PUPILNYA mengecil dengan alisnya yang seperti menyatu. Wajahnya menampilkan raut wajah tidak terima, tampak tidak menyukai apa yang baru saja ia dengar.
Lucius terkekeh kecil seraya menepuk-nepuk meja. "Asisten, kau bilang?!" Lucius kembali terkekeh, tetapi kini ia justru tertawa terbahak-bahak. "Kau hanyalah seorang pelanggan di sini, tidak ada hak untuk mengambil alih. Marie, kau ini hanya perempuan biasa yang bahkan tidak akan mampu menjadi pemimpin Heimvo."
Maria menatap rendah Lucius. "Tidak mampu menjadi pemimpin? Yang benar saja, Tuan. Aku memang perempuan, tetapi bukan berarti perempuan tidak bisa melakukan apa-apa selain menjadi ibu rumah tangga. Asal kau tahu, aku sudah berkelana sangat jauh tentang dunia ini, dan banyak sekali hal baru yang kutemui."
"Dengan begitu, aku ini memiliki pengalaman. Kau bisa memanfaatkan pengalamanku ini untuk kemajuan Heimvo. Apa kau ingin mendengarkan saran dariku untuk meningkatkan Heimvo?" lanjut Maria. Lucius terdiam, ia berpikir sejenak sebelum ia menganggukkan kepalanya. "Saranku ini akan membuat Heimvo semakin maju. Aku dapat menyimpulkan bahwa Heimvo hanya pasar gelap biasa, bukan pasar gelap terbesar."
"Buatlah Heimvo terlibat pada orang-orang penting dalam bangsa ini. Mereka-mereka yang bekerja demi bangsa sebenarnya masih ada yang gila dengan uang hingga rela bekerja sama dengan orang yang berlumuran darah—kriminal. Percayalah, bahkan pada orang yang terlihat tulus dalam melakukan pekerjaannya untuk memajukan bangsa, menegakkan keadilan, memberi kebebasan, nyatanya mereka adalah pelaku."
"Dengan kau membuat mereka terlibat dalam Heimvo, mereka akan gila-gilaan membuat uang hingga nominalnya sangat besar. Jika mereka sudah kecanduan, maka mereka akan terus berada di sini. Dengan begitu, jika pemilik Heimvo—dirimu—posisinya digeser, maka keadaan bangsa dapat tidak stabil. Tak hanya menggeser posisi, mengusik Heimvo juga dapat membuat bangsa menjadi berantakan," lanjut Maria.
"Satu-satunya hal untuk membuat Heimvo tak lagi bekerja adalah dengan membakar habis tempat ini. Jika tempat ini dibakar, bukti-bukti tidak akan terlalu tampak secara jelas. Polisi militer pasti akan datang untuk mengecek, dan di situlah para orang-orang penting akan berlagak seperti ingin menangani kasus tersebut walau pada dasarnya mereka terlibat dalam pasar gelap ini. Dan itu tidak akan membuat keadaan bangsa tidak stabil."
Lucius terkejut bukan main, ia berdiri dari duduknya. "Itu memiliki risiko tinggi, Marie Vienna. Jika kita menggunakan cara yang kau sarankan, bagaimana cara melibatkan mereka?!"
"Tuan Lucius, mereka itu gila uang, jika diberi godaan berupa uang dan memanipulasinya, pasti mereka akan mudah kita kendalikan. Aku dapat memanipulasi mereka, hanya saja kau harus pintar dalam memilih orang. Pilihlah seseorang yang mudah untuk ditaklukan, gila akan uang dan kuasa."
Lucius terdiam sejenak, pikirannya terasa penat, bingung untuk memilih.
"Kapal untuk pengiriman jarak jauh, orang-orang penting, kemajuan pasar, dan seorang asisten yang akan membantumu memajukan pasar ini." Maria memegang dagu Lucius. "Bagaimana? Setuju?"
Bibirnya memberikan celah, tetapi tak kunjung menjawab pertanyaan Maria. Lucius mengangguk.
***
Ucapannya tidak main-main, semua terjadi begitu drastis. Lebih dari seribu empat ratus enam puluh hari berlalu sejak pertemuan mereka, dan Heimvo meningkat sangat hebat.
Empat tahun lebih Maria menguasai Heimvo bersama Lucius, di saat itu pula ia memanfaatkan keadaan. Banyak orang-orang yang ia hasut untuk bergabung dengannya, lalu mereka berakhir menjadi seorang pelanggan setia yang selalu datang untuk menghasilkan uang.
Nominal pemasukan juga tidak main-main, banyak sekali keuntungan yang didapatkan. Heimvo memiliki tempat yang sangat luas, tampak seperti perkotaan di bawah tanah. Perkotaan bawah tanah itu penuh dengan fakta-fakta gelap tentang dunia, dan gambaran manusia yang memanusiakan manusia layaknya barang. Mengumpulkan jutaan dosa pada satu tempat.
"Tuan, jangan lupa minum obat." Maria mengambil piring kotor yang berada di hadapan Lucius. Lucius hanya mengangguk, tubuhnya lemas dan terlihat tidak berdaya. "Ini demi kesehatan jantung Tuan." Maria kembali dengan membawa beberapa pil dan salah satu pil tersebut berwarna hijau bersama gelas berisikan air.
Lucius menerimanya, lalu meminumnya dengan cepat. "Marie, kali ini kau saja yang pergi ke Heimvo, atur segala urusan di sana. Tubuhku lemas."
Maria yang sebelumnya sedang mencuci piring kini tersenyum lebar. Ia menyelesaikan aktivitasnya dan berjalan mendekati Lucius. "Baiklah, Tuan istirahat saja. Biar aku yang mengurusinya." Maria mendorong kursi roda yang diduduki Lucius. Ia membawanya ke kamar Lucius dan membantunya untuk berbaring di atas kasur.
Saat posisi Lucius sudah nyaman, Maria hendak pergi. "Marie." Maria menghentikan langkah kakinya, menunggu Lucius membuka suara kembali. "Jika aku mati, aku serahkan semuanya padamu."
Itu dia!
Jantungnya berdegup kencang, sudut bibirnya ingin terangkat, tetapi ia harus berakting seakan ia tidak ingin hal itu terjadi. "Tuan, jangan katakan seperti itu. Tidurlah, aku akan pergi ke Heimvo."
"Aku tidak bercanda, Marie. Kuasailah Heimvo dan gunakan rumah ini sebagai rumahmu," ujar Lucius sebelum ia terlelap dan memasuki alam mimpinya.
Maria tersenyum lebar, rasa senang dan puas menjalar di tubuhnya. Ia keluar dari rumah dan mengunci pintu. Rumah yang terletak di tengah hutan dengan peternakan sapi di samping rumah tersebut. Maria berjalan menuju perkotaan, lalu mendatangi kota bawah tanah untuk mencapai Heimvo.
Itulah yang Maria perjuangkan—menguasai Heimvo. Sejak kerja sama dengan Lucius kala itu, ia mencoba untuk membuat hubungannya dengan Lucius sangat dekat hingga Lucius perlu bergantung padanya. Terlebih dengan penyakit jantung yang diderita Lucius membaut Maria mendapat ide baru yang gila.
Obat yang selalu ia berikan kepada Lucius bukanlah obat biasa. Masih ada beberapa obat yang merupakan obat yang benar-benar dibutuhkan Lucius agar kesehatannya tidak menurun, tetapi ada obat yang seharusnya tidak dikonsumsi Lucius. Obat penenang otot untuk anjing selalu Maria berikan pada Lucius.
Kaki Lucius lumpuh, dan itu membuat Maria senang bukan main.
Kelumpuhan yang diderita Lucius tidak membuat Lucius curiga pada obat yang Maria berikan. Pasalnya, Maria memang merencanakannya dari jauh-jauh hari. Ia membuat Lucius terjatuh dari tangga hingga kakinya patah, dan setelahnya ia berikan obat penenang otot untuk anjing. Semua berjalan sempurna, Lucius percaya bahwa ia lumpuh karena jatuh dari atas tangga.
Maria sudah berada di dalam Heimvo, sekelilingnya sangat ramai. Banyak sekali orang-orang yang sedang bertransaksi dan berjudi. Jika berjalan ke tangga menuju lantai paling bawah, makan akan menemukan tumpukan mayat manusia tanpa organ dalam.
Semua berjalan sesuai dengan apa yang ia harapkan. Maria tidak peduli dengan apa yang terjadi di dalam Heimvo, tetapi setidaknya pemasukannya lancar dan ia dapat menikmati uang tersebut. Tujuannya yang bahkan tidak begitu jelas membawanya untuk melakukan apa pun yang terlintas di benaknya.
Walau tampaknya Maria menguasai tujuh dosa besar di dunia ini, bahkan jika memang ia adalah perwujudan dari seorang iblis, Maria melakukan ini hanya sebagai hal terakhir sebelum ia akan mati. Ia tahu kematian akan menjemputnya, ia tahu tujuannya bahkan tidak begitu jelas, dan Maria tahu jika apa yang ia yakini perlahan-lahan menghantui pikirannya.
Satu-satunya manusia yang memiliki nyawa berarti hanyalah anaknya. Lantas, Maria perlu melakukan beberapa hal terakhir sebelum ia menunggu kematian menjemputnya atau bahkan ia yang akan menjemput kematiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐡𝐫𝐨𝐧𝐢𝐜𝐥𝐞 𝐨𝐟 𝐍𝐚𝐦𝐞𝐥𝐞𝐬𝐬 𝐆𝐢𝐫𝐥 (END)
Historical Fiction{Prequel The Chronicles About Us} Terbaring lemah, tak menjadi milik siapa pun. Kota bagaikan neraka bersama manusia dengan kasta tinggi bagaikan pendosa besar. Kemiskinan dan ketidakadilan sosial membuatnya menjadi korban dari semua nasib buruk yan...