisa dibohongi bahwa lelaki itu menyukai gadis ikal berambut merah.
🌼🌼🌼
NEXT SLIDE!
KAMU SEDANG MEMBACA
нєу, ∂αιѕу! I Sirius Orion Black
أدب الهواة𝖯𝗂𝗇𝗄𝗒 𝗉𝗋𝗈𝗆𝗂𝗌𝖾 🌼 Sirius Black x OC 🐕🦺 Marauders Era 💢🔆 Seluruh karakter dari J.K.R kecuali tambahan dari Saya. Cover book ofc dari Canva 📚 Cerita ini dimulai dari tahun keempat! Typo bertebaran 🙏 Selamat membaca! Hope you guys l...