14 - Bandung, We Come!

61 20 1
                                    

Hidup itu terkadang tidak adil ya?

•┈┈┈••✦ :💔: ✦••┈┈┈•


Sera sudah berpakaian rapi dengan menggunakan dress selutut bernuansa vintage yang membuat kecantikan dirinya bertambah, bergaya bak model di depan cermin adalah kesenangan tersendiri bagi Sera

"Tuh kan, Sera mah emang gitu. Semuanya udah siap, rambutnya yang masih acak-acakan." ucapnya bermonolog

Ia mulai menata rambutnya dengan gaya kepang dua, terlihat sangat sempurna. Namun, Sera merasa kurang puas dengan hasilnya

"Lebih bagus lagi kalo Ibu yang kepangin,"

Sera menangis di kamarnya dengan perasaan marah dan dongkol, suara pintu yang diketuk beberapa kali tidak membuatnya berhenti menangis

"Sayang, ini Ibu. Buka pintunya, ya?" pinta Kia

"Nanti telat loh ke sekolahnya, udah mau jam tujuh ni." lanjutnya

Dengan perasaan yang masih marah dan menangis itu, Sera membukakan pintu untuk Ibunya

"Ya ampun, sayang! Kamu kenapa, hey?" Kiara memasuki kamar Sera dan segera memenangkan anaknya yang menangis itu

"Ibu...Sera...rambut Sera nakal, Ibu." Sera mencoba mengadu kepada Ibunya

Bolehkah Kiara tertawa disaat anaknya sedang menangis?

"Kok bisa rambut anak cantiknya Ibu ini nakal?"

"Dari tadi Sera coba buat kepangin, tapi susah banget." ucap Sera dibarengi dengan sesenggukan

Kiara tersenyum mendengarnya, "kenapa ngga minta tolong sama Ibu aja, hm? Sini biar Ibu kepangin, boleh?"

Sera mengangguk dan mulai duduk di kursi belajarnya

"Sera mau berusaha sendiri dulu, Bu. Kata temen Sera, kita harus berani mencoba melakukannya sendiri, kalo ngga bisa ya nangis aja."

Sekarang Kiara benar-benar tertawa dengan perkataan anaknya

"Ada-ada aja temen kamu itu. Nah, sudah selesai." Kiara mengusap lembut dan mencium pucuk kepala anaknya itu

"Cantik sekali anak Ibu, air matanya dihapus dulu." Kiara memeluk anaknya dari belakang, membuat yang dipeluk menjadi tersenyum lagi karenanya

Hari ini pemandangan rumah Sera sedikit berbeda, Ayahnya kini berada di rumah ketika Ia libur sekolah. Sayangnya, Ia tidak akan di rumah seharian ini. Iya, itulah mengapa Indra tidak pergi ke suatu tempat untuk menghindari Sera

Sera memakai sepatunya di ruang tamu, Ia memandang sepatu itu dengan senyuman manisnya. Lalu, memandang ke arah rak tempat sepatu, terdapat sepasang sepatu yang sama seperti milik dirinya. Sepatu itu milik Ayah. Sera membelinya seminggu sebelum ulang tahun Ayahnya. Namun, Ia ragu untuk memberikannya, Ayahnya itu sudah bilang bahwa tidak suka hal seperti ini

"Jangan ngebut di jalanan,"

Sepertinya Ayah sedang mengobrol dengan seseorang dan benar saja sudah ada Danantya yang sedang berbicara dengan Ayahnya itu

"Udah siap?" tanya Danantya melihat Sera keluar dari rumah

Sera mengangguk

"Ingat, Sera. Jangan merepotkan Danan disana" Sera mengangguk kembali

"Iya, Ayah."

Mereka berdua berpamitan kepada Indra

"Ayah mau Sera bawain ap-"

Hadiah dari TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang